Rabu, 13 November 2013

PENGORBANAN MASA KINI


Oleh : Dr.H.K.Suheimi


Allahu akbar 9 X َلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِا لْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ بَشِيْراً وَنَذِيْرًا وَدَاعِياً إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجاً مُنِيْراً وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّ اللّهِ مِنْ خَلْقِهِ وَحَبِيْبُهُ إِمَامُ الأَنْبِيَاءِ وَ سَيِّدُ المُْرْسَلِيْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْمُخْتَارِ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّّمْ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللّهِ اتَّقُوْا اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ


Allahu  akbar, Allah Maha Besar. Segalanya menjadi kecil dan tak berarti  apa-apa bila berhadapan dengan Allahu Yang  Maha  Besar. Bulan  kecil, Bumi kecil, Matahari kecil, Bintang Kecil dan  Yang Maha Besar ialah Allahu akbar.
Bandingkanlah ternyata diri kita ini sebesar titik  jika di bandingkan dengan kota P Panjang. Dan P Panjang sebesar titik jika di bandingkan dengan dunia bumi kita ini. Dan Bumi ternyata sebesar titik bila dibandingkan dengan Matahari. Ternyata ada 200 milyard Matahari mengelililingi Galaxi. Maka Matahari terlihat sebesar titik di dalam Galaxi Ternyata ada 100 milyard Galaxi mengelilingi Cluster Maka di tengah Cluster  Galaxi hanya terlihat sebesar titik. Ternyata ada 100 milyard Cluster mengelililingi Super Galaxi. Maka Maka di tengah Super Galaxi cluster hanya terlihat sebesar titik dAN ada 100 milyard   Super Galaxi mengelililingi Nebula. Maka ditengah Nebula Super Galaxi terlihat sebesar titik. Lalu berapa besarnya Nebula jika di Bandingkan  dengan Allah? Jawabnya ialah Allahuakbar. Allah Maha Besar. KalauLAH MatahAri hanya bagikan sebuah debu yang beterbangan, lalu manusia sebesar apa?. Kok manusia  yang   kecil  dan berumur pendek  itu pandai  pula  menyombongkan diri dan berbangga-bangga.
Takbir  adalah  pengakuan jujur atas ketidak berdayaan  mahkluk yang lemah kepada Khaliknya. Sekaligus  pertanda ke  pasrahan diri pada Illahi..

Getaran takbir adalah obat yang paling mujarab untuk membersihkan karat-karat kesombongan dan ke pongahan manusia.. Takbir bagaikan air  jernih yang mengucur hati dan memunculkan kesegaran  rohani dan menyuburkan sikap Tawadlu.

Dengan  menyebut Allahu Akbar menimbulkan kesadaran bagi manusia bahwa dari Allah kita datang dan kepada_Nya kelak kita kan kembali dan  untuknya semua apa yang kita kerjakan ini. Dengan Allahu Akbar  menyadarkan  kita bahwa semua yang kita  kerjakan adalah pekerjaan  yang di pekenankan_Nya, pekerjaan  yang diredhai_Nya. Sekaligus  menyadarkan  kita  bahwa apa yang  kita kerjakan  ini adalah  pekerjaan yang bisa di pertanggung jawabkan, jika  kelak kita di panggil menghadap_Nya.

Allahu Akbar 3 X

Idul adha disebut juga hari raya korban. Korban yang dipersembahkan Ibrahim pertanda kepatuhannya kepada Allah SWT dengan mengorbankan  anak  kesayangan satu-satunya Ismael. Dan peristiwa  itu bertepatan  dengan  waktu Adha. Adha adalah waktu sesudah  waktu dhuha  tapi belum masuk waktu lohor. Disaat itulah disuatu  siang Ibrahim  menggoroh  merih Ismael anak  yang  sangat dicintainya. Sehingga hari Raya itu disebut Hari Raya Korban yang dilaksanakan pada saat waktu Adha. Disebut juga dengan hari Raya Haji. Karena pada saat itu dilaksanakan ibadah haji.  
Bulan ini juga adalah bulan Haji, satu ibadah yang mengajar insan untuk berkorban, sanggup meninggalkan mereka yang disayangi, membelanjakan harta demi untuk mencari pengampunan dan keredaan Allah, serta bertemu dengan saudara-saudara Islam dari merata dunia.
     Ibadah yang diawali dengan wukuf di Padang arafah. Sewaktu menuju Padang Arafah itu kita mengumnadangkan Talbiah :"Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik la syarikalaka labbaik. Innal hamda, wanikmatalaka,  walmulka lasyarikalaka" Aku datang-aku  datang memenuhi panggilan_Mu  Ya  Allah. Untukmu segala puji, segala nikmat  dan segala  kerajaan.  Tiada syarikat bagi_Mu.Tiap  kali kita di panggil_Nya dan tiap kali  pula  kita  penuhi panggilan itu. Setiap Jum'at, setiap shalat, setiap  puasa  dan setiap berkurban. Siapa-siapa yang telah terbiasa memenuhi  panggilan itu,  nanti tidak canggung ketika  memenuhi panggilan_Nya yang terakhir.
     Arafah  yang berarti pengenalan, mengenal kembali diri mengenang kembali  dosa-dosa yang pernah dikerjakan. Diharapkan para  haji mengenal  jati  dirinya, menyadari kesalahannya, bertekad  tidak mengulanginya  serta menyAdari pula kebesaran dan keagungan  penciptanya.Maka  sewaktu  wukuf di Padang Arafah semua orang mengenang  dan menyesali  dosa-dosa  yang  pernah dibuat, dengan linangan  dan deraian air mata yang bercucuran semua jemaah meratapi dan menyesali dosa-dosa yang pernah diperbuat. Semua orang hadir saat  itu di  Padang Arafah, baik yang sehat maupun yang sakit,  baik  yang bersih  maupun  yang sedang datang haid. semua  berkumpul  semua berhimpun  berwukuf merenung dan  mengenang segala kesalahan  dan kekhilafan selama ini.

     Di Padang Arafah semua berpakaian Ihram, yaitu 2 helai kain putih yang  tidak berjahit, dengan kepala yang terbuka.  Andaikan ada yang menutup kepala , andaikan ada yang memasang topi atau mahkota sebagai  pertanda dia Raja, maka ihramnya batal  dan hajinya tidak diterima. Andaikan ada yang memakai tanda pangkat tandanya dia sebagai pejabat, atau bintang jasa didada, maka ihramnya akan batal  dan hajinya ditolak. Dengan pakaian yang sama dan  tempat yang sama di Padang Arafah, tidak bisa kita membedakan mana orang kaya  dan mana yang miskin, mana yang berpangkat dan mana  rakyat jelata,  semuanya sama. Melihat semua kemah yang berwarna  putih dan  pakaian  jemaahnyapun putih-putih berpakaian ihram,  seakan -akan berada di Padang Mashar waktu menghadap Tuhan. Seakan-akan ada  isyarat jika menghadap Tuhan, lepaskanlah semua tanda  kebesaran,  hanya  dua  helai kain putih yang  tak berjahit,  dengan sangat sederhana kita menghadap Tuhan. Tinggi rendah  seseorang ditentukan oleh Taqwanya.

     Pakaian  melahirkan perbedaan, dan menggambarkan  status sosial, serta menimbulkan pengaruh psikologis, menanggalkan pakaian biasa berarti menanggalkan segala macam perbedaan menghapus  keangkuhan yang  di timbulkan oleh status sosial, mengenakan  pakaian  Ihram melambangkan  persamaan  derajat kemanusiaan serta  menimbulkan pengaruh  psikologis bahwa yang seperti itulah dan dalam keadaan demikinlah seseorang menghadap Tuhan pada saat kematiannya.

     Wukuf  dengan  mengenang segenap dosa dan kesalahan  yang pernah dibuat,  baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja , dosa besar  ataupun  dosa kecil. sebagaimana Adam  dan  Hawa mengakui dosanya di Padang Arafah. Memang di Padang Arafah inilah Adam dan Hawa  bertemu kembali setelah berpisah selama 100  tahun dibukit Jabal Rahmah.

     Sewaktu  Adam  dan  Hawa  bertemu,  Hawalah  yang  pertama minta maaf."Maafkan saya  karena sayalah engkau  terusir dari sorga, kesalahan sayalah yang menyebabkan engkau terbawa-bawa. Maafkanlah  saya wahai junjunganku. Padahal di Sorga, apapun  yang kita inginkan  dapat kita peroleh, namun aku masih saja menginginkan yang  lain".  "Bukan demikian wahai siti Hawa, kekasihku"  Jawab Adam, "dalam hal memakan buah khuldi sebetulnya juga karena keinginanku,  aku sebetulnya  yang juga  ingin merasakan  bagaimana nikmatnya buah khuldi itu".

     Berdua mereka juga sama-sama melakukan pengakuan dosa, dan mengucapakan doa yang terkenal yang tercantum dalam Al-Qur'an Rabbana Dhallamna  amfusana, waillam taghfirlana watarhamna lanakunna  na minal  khasirin". Ya Allah kami telah aniaya pada diri kami sendiri, kalau bukanlah karena keampunan dan kasih sayangMu, tentulah kami kelompok pada orang-orang yang rugi.

     Adam dan Hawa tobat, tobat yang sebenar-benarnya tobat, menyesal dan tidak akan mengulang lagi kesalahannya. Dan telah ditebusnya kesalahannya dengan tercampak kedunia menderita bertahun-tahun.

     Setiap  kali  seseorang membikin kesalahn  berbuat  dosa, selalu dapat nasehat "Bertobatlah, kembalilah padaNya, kembalilah kepada jalan  Nya  yang lurus dan yang benar. Mungkin selama  ini telah jauh menyimpang, mungkin engkau telah tersesat, kembali, kembalilah ke jalanNya yang lurus dan benar, bacalah doa dalam Shalatmu "Ihdinas Shiratal Mustagiim".

     Sayapun  teringat  akan petuah Sang guru sewaktu  saya melakukan kesalahan  : "Wahai anakku, Kembalilah dan datanglah lagi  kepada Nya,  nanti akan dibukakan Nya rahasia besar dan terlindung  yang selama  ini tak kau ketahui. Pintunya senantiasa terbuka,  datanglah  pada Nya, sekali-kali Dia tak akan pernah mengecewakannmu, bertobatlah".

     Tobat  berarti menyesal, atau kembali. Dengan  menyesali keadaan dan  kejadian yang telah berlalu. Tobat kepada  Allah mengandung arti  antara lain kembali atau datang kepadaNya  dengan perasaan menyesal atas perbuatan atau sikap diri yang tidak benar di  masa lalu dan dengan tekad untuk taat kepada Nya, dengan kata lain  ia mengandung arti kembali pada sikap perbuatan yang lebih baik  dan lebih benar.

     Nah  di bulan Haji tahun ini, agaknya kesempatan bagi kita untuk merenung sejenak,  segala  dosa dan kesalahan  yang  telah kita perbuat. Menghitung dan menghisap diri sebelum di lakukan perhitungan  kelak, Dan memasang serta meluruskan niat  yang sungguh-sungguh  akan  merobah  sifat yang mewarnai diri, berjanji dan bertobat untuk tidak mengulanginya lagi. 

     Selesai  melaksanakan  ibadah  di Padang Arafah, malamnya kita berangkat  untuk mabid di Muzdhalifah. Memilih batu-batu kecil. Ibarat  peluru yang dipersiapkan untuk dilemparkan pada Iblis  di Jumratul Ula, Wustha dan Aqabah. Peristiwa ini menggambarkan  dan mengulang kembali peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim A.S. Seperti terbaca dalam sebuah Firman SuciNya dalam Al-Qur'an.

     Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. Ibrahim  berkata :" Wahai  anakku,  aku telah melihat dalam mimpiku, bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana  pendapatmu." Ismael menjawab :"Wahai ayahku.  laksanakanlah  perintah  Allah itu, ayah akan dapati aku sebagai orang yang sabar."(QS. 37:102).

     Sebagai  ayah  sebetulnya Ibrahim berkuasa atas  anaknya, tiada seorangpun  yang bisa membantah atau melarang apa  yang dilakukannya  pada  anaknya, dia berkuasa penuh,  mau  dihitamkan atau diputihkan  terserah  dia. Sebagai Rasul dan nabi Ibrahim harus segera  menjalankan  perintah Allah. Apalagi dia  jelas menerima wahyu  dan perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya sebagai korban,  namun dia tetap meminta kepada anak-nya, menyuruh fikirkan  dan berdialog. Tidak terlihat sedikitpun dalam peristiwa itu  unsur  pemaksaan dan tak terlihat sedikitpun  bahwa  Ibrahim memperlihatkan kekuasaannya sebagai ayah serta dia mau  menjalankan  perintah  semaunya  sendiri.  Dia  bermusyawarah,  diajaknya anaknya yang terkena akibat perintah itu untuk mencari jalan dan ikut memutuskan.

     Dalam  ayat ini menggambarkan kepemimpinan Nabi Ibrahim, sewaktu dapat wahyu dari Allah SWT yang memerintahkan beliau agar menyembelih anak kandungnya Ismael as. Ibrahim menyampaikan wahyu Allah itu kepada Ismael, dengan cara yang sangat mengharukan.

     Ibrahim ternyata menanyakan dulu pendapat anaknya, Ismael. disertai nasehat agar Ismael memikirkan sendiri, makna perintah Allah itu. Baru sesudah itu perintah itu terlaksana berdasarkan keputusan  bersama  antara sang ayah dan sang anak. Bukan semata-mata keputusan sang ayah, yang dalam hal ini bertindak sebagai atasan atau pimpinan.

     Cara Ibrahim ini dalan manajemen modern ternyata sangat menentukan keberhasilan setiap pemimpin, karena  anak  buah merasakan bertanggung  jawab  dalam melaksanakan  tugas  yang dibebankan, sehingga  komitmen mereka semakin tinggi dan  motivasi merekapun akan sangat tinggi. Dengan demikian setiap orang akan memberikan partisipasinya dalam menjalankan setiap keputusan.

     Betapa tingginya partisipasi itu terlihat dalam kisah Ibrahim dan Ismael  sewaktu akan melaksanakan penyemblihan itu, agar penyemblihan itu berjalan lancar. Berkata Ismael kepada ayahnya :"Wahai ayahku,  sebelum penyembelihan dilaksanankan ada  3 permohonanku padamu :
1.   Tolong  asah pisau tajam-tajam agar proses  penyemblihan  itu bisa berjalan lancar.
2.   Tolong ikat kaki dan tanganku agar engkau tidak melihat aku      menggelepar-gelepar.
3.  Bajuku   yang berlumuran darah  nantinya, tolong berikan kepada  ibuku, agar beliau tahu, bahwa saya adalah  anaknya      yang berbakti pada orang tua.

     Dengan membawa serta bawahan mengambil keputusan, maka pekerjaan yang akan dilaksanakan itu akan semakin tinggi efesien dan  efektivitasnya.

        Dalam  masyarakat minang kabau, rasa dibawa  serta. Sesuatu "dipaiyokan", dengan menghargai pendapat orang lain. Bulek aia di pambuluah, bulek kato dek mufakat, maka kepemimpinan seperti  ini terlihat jauh lebih berhasil.

        Tapi  kalau orang tak dibawa beriya, maka kalau ada  program yang tidak jalan timbul ciloteh "Itulah awak kan  indak  dibawok sato, tangguanglah surang." Memang  ada orang yang kurang setuju dengan cara  manajemen yang seperti itu menyatakan, bahwa gaya itu hanya diterapkan jika bawahan hampir se-taraf pengetahuan mereka dengan manajer. Tetapi bukankah  setiap  manajer seyogianya juga seorang pendidik  yang bertanggung jawab dalam membangun stafnya ?

        Lihatlah  Rasulullah  Muahammad SAW, bukankah beliau telah merobah Umar bin Khatab, menjadi kha-lifah yang ulung,  demikian juga  Abu Bakar, Ali dan Utsman ? Bukankah bilal  dulunya  hanya seorang bu-dak yang tersiksa dan hampir mati dalam siksaan-nya ? Yang pertama dan utama dijalankan Rasulullah ialah memperlihatkan contoh  dan tauladan, baik dalam  ucapan  dan  perbuatan beliau. Untuk meningkat-kan mutu bawahan beliau Rasul  melakukan latihan demi latihan dengan contoh-contoh yang  mudah  diterima. Memberi tugas dan perintah sesuai dengan kemampuan bawahannya (telling). Jika sudah mulai meningkat kematangan  mereka, gaya manajemenpun ditingkatkan menjadi selling, artinya perintah di-sertai bimbingan. Jadi sudah mulai terjadi dialog,  namun masih belum ada pendelegasian tugas secara penuh. Baru sesudah bawahan mencapai tingkat  kema-tangan tertentu,  yaitu kematangan yang menyebabkan mereka telah mampu bekerja sendiri, tanpa  bimbingan dan arahan.

        Manajer  muslim memikul kewajiban moral untuk  mendidik dan mengembangkan dan meningkatkan kematangan bawahan sedemikian rupa sehingga akhirnya, setiap bawahan itu mampu duduk sama rendah dan tegak  sama  tinggi  dengan dia  dalam mengendalikan organisasi bersama sama.


        Manusia punya harga diri yang wajib dipertahankannya  sampai akhir hayatnya. Rasa harga diri inilah yang perlu ditenggang oleh setiap menajer, jika berurusan dengan manusia yang dipimpinnya.     Mengajak  bawahan  didalam  pertemuan  untuk   membincangkan rencana  serta mengambil keputusan, memegang peranan yang  sangat penting didalam menentukan keberhasilan seorang manajer.

        Dengan  berbincang-bincang terlebih dahulu  dalam  mengambil keputusan  akan menumbuhkan "rasa dilibatkan dalam kepamimpinan"™ yang  selanjutnya akan menumbuhkan "rasa sama memiliki (sense  of be-longing)"™  di  dalam dada setiap bawahan.  Rasa  ini-lah  yang akhirnya akan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang sangat penting dalam manajemen yang berhasil. Jika tidak, anggota kelompok  yang merupakan  bagian yang tak terpisahkan dalam satu organisasi  ini akan  bersipat apatis terhadap kebijak-sanaan dan keputusan  yang diambil itu.

Lihat betapa partisipasi Ismeal pada Ibrahim, tampak ketika iblis menggoda ingin membatalkan perintah itu di jumratul Ula  dengan membujuk Ismael dan Ibrahim dengan mengatakan,  tak mungkin Tuhan sekejam itu memerintahkan sembelih anak, langsung Ismael menjawab dan meminta agar ayahnya terus melaksanakan perintah Tuhan Itu. Demikian pula sewaktu anak dan ayah ini di goda di jumratul Wustha dan jumratul Aqabah. Anak dan ayah ini tak mempan dengan bujukkan dan rayuan Iblis dan syetan. Sehingga akhirnya  kedua anak dan ayah itu sampai ketempat penyembelihan. Setelah  pisau  diasah tajam-tajam, kaki dan tangan Ismael  dikat agar dia tidak menggelepar, dan disaat Ibrahim menempelkan  pisau yang  tajam keleher anaknya dan akan menggorohnya. Ketika  itulah Tuhan mengganti Ismael dengan seekor kibas. Cukup Ibrahim pengorbananmu sudah di terima. Sesungguhnya Kata Tuhan  :"Daging-daging unta  dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat  mencapai  (keridhaan) Allah, tapi ke taqwaan dari kamulah yang dapat  mencapainya Surat Al-Haji ayat 37.

Pernah kita fikirkan mengapa kita sanggup berkorban? Apakah dorongan yang terkuat sehingga kita sanggup berkorban? Jika kita fikirkan, kita akan dapati sebabnya adalah cinta kepada sesuatu. Jika kita benar-benar cintakan sesuatu, pasti kita akan berusaha sedaya-upaya untuk mendapatkannya, walaupun kita terpaksa berkorban apa sahaja.

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, serta umat Islam yang menunaikan ibadah Haji, semuanya cintakan Allah. Visi dan matlamat mereka satu ; untuk mendapat keredaan Allah semata-mata. Maka itulah, mereka sanggup berkorban, dengan apa cara sekalipun.Ka'bah  merupakan  lambang dan wujud keesaan Allah, bertawaf dikelilingnya melambangkan  aktivitas manusia  yang tidak pernah terlepas  dari  pada_Nya. Ka'bah bagaikan matahari  yang menjadi pusat  tata surya dan di kelilingi oleh planet-planetnya. Ka'bah adalah rumah ibadah yang pertama sekali didirikan seperti terbaca dalam  Surat Ali Imran ayat96 :"Sesungguhnya rumah yang mula-mula di bangun untuk tempat beribadat manusia ialah Baitullah yang  di Mekah yang di berkahi dan menjadi petunjuk bagi  semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, diantaranya Maqam  Ibrahim;  barang  siapa memasukinya Baitullah itu)  menjadi amanlah dia;  mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu  bagi  yang  sanggup mengadakan  perjalanan  ke Baitullah. Barang siapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya  Allah Maha KAya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam".Dengan bertawaf disana, seseorang mengikat janji untuk menjadikan segala aktifitasnya  terikat oleh daya tarik pusat  wujud  ini, Yakni Allah S.w.t.

        Sa'iy yang berarti adalah usaha adalah lambang dari usaha mencari kehidupan duniawi,  bukankah Hajar Ibu Ismael as mondar mandir disana  mencari  air untuk putranya. Dengan  ber  sa'iy bertekad untuk  tidak  berpangku tangan menanti turunnya  "hujan" tetapi tekadnya  itu berangkat dari Shafa yang arti harfiahnya kesucian dan ketegaran dan berakhir di Marwah yang artinya "kepuasan sikap menghargai bermurah hati dan memaafkan" Sehingga jika  kembalinya nanti usahanya  masih berangkat dari kekotoran dan  atau  tidak bermuara  pada ketaqwaan, penghargaan dan kemurahan  hati,  maka jauhlah panggang dari api.
        Bulan  Zulhijjah  adalah bulan  pengorbanan,  bulan peningkatan, peningkatan amal saleh, peningkatan kerja. "Selesai menunaikan Shalat, bertebaranlah dimuka bumi, cari rezki Allah", bekerja dan berusaha. "Bila engkau selesai dari  satu pekerjaan kerjakan pekerjaan yang lain" perintah Tuhan dalam sebuah ayat_Nya.

P Panjang Idul Adha  1425 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar