Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Pramugari itu duduk bersimpuh di lantai pesawat,
dan dengan
mata yang tak berkedip satu demi satu saya
di tanyainya tentang
isian formulir yang sudah saya isi tapi banyak
salahnya.
Untuk masuk USA kita harus mengisi formulir dengan
bermacam-
macam pertanyaan, ada beberapa pertanyaan yang
saya salah menger
ti, dan hasil jawaban saya pada
formolir itu di koreksi oleh
Pramugari, demikian ramahnya
pramugari dari Taiwan ini, dia
bersimpuh di lantai pesawat dan mengoreksi setiap
kata dan setiap
jawaban
yang saya tulis, dengan halus dan ramah dia menunjukkan
kekeliruan yang telah saya buat, dengan
menunjukkan dan memper
baiki dan lalu mencarikan kertas ganti formolir
dia tekun melaya
ni dan menolong saya, bagaikan guru yang sedang
membimbing murid
yang baru belajar. "Sudah berapa
kali ke Amerika?", Tanyanya
dengan sopan. "Baru pertama
kali" jawab saya "Ndak apa-apa ,
orang yang sudah sering ke Amerikapun masih ada
juga yang keliru
menjawab", ulasnya. "Di Amerika
setiap kata di teliti dan kalau
salah tulis, kita dianggaonya berdusta dan
orang Amerika paling
tak senang kalau ada yang berdusta". KAtanya menjelaskan.
Maka
kembali saya isi formulir itu hati-hati
sambil di koreksi oleh
pramugari yang cantik. Rasanya servis
seperti itu tak akan saya
peroleh di Indonesia.
Memang untuk melanjutkan perjalan menuju Taipei kami mengu
nakan pesawat Taiwan "Eva Air" Boing 747
yang berbadan lebar dan
berwarna serba hijau di juluki dengan
"ever green". Semuanya
hijau, pesawatnya hijau, baju
pilot dan pramugarinya hijau,
cangkir dan piring-piringnya hijau, semua
warna dan hiasan yang
ada didinding depanpun hijau.
Pesawat Taiwan ini terkesan mewah dan canggih
dengan tempat
duduk yang lebar, ditangan-tangan
kursinya terdapat bermacam-
macam peralatan, dapat mendenganr musik dari 9 Chanel, dapat
menikmati video yang layar
monitornya terpasang di sandaran
tempat duduk kursi yang di depan kita. Dan
walaupun berlapang-
lapang, setiap barisnya di jejelai 8
buah kursi dan semuanya
terisi penuh. Pramugari yang ramah hormat dan
sopan, chas Taiwan,
semua berbaju hijau, sangat kontras dengan kulitnya
yang putih
bersih dan mereka sangat muda-muda, umur belasan
tahun tapi gesit
dan lincah. Tiap sebentar kami
dihampirinya, ada saja yang di
tawarkan, kuelah ,teh, kopi penganan, ah
bermacam-macam makanan,
sehingga perut yang tadinya kelaparan selama
menunggu dI Bandara
Changi Singapura, sekarang betul-betul terisi
padat.
Perjalanan hari ini ke Taipei, bukan
Taipeh seperti yang
biasa saya sebut, tapi TAIPEI, sangat menyenangkan
sambil menyak
sikan putaran-putaran flim, tinggal pilih flim apa
melalui video
dengan bermacam kebudayaan di dunia.
Perjalanan menuju Taipei di tempuh selama 4
Jam dengan ke
tinggian jelajah 35.000 Kaki,
artinya yang dilihat di bawah
lautan china selatan semua
tampak kecil sehingga kapal yang
berlayarpun terlihat sangat
kecil-kecil di bawah sana. Taipei
adalah ibu kota Taiwan, saya ngak menduga
bahwa ternyata Taiwan
sudah demikian maju dan bagus sekali. Hidangan
makan yang disaji
kan menerbitkan selera makan yaitu sea food,
saya selalu senang
makan ikan dan udang dari laut, Ah pesawat ini
terkesan mewah dan
baru, apalagi layanan dan pramugari yang seakan
tak pernah lelah
memberikan servis yang baik. Di Taipei kami
transit dan sempat
menikmati pelabuhan Chiang Kaisek selama 2
Jam, cukup baik rapi
dan manusianya bekerja dan ngomong sama
cepatnya. Kembali kami
pindah dengan pesawar Eva Air BR 034 untuk tujuan Seatle USA,
Semua kami ngumpul di ruang
Tunggu, tapi ada saja yang
melancong naik keatas , melihat-lihat kesana sini,
sehingga waktu
mengumpulkan Paspor mengalami keterlambatan
karena mereka yang
pergi melancong kemana-kemana tanpa
izin dan tak melapor pada
Kiki menyebabkan keterlambatan pula dalam pemberangkatan.
„
„
Petugas disini muda-muda, berpakaian
rapi, mereka tegas,
tapi tidak seram dan tak seorangpun yang
berpakaian satpam atau
pakaian polisi. Yang terbayang di wajah
mereka bagaiman supaya
pekerjaan cepat selesai dan tepat
waktu, serta bisa menolong
orang, tidak bertele-tele namun tegas.
Ruang tunggu di Taipei
sederhana namun bersih dan tertib.
Walaupun banyak yang antri
waktu mau naik pesawat atau memperlihatkan
pasport, namun tidak
berdesak-desak dan tidak bergegas dan tidak
stress.
„
„
Taipei menuju Seattle ditempuh dalam waktu 10 Jam,
sebetuln
ya adalah waktu yang panjang dan
membosankan, apalagi tak bisa
tidur dengan nyenyak, namun karena pesawat
Eva Air Taiwan Boing
747-400
ini mempunyai tempat duduk yang
cukup lapang, dan jarak
antara 2 kursi cukup panjang, sehingga
mereka yang bertungkai
Panjangpun dengan leluasa dapat meluncurkan
kakinya, apalagi kaki
kursi di buat mirip seperti kaki kursi tukang
pangkas, sehingga
nyaman dan enak, sambil di depan mata atau
pada punggung kursi,
ada layar monitor TV dengan 8 channel, sehingga
kita bisa memilih
flim yang disenangi, atau kalau ingin
mendengar lagu-lagu, juga
bisa memilih 8 channel dengan
nyanyia-nyanyian yang seronok.
Begitu pesawat take off
meninggalkan Taipei, berturut-turut
pramugari memberikan selimut dan bantal,
memberikan aipon untuk
dapat menikmati nyanyian dan siaran video,
memberikan odol dan
sikat gigi kecil beserta penutup mata kalau
ingin tidur dengan
lelapnya, dan juga memberikan sepasang
sendal yang lunak dan
lembut, enak di pakai dan perlu diatas pesawat,
semua hadiah itu
boleh dimanfaatkan dan di bawa pulang
sebagai kenangan dari Eva
Air. Memasuki pulau-pulau Jepang, udara jelek,
pesawat yang besar
itu terguncang, mungkin diluar banyak awan
atau ada Taifun, dan
goncangan- goncangan ini berulang datang
karena kami melintasi
Samudra dan lautan Pasifik untuk mendarat
sekitar Jam 2 Siang
waktu setempat. Agak aneh yang saya rasakan, Kami
berangkat dari
Singapura jam 1. 15 Siang, Singgah di Taipei
Taiwan, menjelahi
kepulauan jepang, melintasi Samudra
Pasifik, eh Tahu-tahunya
sampai di Amerika Serikat di Seattle
jam 1.50 Siang pada hari
yang sama. Hal ini bisa terjadi karena kami
terbang kearah mata
hari terbit, menyusur ke Timur, sehingga
Siang hari berangkat,
juga siang hari sampai pada hari yang
sama, karena beda waktu
antara Indonesia dan Seattle adalah 10 Jam. Jadi
kalau Siang hari
di Seattle berarti malam hari di Indonsia.
NAmun walaupun siang
panas menyengat, namun pramugari
menutupkan daun jendela dan
memadamkan semua lampu, sehingga di
pesawat seakan=akan hari
telah malam dan kami di persilahkan tidur,
dan dalam tidur itu
sang pramugari selalu mengawasi
dan memperhatikan kebutuhan-
kebutuhan kami. Telatan, ramah, sopan,
cantik, muda gesit, tapi
terhormat. Itulah kesan saya tentang
pramugari di Eva Air yang
tak kan mungkin bisa di lupakan.
Untuk itu saya teringat akan ajaran agama kita,
sebetulnya mereka
pramugari itu telah banyak mentrapkan
ajaran-ajaran agama kita.
Karena ciri agama kita, adalah
kita harus bekerja keras dan
sungguh-sungguh, semua pekerjaan adalah
ibadah asal di niatkan
karena Allah, maka mulai dengan Bismillah dan jika
selesai sebu
tlah Alhamdulillah, supaya kita selalu
berorientasi pada Allah.
Sehingga apa yang kita lakukan, sebagai Tema
sentralnya adalah
Allah. Darinya kita datang,
kepada_Nya kita kan kembali dan
untuk_Nya segala apa yang kita kerjakan. Tak
sedetikpun terniat
di hati ini untuk melupakan dan meninggalkan-Nya.
Padan_Nya kita
berharap dan pada_Nya jua kita meminta
Eva Air, diatas samudra Pasifik 16 September 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar