Oleh
Dr.H.K.Suheimi
Bertandang ke Rumah Pak Matsudin Anang,
membuat hati jadi
senang
dan perasaan jadi tenang. Lebih=lebih kalau sampai
di
tengah
pekarangan dalam yang ada taman dan
burung dalam sangkar
yang bagus
tertata rapi. Burung-burung ini memberi ketenangan dan
ke
tentraman" kata pak wali kota solok ini
sambil menikmati
kicauan
burung-burung yang menyanyi riang disiang itu. Ada burung
cacak
rawa ada burung balam, ada ketilang ada burung yang saya
lupa
namanya. Banyak jenis burung dalam sangkar yang satu itu.
"Lihatlah
pak dokter" kata pak Anang "Tak pernah
burung ini
berkelahi,
walaupun mereka tak sejenis dan tak
seketurunan,
padahal
sangkar ini sempit di bandingkan dengan banyaknya burung
di
dalamnya".
Memang
saya lihat tak ada pertengkaran ataupun perkelahian
dalam
kandang yang tertata elok itu. "Asal makannannya
cukup,
mereka
tak hendak mengambil makanan temannya" ciloteh pak wali.
"Tak
habis pikir saya" lanjut pak wali "Kenapa
manusia yang
banyak punya
kelebihan kalau sudah bersama, saling berebutan dan
berkelahi?".
"Kenapa tak meniru tingkah burung yang penuh keda
maian
ini". "Betul" kata saya dari dalam hati, "Dalam kebersamaan
dalam
keramaian, justru timbul bunyi dan suara burung yang berma
cam-macam
dan bertingkah berupa-rupa, menambah indahnya bunyi
yang tercipta.
Bermacam
warna dan berbagai bulu-bulu halus burung
itu
menambah
nikmatnya suasana. Suasana dalam sangkar nan elok, dan
suasana
hati yang sejuk menatapnya".
"Berjam-jam saya habiskan
waktu di
depan sangkar burung ini. Lebih-lebih kalau
sedang
etress".
Kata pak matsudin sambil mendengar kokok ayam berlenggek
yang
sudah sampai 9 lengggek iramanya. Memang 2 ekor ayam kokok
lenggek
meningkah irama yang menyebabkan ruang tengah rumah pak
wali kota ini
tak pernah sepi.
Saya baru
sekali ini kerumah pak wali kota solok. Kebetulan
hari ini
Minggu 29 Oktober, beliau ada hajat bermenantu, Walaupun
di
tengah kesibukkan beliau karena beberapa hari itu
kurang
tidur. Beliau
masih menyediakan waktu untuk omong-omong dan
membawa
saya ke sangkar burungnya. "Letih saya terobat
kalau
sudah
menyaksikan kakobeh-kakobeh burung-burung ini".
penga
kuannya
Memang
saya lihat, tadi pak matsudin Anang ini sudah cape
keletihan,
tapi begitu sampai di depan sangkar-sangkar burung,
mata
beliau berbinar-binar menceritrakan bermacam
sifat-sifat
burung
piaraan itu. Dan semua burung-burung dalam sangkar itu
berkicau riang, karena di dalamnya di dalam sangkar itu ada lagi
berkicau riang, karena di dalamnya di dalam sangkar itu ada lagi
pohon-pohonan.
Seakan saya mendengar sebait untaian lagu;
Dipucuk pohon
yang rindang
Burung
ketilang berbunyi
Bersiul-siul
sepanjang hari
Dengan tak
jemu-jemu.
Begitulah
rupanya burung-burung kalau di pelihara dan kan
dangnya
di tata apik dan kebutuhan burung itu di penuhi. Karena
sangkarnya
yang luas dan bersih burung itu tampak sehat dan ber
nyanyi riang
Begitu
pula yang saya saksikan di depan rumah Pak Yusuf
Aten's
Kakanwil BKKBN. Juga berjenis burung ada di situ. Ventila
si dan aliran
udara dalam sangkar burung itu di perhitumgkan. Air
yang
mengalir di luar dan di dalam sangkar di atur,
sehingga
serangga dan
semut tak bisa mampir. Bagi pak dokter ini, merupa
kan satu
kebutuhan bercanda dengan burung "poksai hongkong" dan
dengan
"burung beo nias" yang sudah banyak bisa meniru kata-kata.
Kalau
berceritra tentang burung bersama beliau, bisa
menyita
waktu
berjam-jam.
Lain
lagi di rumah dr. H.Jusar
Sulin, sangat banyak jenis
burung-burung
yang terdapat di dalam sangkarnya. Dan
burung
inipun
tahu, apabila Dr,Jusar datang, mereka berkicau semuanya.
Dan bila
Jusar mengeluarkan satu bunyi, burung-burung itupun
menyahuti
bunyi ini dengan ramai. Sayapun ikut serta menikmati
kicauan
burung-burung itu. Dan apabila melihat burung gembira
dalam
sangkar, lalu tergiang sebuah nyanyian yang ternyata tak
begitu cocok
lagi
Wahai kau
burung dalam sangkar
Sungguh
nasibmu malang benar
Tak seorangpun
ambil tahu
Duka dan lara
di hatimu
Lalu saya coba
bandingkan. Ternyata burung yang lepas sekar
ang
terancam kemerdekaannya dan banyak musuhnya. Sulit lahan
hidupnya,
dimana dia berada, dia di buru dan di tembak. Sulit
sekarang
mencari burung yang bebas dan merdeka. Tapi di dalam
sangkar
yang luas mereka terpelihara dan seakan-akan
bebas.
Apalagi
kalau kita melihat taman burung di Singapura atau taman
burung
di Taman Mini Indonesia Indah. Kita menyaksikan para
penyayang
binatang dan penyayang burung-burung. Diluar negeripun
banyak
burung yang terbang bebas, tak seorangpun boleh menembak
atau
menangkapnya. Karena ada peraturan dan sangsi bagi mereka
yang tak
menyayangi burung-burung ini.
"Burung memang minta di sayangi dan di pelihara
dengan penuh
perhatian" Kata pak Yusuf. Kalau kita sayang pada mereka kitapun
akan
mendapatkan kicauan dan nyanyiannya yang merdu, menimbulkan
obat untuk
penyakit stres, dan disana tampak tanda-tanda kebesar
an Illahi"
ulas Pak kakanwil BKKBN ini.
Ternyata
burung-burung inipun bertasbih dan memuji Tuhan
dengan
caeanya sendiri. Untuk semua itu saya petikkan
sebuah
Firman
Suci_Nya dalam surat Shaad ayat 19 :
"Dan
(Kami tundukkan) burung-burung dalam keadaan terkumpul mas
ing-masingnya
amat taat (kepada Allah) "
P a d a n g 29
Oktober 1995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar