Kamis, 07 November 2013

BUKIT MARAPALAM


Oleh Dr.H.K.Suheimi


Keistimewaan  Bukit  Marapalam adalah karena  dia  terkenal,

Namun bukit Marapalam terkenal bukan karena berbedanya dia diban­

dingkan  dengan bukit-bukit yang lain, tidak. Bukan karena  indah

dan  cantiknya bukit yang satu ini. Bukan karena bukit ini  lebih

tingi dari bukit-bukit yang lainnya. Atau bukan juga karena bukit

ini  lebih hijau. Buka, bukan karena semua ini.  Bukit  Marapalam

yang terletak di daerah Batu Sangkar dekat desa Bato itu,  Justru

terkenal  karena dulu kala, sekitar tahun 1916 nenek moyang  kita

pernah  berkumpul disitu. Lingkup semuanya  termasuk  tokoh-tokoh

adat,  alim  ulama  dan cerdik pandai,  berhimpun  berkumpul  dan

bersepakat,  mengadakan   Sumpah  sakti  bukit  marapalam.  hasil

kesepakatan  itu  tercurah dalam sebuah ikrar  yang  akhirnya  di

kenal  dengan "Piagam Bukit Marapalam".  Isi piagam  inilah  yang

jadi  renungan saya saat ini, ketika saya di angkat dan di  minta

oleh  Pak  Drs Hasan Basri Durin Dt Rangkayo  Mulie  Nan  Kuniang

menjadi salah seorang pengurus LKAAM (Lembaga Kerapatan Adat Alam

Minang Kabau) Sumbar pada seksi pembinaan Adat dan Syara'.

"Piagam   Bukit  Marapalam" berisi;  "Adat  bersendi  sara', 

sara' bersendi Kitabullah; sara' mangato adat mamakai". 

Terbaca  disini  bahwa , Adat  adalah  mempraktek  kehidupan 

beragama  sesuai dengan ajaran Islam yang berdasarkan Qur'an  dan

hadis.  Adat  dalam bentuk amal nyata ada juga  yang  menyebutnya

sebagai  dakwah bil hal. Disini ter ungkap bahwa  syara'  mangato

dan adat memakai. Apa yang dikatakan oleh syara' di jalankan oleh

adat. Jadi adat dalam bentuk amal nyata apakah perbuatan  ataukah

perkataan. Jadi antara adat dan agama itu terjalin hubungan  yang

sangat  erat  melekat dan bergelintin. Agama  adalah  rohnya  dan

jiwanya dan adat adalah jasmani nya. Makanya adat bersendi syarak

dan syarak bersendi kitabullah.

Dalam  adat di kenal istilah "alam takambang jadikan  guru".

Jadi sebelum Agama Islam datang, orang minang sudah belajar  dari

alam.  Dan  alam itu sendiri sesungguhnya  adalah  ayat-ayat  dan

tanda  kebesaran Allah. Karena ayat itu ada yang  tertulis  ialah

dalam buku kecil; Al-Qur'an. Dan ada ayat yang tak tertulis yaitu

alam  atau  buku besar. Tapi bagi orang-orang  yang  jeli  justru

melihat di dalam alam ada tulisan yang besar-besar yang  menanda­

kan dan menampakkan kebesaran Allah dalam setiap hurufnya.

Adat  secara bahasa berarti  sesuatu yang  dikerjakan   atau

diucapkan   secara  berulang-ulang  sehingga  dianggap  baik  dan

diterima  oleh jiwa dan akal sehat . Istilah lainnya adalah  'urf

yang di kenal dan dianggap baik serta di terima oleh akal sehat.

Adat atau 'urf adalah sesuatu yang  telah  menjadi kebiasaan

manusia  dalam hal muamalah, dalam kata-kata dan perbuatan .  Dan

disamping itu  ada juga yang mendifinisikan  sebagai sesuatu yang

terjadi berulang-ulang   tanpa harus difikirkan  terlebih dahulu.

Jadi  dia  bekerja secara otomatis. Sudah jadi fiil.  sudah  jadi

perangai,  sudah  jadi  kakobehnya  begitu,  kebiasaannya  memang

demikian.   Misalnya bergeraknya jari dengan  bergeraknya  tangan 

atau berpindahnya tempat  karenaa adanya gerak itu.

Maka  kalau  ada yang menyimpang atau tak  berjalan  menurut 

adat,  tampak  aneh dan janggal. Lain saja dari  yang  lain,  dan

manusia tak mau dianggap lain dari yang lain, manusia tak mau  di

katakan  menyimpag dari kebiasan dan menyimpang dari adat  istia­

dat. Dan tak seorangpun diantara penduduk Minangkabau yang mau di

katakan  tak  beradat. Kalau dikatakan tak  beradat,  itu  berart

arang  tacoreng di kening. Pantang sekali bagi orang minang  men­

dengar kata "Tak beradat". Itu adalah satu penghinaan.

Perkataan dan perbuatan yang telah dibiasakan, hanyalah men­

yangkut  bidang  muamalah   hubungan manusia  dan  manusia.  Adat

memperbaiki dan memperhalus hubungan antar manusia, bersopan  dan

bersantun,  "Bataratik". Lamak di awak katuju di  urang",  menuju

manusia  yang bermoral sehingga mempunyai akhlak yang mulia  yang

di sebut dengan akhlakul Karimah. DAn bukankah Nabi Muhammad  SAW

diutus kedunia ini untuk memperbaiki Akhlak Manusia?.

Para  ahli  fiqih  menyatakan bahwa adat   atau  'urf  dapat 

dijadikan  sebagai  satu alasasn  atau  dalil   dalam  menetapkan

hukum islam. Hal ini didasarkan  pada sabda rasulullah  SAW  yang

artinya :" Sesuatu yang di pandang  umat Islam baik, maka  disisi

Allah  juga dianggap baik. Atau surat Al a'raf ayat 199 :"Jadilah

engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf". Sbagai

penguat  untuk menjadikan 'urf sebagai salah satu dalil hukum

"Urf  sahih  yaitu 'urf yang tidak bertentangan   dengan  ke 

tentuan  Al-Qur'an  dan sunnah yang sifatnya  tidak  menghalalkan

yang haram  dan sebaliknya mengharamkan yang halal.

Adat  yang  berlaku pada masyarakat harus  di  pertimbangkan 

seorang mujtahid dalam menetapkan satu hukum , karena seperti  di

ketahui   hukum itu sendiri haruslah membawa pada ke  mashlahatan 

umat  itu sendiri. Untuk itu penentuan hukum terhadap  suatu  ma­

syarakat   harus  terlebih  dulu  memperhatikan   kebiasaan  yang

berlaku  didaerah setempat.

Syariat ialah segala yang di turunkan Allah SWT kepada  nabi

Muhammad  SAW berbentuk wahyu yang terdapat dalam Al-Qur'an   dan

sunah.  Semula  kata ini  berarti jalan menuju  air  yakni  jalaa

kearah   sumber  pokok kehidupan . Kata kerjanya  adalah  syara'a

yang  berarti  menandai atau mengambar jalan yang  jelas   menuju

sumber air.

Syariat  merupakan nas-nas yang suci yang di  kandung  dalam 

al-Qur'an dan sunnah. Dalam surat  Al maidah 48 :"Untuk tiap-tiap

ummat diantara kamu , Kami berikan aturan dan jalan yang terang".

Pengunaan  kata-kata  syariat dalam Al-Qur'an  di  dapat  didalam

surah  al-Jasiyah   ayat 18 :"Kemudian Kami jadikan  kamu  berada

diatas sesuatu syariat (Peraturan) dari urusan (Agama) itu,  maka

ikutilah  syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu  orang-

orang yang tidak mengetahui"

Syariat identik dengan ad-din atau agama  dan tidak  identik

dengan  fikih. Dengan demikian jika di katakan asy-syariat  isla­

miyah,  maka  maksudnya adalah setiap yang datang  dari  Muhammad

Rasullullah  SAW yang berasal dari Allah SWT, baik  itu  sifatnya  

menjelaskan  persoalan akidah maupun yang  menyangkut  pengaturan 

kehidupan manusia secara pribadi, keluarga dan dalam  masyarakat, 

serta yang menyangkut akhlak.

Dihari penunjukan saya sebagai salah seorang pengurus  Kera­

patan  Adat  Alam Minang Kabau ini, kembali saya  terkenang  akan

Bukit  Marapalam,  yang  menyatukan antara  pengertian  adat  dan

agama.  Bahwa  agama  dan adat tak bisa dan tak  usah  di  pisah-

pisahkan.  Hanya  Belanda saja dulu  yang  memecah-mecah  memakai

politik  Devide  et empera. Pecah belah, di adu,  kemudian  kalau

sudah lemah di kuasai. Alangkah inginnya kita melihat, tokoh adat

adalah ulama dan ulama adalah tokoh adat. Orang yang  menjalankan

agamanya  adalah  orang yang menguasai  adatnya.  Sehingga  dalam

menjalankan  adat  adalah  cerminan  dalam  menjalankan  perintah

agama. Karena adat bersendi syara', dan syarak bersendi  kitabul­

lah. Syara' mangato dan adat memakai.

Untuk  semua itu saya teringat akan sebuah  Firman  suci-Nya 

dalam  Al _Quran surat Al a'raf ayat 199 :"Jadilah engkau  pemaaf

dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar