Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Namanya sepatu sendal, karena
fungsinya sebagai sepatu
tetapi
bentulnya seperti sendal atau terompa. Enak, ringan dan
sedap
serta praktis dipakai. Dengan telapak dari karet
asli
putih,
menyebabkan dia lengket di lantai, lebih-lebih dilantai
keramik
yang licin bila pakai sepatu lain, maka dengan sepatu
sendal
ini, saya tidak gamang dan tak takut tergelincir
bila
berlari-lari
diatas lantai keramik. Apalagi sekarang musimnya
keramik,
keramik dipasang dimana=mana, di koridor rumah sakit, di
trotoar,
di tepi-yepi jalan jembatan. Maka sepatu sendal
ini
terasa sekali
faedahnya,
Saya kira untuk
dibawa ke mekahpun sangat bermanfaat, tidak
perlu
pakai kaus kaki, tidak mudah tergelincir dan tak
mudah
terpijak
oleh desakkan orang. Saya senang dengan sepatu
ini,
karena
tak perlu pakai kaus kaki, sehingga jari-jari kaki bebas
dapat udara
langsung dari luar, sehingga kaki terbebas dari bau,
dan
sepatu itupun tidak berbau busuk kendatipun lama
dipakai.
Terkesan
praktis, karena setiap kali masuk mesjid, mudah membuka
dan
memasangnya. Apalagi bagi saya yang tiap sebentar harus buka
sepatu bila
memasuki "clean zone" di kamar operasi , masuk ruan
gan RR atau
perawatan intensif, atau masuk kamar bersalin. Sepatu
yang tak
bertali ini, praktis sekali untuk di buka dan dipasang.
Dan ada lagi
yang membikin saya bangga memakai sepatu ini karena
buatan
B.Tinggi atau ada juga yang buatan Padang dengan kulit
asli dan karet
asli. Saya bangga dengan buatan Indonesia dan saya
bangga
dengan buatan kampung halaman sendiri. Ada famili yang
jauh di
rantau justru minta tolong kirimkan sepatu yang model
ini,
karena tahan lama kata mereka. Biasanya orang rantau itu
minta belikan sepatu sendal dan berikut kopiah
H.Syarbaini,
dengan
beludunya yang halus dan modelnya yang tinggi.
Entah
kenapa kopiah
H Sarbaini ini di senangi oleh perantau-perantau di
Jawa. Sehingga
banyak pejabat sampai mentri menyukai kopiah asal
B. Tinggi ini.
Nah hari ini minggu 24 Desember,
sengaja saya mencari dan
membeli sepatu
sendal dan kopiah H.Syarbaini, apalagi untuk masuk
puasa dan
lebaran, kan perlu sepatu baru dan kopiah baru.
Mungkin kaki saya kaki kampungan, senang
dengan udara terbu
ka, dan
semakin banyak kaki itu berkontak dengan udara terbuka
dan udara
bebas, semakin sejuk rasanya kaki ini. Kalau pakai kaus
kaki sering
tampak bekasnya di betis, dan kalau lama pakai sepatu
dengan
kaus kaki, tampak kaki ini agak pucat dan
gatal-gatal didaerah betis yang tercekam kuat oleh
karet-karetnya. Karena
saya suka
hal-hal yang praktis dan tak suka sibuk, berhabis hari
memasang
tali sepatu dan kaus kaki. saya carilah sepatu
yang
paling
praktis dan dwi fungsi, ya sebagai sendal dan ya sebagai
sepatu.
Dan harganya, harganya jauh
lebih murah dari
sepatu=sepatu
yang pernah saya pakai, apalagi di
bandingkan
dengan sepatu
yang dibuat dari negeri jauh sana.
Ketika kemarin
saya beli sepatu ini terniat dalam hati, saya
ingin
memasyarakatkan memakai sepatu ini, praktis dan
senang
dikaki, dan
kaki banyak di beri kesempatan menghirup udara bebas
walaupun
sedang memakai sepatu. Murah dan meriah serta buatan
kampung sendiri.
Saya lihat juga
sepatu sendal yang saya beli hari ini. Ingin
saya menganjurkan pada jemaah haji yang kelak tiap
sebentar harus
kemesjid,
tiap sebentar harus mencopot sepatu atau sendal. Dan
dari
pada harus membawa sepatu dan membawa sendal. Kan
lebih
praktis
bawa sepatu sendal yang bisa berfungsi sebagai sendal
sekali gus
juga sebagai sepatu. Dan sepatu inipun tahan.
Teringat ketika saya ke mentawai
keliling masuk desa dan
berlayar
di atas sampan, sepatu inilah yang banyak
berjasa.
Kemana
pergi sepatu ini selalu menemani saya, namanya
sepatu
sendal.
Tujuan bersepatu adalah untuk
melindungi kaki dan menjaga agar
kaki
tetap sehat dan bersih, bersih itu adalah sebagian
iman,
dimana-mana kita di suruh untuk bersih dan membersihkan
kaki, karena
kebersihan adalah pangkal kesehatan, Untuk semua itu
ingin saya
kirimkan sebuah Firman suci_Nya dalam Al-Qur'an, surat
Al_Baqarah
ayat 125 :
"Ingatlah ketika Kami jadikan Bait
(Ka'bah) tempat pulang
balik bagi
manusia (tempat ziarah) serta aman. Dan ambilah maqam
Ibrahim
jadi tempat sembahyang, dan Kami perintahkan
kepada
Ibrahim dan
Ismael, supaya keduanya membersihkan rumahKu (Ka'bah
Allah)
untuk orang-orang tawa,f orang-orang i'tikaf dan orang-
orang rukuk
dan sujud".
B.Tinggi 24 Desember 1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar