Oleh : Dr.H.K.Suheimi
29 September 1994, malam ini montreal di guyur
hujan, udara
dingin menusuk tulang, gigi geligi
gemeletuk. Dimalam sedingin
dan sesunyi ini tak ada keinginan untuk keluar dan
tak adakeingi
nan untuk shoping. Padahal bagi kami
sekeluarga biasanya setiap
malam di 29 September ini adalah merupakan
hari bersejarah yang
tak pernah kami lewati begitu saja. Selalu hari
ini kami nantikan
dan kami rayakan, bermacam-macam cara
dan gaya merayakannya.
Kadang-kadang menyewa organ tunggal dan main
kim sambil mengun
dang sanak saudara, handai dan tolan.
Dimalam-malam 29 September
biasanya kami bernyanyi berdendangriang,
berjoget dan ber dan
gdut, semua turun anak-anak,
sanak-sanak, pandai atau tidak
pandai, bisa atau tidak bisa, pokoknya semua
bergembira sambil
menyanyikan Panjang umurnya dan lagu Happy
Birth Day To You. 29
September adalah ulang Tahun Istri saya. Tapi kali
ini tidak ada
nyanyian bersama . tidak ada sanak saudara,
tidak ada anak-anak
yang menemani. Udara terlalu dingin, hujan
membasahi bumi, Mon
treal terasaa sepi.
Di hari Istri saya berulang tahun ini, hanya
kami rayakan
berdua, mungkin pak Alvon atau dr Muki
lupa, karena biasanya
siapa saja yang berulag tahun di ramaikan
dengan makan bersama
dan nyanyian bersama sambil melagukan
Happy Birth Day To You.
Namun nyanyian itu kami lagukan juga,
tapi hanya kami berdua
dalam kamar, dan terasa lebih
syahdu dan lebih mengesankan.
Biasanya setiap kali ulang tahun kami rayakan
bersama anak-anak,
tapi kali ini kami hanya berdua
merayakannya di Montreal di
sebuah Hotel L'Emerillon, di kedinginan
malam Montreal, sambil
mengingat anak-anak nun jauh di kampung.
Terbayang saat kami
nyanyi bersama, saat bersuka ria, setiap siapa
saja diantara kami
yang merayakan ulang tahun selalu dirayakan dengan
rasa kekeluar
gaan yang mendalam, namun di malam ini
kami kenang anak-anak,
kami bayangkan seakan-akan bersama mereka yang
jauh di mata namun
dekat di hati.
Entah kenapa dimalam terakhir kami di montreal
ini, tersayat
rindu dalam hati ingin bertemu dengannya
ingin pulang kekampung
ingin segera sampai di Padang Kota tercinta,
setelah puas berlan
glang buana kebelahan Bumi sana, setelah puas
melihat dan menik
mati ke besaran_Nya. Ya Allah terima kasih
atas segala nikmatmu
ini. Kami akan meninggalkan Montreal dan entah
bila dan entah kan
dimana, tak mungkin rasanya kami untuk mengulang
kembali perjala
nan ini. Perjalanan ini sungguh jauh dan
mengesankan, tapi engkau
tak tahu kawan betapa pengalaman yang telah
kami rasai. Bersama
tulisan ini di tengah malam ingin saya
ceritrakan apa yang saya
alami dan apa yang saya rasakan
untukmu, sebagai tanda kita
pernah bersama, saling berbagi rasa
dan berbagi suka. Padamu
semua pembaca saya kirimkan tulisan ini dari
rantau yang sangat
jauh di Montreal di Canada
Setiap kali ulang tahun setiap tahun umur bertambah
dan
setiap tahun pula sebenarnya sisa hidup berkurang,
tidak seberapa
lagi yang tertinggal, maka dalam sisa-sisa hidup
yang tertinggal
ini ingin rasanya setiap detiknya digunakan
untuk hal-hal yang
bermanfaat, bermanfaat untuk diri ini dan bermanfaat
untuk orang
lain, tak lain adalah dalam rangka
mendekatkan diri pada_Nya.
Karena sebaik-baik manusia adalah
mereka yang bermanfaat bagi
sesamanya. sesuai dengan doa saya malam ini,
kiranya Tuhan mem
berikan setiap detik waktu sebagai waktu yang
bermanfaat. Memang
saya rasakan banyak waktu yang di berikan -Nya
ternyata terbuang
sia-sia. Padahal Ali Bin Abu Thalib pernah
berkata bahwa:"Waktu
itu bagaikan pedang dia akan memengaggal
umurmu tanpa kau rasa
dan tanpa kau sadari".
Maka kalau setiap saat saya sampai di air
port sambil me
nunggu di ruang tunggu yang dalam perjalanan
ini kadang-kadang
memakan waktu sampai 2 jam, ada waktu lowong, ada
waktu senggang
maka saya teringat akan sebuah firman suci-Nya
dalam surat Alm
Nashrah "Jika kamu punya waktu lowong,
bekerjalah karena itu yang
terbaik bagimu dan kepada Allah
senantiasalah kamu berharap".
Memang pada siapa lagi kita berharap dan pada
siapa lagi kita mau
meminta, tak lain dan tak bukan hanya
pada_Nya jua seperti yang
selau kita lafaskan dalam setiap kali kita Shalat.
Hanya pada_Mu
kami berdo,a dan hanya padamu kami
minta tolong". Maka selalu
saja saya bermohon agar dalam perjalanan ini
dalm lindungan dan
Redha_Nya dan di beri-Nya keselamatan dan
kesehatan dan di buka
kan_Nya mata saya dalam melihat bahwa setiap
kejadian selalu ada
tangan-Nya selalu tampak kekuasaan-Nya
dan dalam setiap detik
waktu saya merasakan kehadiran_Nya
agar saya selalu ingat dan
patuh pada_Nya. Waktu berlalu walaupun hari ulang
tahun ini saya
lalui berdua dengan istri. Dan melalui tulisan
inipun saya ucap
kan selamat ulang tahun pada buk Inna/
Mariana yunizaf istrinya
Pak yunizaf.
Efi Ratsmawati, istri Dr Suhartono Ds, pak wiet
Wiharto dari slawi, Hasnah
Siregar dan terutama untuk istri
tercinta. memang lain rasanya di hari ulang tahun
sekali ini saya
ngak sempat membelikan kado, karena
sibuk dengan kongres dan
sibuk dalam perjalanan, tapi ndak
apalah, sebagai ganti kado,
akan saya berikan padanya
segenap kasih , segenap cinta dan
segenap sayang dimalam ini yang juga merupkan
malam terakhir bagi
kami di
Montreal, suatu tempat yang semula tak pernah
saya
bayangkan dan tak pernah saya impikan akan sampai
kebelahan bumi
ini yang sangat jauh dan sangat jauh sekali.
tersangkut di tanah
dan di negeri orang yang lain kulitnya lain
bahasanya lain bu
dayanya lain cara hidupnya dan lain
iklimnya. Malampun semakin
sunyi, suara kendaraan tidak lagi
terdengar di jalanan, hanya
titik air yang jatuh dari langit
menyiram dan membasahi bumi.
Saya tatap istri saya dalam tidurnya
yang nyenyak, satu-satu
rambut putih telah tumbuh menyela rambutnya
yang dulunya hitam
lebat. Satu-satu goresan ada di
mukanya menandakan bahwa dia
telah dimakan usia. Namun ke dewasaan dan
ketenangan tersibak di
wajahnya yang lembut di malam ini.
Saya tutup badanya dengan
selimut dan saya selimuti pula badan saya
yang kedinginan, dan
kamipun terlena dalam buayain mimpi.
Rasanya seakan berada di
tengah anak-anak. Betapa lezatnya makan
bersama dengan jengkol
petai dan rebus terung. Memang sudah
hampir 20 hari kami tak
makan nasi, sudah 20 haro kami makn hanya dengan
pisau dan garpu
dan sudah 20 hari memakan apa-apa yang selama ini
tak begitu kami
sukai. Entah kenapa di malam ini bermimpi makan
lezat, makanan ke
gemaran di tengah anak-anak diPadang Kota
tercinta. Sedang enak-
enak bermimpi dan belum habis lagi mimpi
itu, kami di kejutkan
oleh dering bel di kamar. Dari balik telepon
terdengar suara Alex
tour leader yang memberi tahu :"Pak
suheimi hari sudah pukul 3
pagi, sejam lagi kita harus
buru-buru ke Air Port berangkat
menuju Fransisco". Dengan
rasa malas saya sibakkan selimut,
sebetulnya saya ingin bermimpi lebih panjang lagi,
tapi montreal
yang di basahi hujan dimalam ini harius kami
tinggalkan dengan
segala kenangan manis yang tak kan mungkin
terlupakan.
Lalu saya teringat akan pesan Tuhan, bahwa kita
diberi umur
dan kehidupan dan kita selalu di seru_Nya agar
dalam setiap detik
kehidupan itu kita selalu ingat
pada_Nya dan apapun yang kita
lakukan adalah karena_Nya. Inna
Shalaati Wanusuki Wamahyaya,
Wamamati Lilahirabbil'alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar