Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Allahu akbar 9 X َلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِا لْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ بَشِيْراً وَنَذِيْرًا وَدَاعِياً إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجاً مُنِيْراً وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّ اللّهِ مِنْ خَلْقِهِ وَحَبِيْبُهُ إِمَامُ الأَنْبِيَاءِ وَ سَيِّدُ المُْرْسَلِيْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْمُخْتَارِ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّّمْ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللّهِ اتَّقُوْا اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu akbar, Allah Maha Besar. Segalanya menjadi
kecil dan tak berarti apa-apa bila berhadapan dengan Allahu Yang
Maha Besar. Bulan kecil, Bumi kecil, Matahari kecil, Bintang
Kecil dan Yang Maha Besar ialah Allahu akbar.
Bandingkanlah ternyata diri kita ini sebesar titik jika di bandingkan dengan kota P Panjang. Dan
P Panjang sebesar titik jika di bandingkan dengan dunia bumi kita ini. Dan Bumi
ternyata sebesar titik bila dibandingkan dengan Matahari. Ternyata ada 200
milyard Matahari mengelililingi Galaxi. Maka Matahari terlihat sebesar titik di
dalam Galaxi Ternyata ada 100 milyard Galaxi mengelilingi Cluster Maka di
tengah Cluster Galaxi hanya terlihat
sebesar titik. Ternyata ada 100 milyard Cluster mengelililingi Super Galaxi.
Maka Maka di tengah Super Galaxi cluster hanya terlihat sebesar titik dAN ada
100 milyard Super Galaxi mengelililingi
Nebula. Maka ditengah Nebula Super Galaxi terlihat sebesar titik. Lalu berapa
besarnya Nebula jika di Bandingkan
dengan Allah? Jawabnya ialah Allahuakbar. Allah Maha Besar. KalauLAH
MatahAri hanya bagikan sebuah debu yang beterbangan, lalu manusia
sebesar apa?. Kok manusia yang
kecil dan berumur pendek itu pandai pula
menyombongkan diri dan berbangga-bangga.
Takbir adalah pengakuan jujur atas ketidak
berdayaan mahkluk yang lemah kepada
Khaliknya. Sekaligus pertanda ke
pasrahan diri pada Illahi..
Getaran takbir adalah obat yang paling mujarab untuk
membersihkan karat-karat kesombongan dan ke pongahan manusia.. Takbir bagaikan
air jernih yang mengucur hati dan memunculkan kesegaran rohani dan
menyuburkan sikap Tawadlu.
Dengan menyebut Allahu Akbar menimbulkan kesadaran
bagi manusia bahwa dari Allah kita datang dan kepada_Nya kelak kita kan kembali
dan untuknya semua apa yang kita
kerjakan ini. Dengan Allahu Akbar menyadarkan kita bahwa semua yang
kita kerjakan adalah pekerjaan yang di pekenankan_Nya, pekerjaan
yang diredhai_Nya. Sekaligus menyadarkan kita bahwa apa
yang kita kerjakan ini adalah pekerjaan yang bisa di
pertanggung jawabkan, jika kelak kita di panggil menghadap_Nya.
Allahu Akbar 3 X
Idul adha disebut juga hari raya korban. Korban yang
dipersembahkan Ibrahim pertanda kepatuhannya kepada Allah SWT dengan
mengorbankan anak kesayangan satu-satunya Ismael. Dan peristiwa
itu bertepatan dengan waktu Adha. Adha adalah waktu sesudah waktu
dhuha tapi belum masuk waktu lohor. Disaat itulah disuatu siang
Ibrahim menggoroh merih Ismael anak yang sangat
dicintainya. Sehingga hari Raya itu disebut Hari Raya Korban yang dilaksanakan
pada saat waktu Adha. Disebut juga dengan hari Raya Haji. Karena pada saat
itu dilaksanakan ibadah haji.
Bulan ini juga adalah bulan Haji, satu
ibadah yang mengajar insan untuk berkorban, sanggup meninggalkan mereka yang
disayangi, membelanjakan harta demi untuk mencari pengampunan dan keredaan
Allah, serta bertemu dengan saudara-saudara Islam dari merata dunia.
Ibadah yang
diawali dengan wukuf di Padang arafah. Sewaktu menuju Padang Arafah itu kita
mengumnadangkan Talbiah :"Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik la
syarikalaka labbaik. Innal hamda, wanikmatalaka, walmulka lasyarikalaka"
Aku datang-aku datang memenuhi panggilan_Mu Ya Allah. Untukmu
segala puji, segala nikmat dan segala kerajaan. Tiada
syarikat bagi_Mu.Tiap kali kita di panggil_Nya dan tiap kali pula
kita penuhi panggilan itu. Setiap Jum'at, setiap shalat, setiap
puasa dan setiap berkurban. Siapa-siapa yang telah terbiasa
memenuhi panggilan itu, nanti tidak canggung ketika memenuhi
panggilan_Nya yang terakhir.
Arafah
yang berarti pengenalan, mengenal kembali diri mengenang kembali
dosa-dosa yang pernah dikerjakan. Diharapkan para haji mengenal
jati dirinya, menyadari kesalahannya, bertekad tidak
mengulanginya serta menyAdari pula kebesaran dan keagungan
penciptanya.Maka sewaktu wukuf di Padang Arafah semua orang
mengenang dan menyesali dosa-dosa yang pernah dibuat,
dengan linangan dan deraian air mata yang bercucuran semua jemaah
meratapi dan menyesali dosa-dosa yang pernah diperbuat. Semua orang hadir saat
itu di Padang Arafah, baik yang sehat maupun yang sakit, baik
yang bersih maupun yang sedang datang haid. semua
berkumpul semua berhimpun berwukuf merenung dan mengenang segala kesalahan dan
kekhilafan selama ini.
Di Padang
Arafah semua berpakaian Ihram, yaitu 2 helai kain putih yang tidak
berjahit, dengan kepala yang terbuka. Andaikan ada yang menutup kepala ,
andaikan ada yang memasang topi atau mahkota sebagai pertanda dia Raja,
maka ihramnya batal dan hajinya tidak diterima. Andaikan ada yang memakai
tanda pangkat tandanya dia sebagai pejabat, atau bintang jasa didada, maka
ihramnya akan batal dan hajinya ditolak. Dengan pakaian yang sama dan
tempat yang sama di Padang Arafah, tidak bisa kita membedakan mana orang
kaya dan mana yang miskin, mana yang berpangkat dan mana rakyat
jelata, semuanya sama. Melihat semua kemah yang berwarna putih dan
pakaian jemaahnyapun putih-putih berpakaian ihram, seakan
-akan berada di Padang Mashar waktu menghadap Tuhan. Seakan-akan ada
isyarat jika menghadap Tuhan, lepaskanlah semua tanda kebesaran, hanya
dua helai kain putih yang tak berjahit, dengan sangat
sederhana kita menghadap Tuhan. Tinggi rendah seseorang ditentukan oleh
Taqwanya.
Pakaian
melahirkan perbedaan, dan menggambarkan status sosial, serta
menimbulkan pengaruh psikologis, menanggalkan pakaian biasa berarti
menanggalkan segala macam perbedaan menghapus keangkuhan yang di
timbulkan oleh status sosial, mengenakan pakaian Ihram melambangkan
persamaan derajat kemanusiaan serta menimbulkan pengaruh
psikologis bahwa yang seperti itulah dan dalam keadaan demikinlah
seseorang menghadap Tuhan pada saat kematiannya.
Wukuf
dengan mengenang segenap dosa dan
kesalahan yang pernah dibuat, baik yang disengaja ataupun yang
tidak disengaja , dosa besar ataupun dosa kecil. sebagaimana Adam
dan Hawa mengakui dosanya di Padang Arafah. Memang di Padang Arafah
inilah Adam dan Hawa bertemu kembali setelah berpisah selama 100
tahun dibukit Jabal Rahmah.
Sewaktu
Adam dan Hawa bertemu, Hawalah yang
pertama minta maaf."Maafkan saya karena sayalah engkau
terusir dari sorga, kesalahan sayalah yang menyebabkan engkau
terbawa-bawa. Maafkanlah saya wahai junjunganku. Padahal di Sorga, apapun
yang kita inginkan dapat kita peroleh, namun aku masih saja
menginginkan yang lain". "Bukan demikian wahai siti Hawa,
kekasihku" Jawab Adam, "dalam hal memakan buah khuldi
sebetulnya juga karena keinginanku, aku sebetulnya yang juga
ingin merasakan bagaimana nikmatnya buah khuldi itu".
Berdua mereka
juga sama-sama melakukan pengakuan dosa, dan mengucapakan doa yang terkenal
yang tercantum dalam Al-Qur'an Rabbana Dhallamna amfusana, waillam
taghfirlana watarhamna lanakunna na minal khasirin". Ya Allah
kami telah aniaya pada diri kami sendiri, kalau bukanlah karena keampunan dan
kasih sayangMu, tentulah kami kelompok pada orang-orang yang rugi.
Adam dan Hawa
tobat, tobat yang sebenar-benarnya tobat, menyesal dan tidak akan mengulang
lagi kesalahannya. Dan telah ditebusnya kesalahannya dengan tercampak kedunia
menderita bertahun-tahun.
Setiap
kali seseorang membikin kesalahn berbuat dosa, selalu
dapat nasehat "Bertobatlah, kembalilah padaNya, kembalilah kepada jalan
Nya yang lurus dan yang benar. Mungkin selama ini telah jauh
menyimpang, mungkin engkau telah tersesat, kembali, kembalilah ke jalanNya yang
lurus dan benar, bacalah doa dalam Shalatmu "Ihdinas Shiratal
Mustagiim".
Sayapun
teringat akan petuah Sang guru sewaktu saya melakukan
kesalahan : "Wahai anakku, Kembalilah dan datanglah lagi
kepada Nya, nanti akan dibukakan Nya rahasia besar dan terlindung
yang selama ini tak kau ketahui. Pintunya senantiasa terbuka,
datanglah pada Nya, sekali-kali Dia tak akan pernah
mengecewakannmu, bertobatlah".
Tobat
berarti menyesal, atau kembali. Dengan menyesali keadaan dan
kejadian yang telah berlalu. Tobat kepada Allah mengandung arti
antara lain kembali atau datang kepadaNya dengan perasaan menyesal
atas perbuatan atau sikap diri yang tidak benar di masa lalu dan dengan
tekad untuk taat kepada Nya, dengan kata lain ia mengandung arti kembali
pada sikap perbuatan yang lebih baik dan lebih benar.
Nah di
bulan Haji tahun ini, agaknya kesempatan bagi kita untuk merenung sejenak,
segala dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat.
Menghitung dan menghisap diri sebelum di lakukan perhitungan kelak, Dan
memasang serta meluruskan niat yang sungguh-sungguh akan
merobah sifat yang mewarnai diri, berjanji dan bertobat untuk tidak
mengulanginya lagi.
Selesai
melaksanakan ibadah di Padang Arafah, malamnya kita berangkat
untuk mabid di Muzdhalifah. Memilih batu-batu kecil. Ibarat
peluru yang dipersiapkan untuk dilemparkan pada Iblis di Jumratul
Ula, Wustha dan Aqabah. Peristiwa ini menggambarkan dan mengulang kembali
peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim A.S. Seperti terbaca dalam sebuah Firman
SuciNya dalam Al-Qur'an.
Maka tatkala
anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. Ibrahim
berkata :" Wahai anakku, aku telah melihat dalam
mimpiku, bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana
pendapatmu." Ismael menjawab :"Wahai ayahku.
laksanakanlah perintah Allah itu, ayah akan dapati aku
sebagai orang yang sabar."(QS. 37:102).
Sebagai
ayah sebetulnya Ibrahim berkuasa atas anaknya, tiada
seorangpun yang bisa membantah atau melarang apa yang dilakukannya
pada anaknya, dia berkuasa penuh, mau dihitamkan atau
diputihkan terserah dia. Sebagai Rasul dan nabi Ibrahim harus
segera menjalankan perintah Allah. Apalagi dia jelas menerima
wahyu dan perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya sebagai korban,
namun dia tetap meminta kepada anak-nya, menyuruh fikirkan dan
berdialog. Tidak terlihat sedikitpun dalam peristiwa itu unsur
pemaksaan dan tak terlihat sedikitpun bahwa Ibrahim
memperlihatkan kekuasaannya sebagai ayah serta dia mau menjalankan
perintah semaunya sendiri. Dia bermusyawarah,
diajaknya anaknya yang terkena akibat perintah itu untuk mencari
jalan dan ikut memutuskan.
Dalam
ayat ini menggambarkan kepemimpinan Nabi Ibrahim, sewaktu dapat wahyu
dari Allah SWT yang memerintahkan beliau agar menyembelih anak kandungnya
Ismael as. Ibrahim menyampaikan wahyu Allah itu kepada Ismael, dengan cara yang
sangat mengharukan.
Ibrahim
ternyata menanyakan dulu pendapat anaknya, Ismael. disertai nasehat agar Ismael
memikirkan sendiri, makna perintah Allah itu. Baru sesudah itu perintah itu
terlaksana berdasarkan keputusan bersama antara sang ayah dan sang
anak. Bukan semata-mata keputusan sang ayah, yang dalam hal ini bertindak
sebagai atasan atau pimpinan.
Cara Ibrahim
ini dalan manajemen modern ternyata sangat menentukan keberhasilan setiap
pemimpin, karena anak buah merasakan bertanggung jawab
dalam melaksanakan tugas yang dibebankan, sehingga
komitmen mereka semakin tinggi dan
motivasi merekapun akan sangat tinggi. Dengan demikian setiap orang akan
memberikan partisipasinya dalam menjalankan setiap keputusan.
Betapa
tingginya partisipasi itu terlihat dalam kisah Ibrahim dan Ismael sewaktu
akan melaksanakan penyemblihan itu, agar penyemblihan itu berjalan lancar.
Berkata Ismael kepada ayahnya :"Wahai ayahku, sebelum penyembelihan
dilaksanankan ada 3 permohonanku padamu :
1. Tolong
asah pisau tajam-tajam agar proses penyemblihan itu bisa berjalan lancar.
2. Tolong ikat
kaki dan tanganku agar engkau tidak melihat aku menggelepar-gelepar.
3. Bajuku
yang berlumuran darah nantinya, tolong berikan kepada ibuku, agar beliau tahu, bahwa
saya adalah anaknya yang
berbakti pada orang tua.
Dengan
membawa serta bawahan mengambil keputusan, maka pekerjaan yang akan dilaksanakan
itu akan semakin tinggi efesien dan efektivitasnya.
Dalam
masyarakat minang kabau, rasa dibawa serta. Sesuatu
"dipaiyokan", dengan menghargai pendapat orang lain. Bulek aia di
pambuluah, bulek kato dek mufakat, maka kepemimpinan seperti ini terlihat
jauh lebih berhasil.
Tapi
kalau orang tak dibawa beriya, maka kalau ada program yang tidak
jalan timbul ciloteh "Itulah awak kan indak dibawok sato,
tangguanglah surang." Memang ada orang yang kurang setuju dengan
cara manajemen yang seperti itu menyatakan, bahwa gaya itu hanya
diterapkan jika bawahan hampir se-taraf pengetahuan mereka dengan manajer. Tetapi
bukankah setiap manajer seyogianya juga seorang pendidik yang
bertanggung jawab dalam membangun stafnya ?
Lihatlah
Rasulullah Muahammad SAW, bukankah beliau telah merobah Umar bin
Khatab, menjadi kha-lifah yang ulung, demikian juga Abu Bakar, Ali
dan Utsman ? Bukankah bilal dulunya hanya seorang bu-dak yang
tersiksa dan hampir mati dalam siksaan-nya ? Yang pertama dan utama dijalankan
Rasulullah ialah memperlihatkan contoh dan tauladan, baik dalam
ucapan dan perbuatan beliau. Untuk meningkat-kan mutu bawahan
beliau Rasul melakukan latihan demi latihan dengan contoh-contoh yang
mudah diterima. Memberi tugas dan perintah sesuai dengan kemampuan
bawahannya (telling). Jika sudah mulai meningkat kematangan mereka, gaya
manajemenpun ditingkatkan menjadi selling, artinya perintah di-sertai
bimbingan. Jadi sudah mulai terjadi dialog, namun masih belum ada pendelegasian
tugas secara penuh. Baru sesudah bawahan mencapai tingkat kema-tangan
tertentu, yaitu kematangan yang menyebabkan mereka telah mampu bekerja
sendiri, tanpa bimbingan dan arahan.
Manajer
muslim memikul kewajiban moral untuk mendidik dan mengembangkan dan
meningkatkan kematangan bawahan sedemikian rupa sehingga akhirnya, setiap
bawahan itu mampu duduk sama rendah dan tegak sama tinggi
dengan dia dalam mengendalikan organisasi bersama sama.
Manusia
punya harga diri yang wajib dipertahankannya sampai akhir hayatnya. Rasa
harga diri inilah yang perlu ditenggang oleh setiap menajer, jika berurusan
dengan manusia yang dipimpinnya. Mengajak
bawahan didalam pertemuan untuk
membincangkan rencana serta mengambil keputusan, memegang
peranan yang sangat penting didalam menentukan keberhasilan seorang
manajer.
Dengan
berbincang-bincang terlebih dahulu dalam mengambil keputusan
akan menumbuhkan "rasa dilibatkan dalam kepamimpinan"™ yang
selanjutnya akan menumbuhkan "rasa sama memiliki (sense of
be-longing)"™ di dalam dada setiap bawahan. Rasa ini-lah
yang akhirnya akan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang sangat penting
dalam manajemen yang berhasil. Jika tidak, anggota kelompok yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam satu organisasi ini
akan bersipat apatis terhadap kebijak-sanaan dan keputusan yang
diambil itu.
Lihat betapa partisipasi Ismeal pada Ibrahim, tampak
ketika iblis menggoda ingin membatalkan perintah itu di jumratul Ula dengan membujuk Ismael dan Ibrahim dengan
mengatakan, tak mungkin Tuhan sekejam itu memerintahkan sembelih anak,
langsung Ismael menjawab dan meminta agar ayahnya terus melaksanakan perintah
Tuhan Itu. Demikian
pula sewaktu anak dan ayah ini di goda di jumratul Wustha dan jumratul Aqabah.
Anak dan ayah ini tak mempan dengan bujukkan dan rayuan Iblis dan syetan.
Sehingga akhirnya kedua anak dan ayah itu sampai ketempat penyembelihan.
Setelah pisau diasah tajam-tajam, kaki dan tangan Ismael
dikat agar dia tidak menggelepar, dan disaat Ibrahim menempelkan
pisau yang tajam keleher anaknya dan akan menggorohnya. Ketika
itulah Tuhan mengganti Ismael dengan seekor kibas. Cukup Ibrahim
pengorbananmu sudah di terima. Sesungguhnya Kata Tuhan
:"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat
mencapai (keridhaan) Allah, tapi ke taqwaan dari kamulah yang dapat
mencapainya Surat Al-Haji ayat 37.
Pernah kita fikirkan mengapa kita
sanggup berkorban? Apakah dorongan yang terkuat sehingga kita sanggup
berkorban? Jika kita fikirkan, kita akan dapati sebabnya adalah cinta kepada
sesuatu. Jika kita benar-benar cintakan sesuatu, pasti kita akan
berusaha sedaya-upaya untuk mendapatkannya, walaupun kita terpaksa berkorban
apa sahaja.
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, serta umat Islam yang
menunaikan ibadah Haji, semuanya cintakan Allah. Visi dan matlamat mereka satu
; untuk mendapat keredaan Allah semata-mata. Maka itulah, mereka sanggup
berkorban, dengan apa cara sekalipun.Ka'bah merupakan lambang dan
wujud keesaan Allah, bertawaf dikelilingnya melambangkan aktivitas
manusia yang tidak pernah terlepas dari pada_Nya. Ka'bah
bagaikan matahari yang menjadi pusat tata surya dan di kelilingi
oleh planet-planetnya. Ka'bah adalah rumah ibadah yang pertama sekali didirikan
seperti terbaca dalam Surat Ali Imran
ayat96 :"Sesungguhnya rumah yang mula-mula di bangun untuk tempat
beribadat manusia ialah Baitullah yang di Mekah yang di berkahi dan
menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang
nyata, diantaranya Maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya
Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu bagi yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari
kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha KAya (tidak memerlukan
sesuatu) dari semesta alam".Dengan bertawaf disana, seseorang mengikat
janji untuk menjadikan segala aktifitasnya terikat oleh daya tarik pusat
wujud ini, Yakni Allah S.w.t.
Sa'iy yang
berarti adalah usaha adalah lambang dari usaha mencari kehidupan duniawi,
bukankah Hajar Ibu Ismael as mondar mandir disana mencari air
untuk putranya. Dengan ber sa'iy bertekad untuk tidak
berpangku tangan menanti turunnya "hujan" tetapi tekadnya
itu berangkat dari Shafa yang arti harfiahnya kesucian dan ketegaran dan
berakhir di Marwah yang artinya "kepuasan sikap menghargai bermurah hati
dan memaafkan" Sehingga jika kembalinya nanti usahanya masih
berangkat dari kekotoran dan atau tidak bermuara pada
ketaqwaan, penghargaan dan kemurahan hati, maka jauhlah panggang
dari api.
Bulan Zulhijjah adalah bulan
pengorbanan, bulan peningkatan, peningkatan amal saleh, peningkatan
kerja. "Selesai menunaikan Shalat, bertebaranlah dimuka bumi, cari rezki
Allah", bekerja dan berusaha. "Bila engkau selesai dari satu
pekerjaan kerjakan pekerjaan yang lain" perintah Tuhan dalam sebuah
ayat_Nya.
P Panjang Idul Adha
1425 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar