Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Setiap kali sesorang membikin
kesalahan berbuat dosa, selalu
dapat nasehat "Bertobatlah, kembalilah
pada_Nya, kembalilah
kepada jalan_Nya yang lurus dan yang benar. Mungkin kamu selama
ni telah jauh menyimpang, mungkin engkau telah tersesat, kembali,
kembalilah ke jalannya yang lurus dan benar, bacalah doa
dalam
Shlatmu "Ihdinas Siratal Mustaqim".
Sayapun teringat akan petuah Sang
guru sewaktu saya melaku
kan kesalahan :" Wahai anakku, Kembalilah dan
datanglah lagi
kepada_Nya, nanti akan di bukakan_Nya rahasia besar dan terlin
dung yang selama ini tak kau ketahui. Pintunya senantiasa terbu
ka, datanglah pada_Nya. sekali-kali Dia tak akan pernah mengece
wakanmu,
bertobatlah".
Tobat berarti menyesal,
atau kembali. Dengan menyesali
keadaan dan
kejadian yang telah berlalu. Tobat kepada Allah
mengandung arti antara lain kembali atau datang kepada_Nya dengan
perasaan menyesal atas perbuatan atau sikap diri yang tidak benar
di masa lalu dan dengan tekad untuk taat kepada_Nya; dengan kata
lain ia mengandung arti kembali pada sikap perbuatan yang lebih
baik dan lebih benar.
Beberapa macam tingkatan
Tobat. Ada tobat dari dosa besar,
ada tobat dari dosa kecil dan ada pula tobat dari perbuatan atau
sikap yang sudah baik, kepada perbuatan atau sikap yang
lebih
baik. Dengan demikian tobat itu dapat dipahami sebagai upaya yang
harus di wujudkan sepanjang hidup dan sepanjang hayat. Jadi tobat
tidak lain dari upaya seseorang untuk meninggalkan keadaan yang
telah mewarnai ke pribadiannya untuk mendapatkan keadaan
yang
lebih baik dan lebih utama bagi kehidupannya di dunia dan
akhi
rat. Ia tak lain dari upaya terus menerus meniti tangga
menuju
puncak ke utamaan
hidup.
Mengingat taraf dan tingkatan
tobat itu berbeda-beda, dan
meskipun Tuhan penerima Tobat dan tidak pernah menolak orang yang
ingin bertobat atau kembali mendekat kepada-Nya.
Namun taraf
kesulitan untuk melakukan tobat itu juga berbeda-beda.
Tobat dapat di
ibaratkan dengan upaya seseorang mencabut
dosa dari dirinya, sedangkan dosa dapat di ibaratkan
bagaikan
sebuah pohon. Bila dosa telah berulang-ulang dilakukan dan telah
berlangsung lama, maka ia seperti pohon besar yang tidak
mudah
mencabutnya. Bila ia baru sekali dua dilakukan, maka
ia baru
seperti benih yang baru tumbuh dan mudah mencabutnya.
Bertobat
dari perbuatan buruk yang telah berulang-ulang
dilakukan dan
telah berlangsung lama, penyakitnya sudah khronis, sudah menahun,
sulitnya seperti sulit mencabut pohon yang besar.
Bila orang
sangat sulit mengupayakan tobat, atau bahkan hampir
mustahil
melakukan tobat, maka hatinya dapat disebut sebagai hati
yang
sudah berkarat oleh dosa-dosanya.
Itulah sebabnya Islam
mengajarkan bahwa setiap kali muncul
dosa atau kesalahan, ia haruslah segera bertobat dan mengiringi
nya dengan perbuatan baik.
Dengan segera bertobat itu, daya
tarik dosa atau pengaruhnya terhadap diri segera pula
lumpuh.
Melalaikan tobat berarti membiarkan dosa itu
mengusai diri,
sehingga ia tetap berada dalam kerendahan.
Nah di bulan Ramadhan
tahun ini, agaknya kesempatan bagi
kita untuk merenung sejenak, segala dosa dan kesalahan yang telah
kita perbuat. Menghitung
atau menghisab diri sebelum di
lakukan
perhitungan kelak. Dan memasang serta
meluruskan niat yang sung
guh-sungguh dan ihklas, akan merobah sifat jelek yang
mewarnai
diri, berjanji dan bertobat untuk tidak mengulanginya lagi. Kita
masuki Bulan suci ini dengan mensucikan diri, membasuh semua dosa
dan kesalahan. Semoga didalam bulan pengampunan dan
pembakaran
dosa ini semua dosa kita di ampuni dan kesalahan
kita di
maafkan_Nya. Semoga di dalam bulan yang penuh berkah ini kita di
berkati_Nya. Dan dalam bulan yang penuh Rahmat ini, kita berada
dalam lindungan Kasih Sayang dan Rahmat_Nya. Amin.
Tobat yang diinginkan itu adalah
tobat yang sungguh-sungguh
yang disebut dengan Tobat nasuha. Yakni tobat tanpa
keinginan
lagi kembali kepada kesalahan atau kekkeliruan yang sebelumnya di
perbuat. Setiap Tobat yang sungguh-sungguh dengan niat yang tulus
dan ihklas, niscaya disambut Tuhan dengan senang,
Karena Dia
Adalah penerima tobat dan senang pada orang yang terus
menerus
bertobat. Untuk itu saya teringat akan sebuah Firman
suci_Nya
dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 104 :"Tidakkah mereka menge
tahui bahwasanya Allah meneerima Tobat dari hamba_Nya dan meneri
ma saksi dan bahwasanya Allah Maha penerima Tobat
lagi Maha
Penyayang"
P a d a n g 12 Februari 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar