Kamis, 07 November 2013

MALAM SUNYI DI MONTREAL



Oleh : Dr.H.K.Suheimi

29 September 1994, malam ini montreal di guyur hujan,  udara

dingin  menusuk tulang, gigi geligi gemeletuk.  Dimalam  sedingin

dan sesunyi ini tak ada keinginan untuk keluar dan tak adakeingi­

nan  untuk shoping. Padahal bagi kami sekeluarga biasanya  setiap

malam  di 29 September ini adalah merupakan hari bersejarah  yang

tak pernah kami lewati begitu saja. Selalu hari ini kami nantikan

dan  kami  rayakan, bermacam-macam cara  dan  gaya  merayakannya.

Kadang-kadang  menyewa organ tunggal dan main kim sambil  mengun­

dang sanak saudara, handai dan tolan. Dimalam-malam 29  September

biasanya  kami bernyanyi berdendangriang, berjoget dan  ber  dan­

gdut,  semua  turun  anak-anak, sanak-sanak,  pandai  atau  tidak

pandai,  bisa atau tidak bisa, pokoknya semua  bergembira  sambil

menyanyikan  Panjang umurnya dan lagu Happy Birth Day To You.  29

September adalah ulang Tahun Istri saya. Tapi kali ini tidak  ada

nyanyian  bersama . tidak ada sanak saudara, tidak ada  anak-anak

yang  menemani. Udara terlalu dingin, hujan membasahi bumi,  Mon­

treal terasaa sepi.


Di  hari Istri saya berulang tahun ini, hanya  kami  rayakan

berdua,  mungkin  pak Alvon atau dr Muki  lupa,  karena  biasanya

siapa  saja yang berulag tahun di ramaikan dengan  makan  bersama

dan  nyanyian  bersama sambil melagukan Happy Birth Day  To  You.

Namun  nyanyian  itu kami lagukan juga, tapi  hanya  kami  berdua

dalam  kamar,  dan  terasa lebih syahdu  dan  lebih  mengesankan.

Biasanya setiap kali ulang tahun kami rayakan bersama  anak-anak,

tapi  kali  ini  kami hanya berdua merayakannya  di  Montreal  di

sebuah  Hotel L'Emerillon, di kedinginan malam  Montreal,  sambil

mengingat  anak-anak  nun jauh di kampung.  Terbayang  saat  kami

nyanyi bersama, saat bersuka ria, setiap siapa saja diantara kami

yang merayakan ulang tahun selalu dirayakan dengan rasa kekeluar­

gaan  yang  mendalam, namun di malam ini kami  kenang  anak-anak,

kami bayangkan seakan-akan bersama mereka yang jauh di mata namun

dekat di hati.


Entah kenapa dimalam terakhir kami di montreal ini, tersayat

rindu  dalam hati ingin bertemu dengannya ingin pulang  kekampung

ingin segera sampai di Padang Kota tercinta, setelah puas berlan­

glang buana kebelahan Bumi sana, setelah puas melihat dan  menik­

mati  ke besaran_Nya. Ya Allah terima kasih atas segala  nikmatmu

ini. Kami akan meninggalkan Montreal dan entah bila dan entah kan

dimana, tak mungkin rasanya kami untuk mengulang kembali perjala­

nan ini. Perjalanan ini sungguh jauh dan mengesankan, tapi engkau

tak  tahu kawan betapa pengalaman yang telah kami rasai.  Bersama

tulisan  ini di tengah malam ingin saya ceritrakan apa yang  saya

alami  dan  apa  yang saya rasakan untukmu,  sebagai  tanda  kita

pernah  bersama,  saling berbagi rasa dan  berbagi  suka.  Padamu

semua  pembaca saya kirimkan tulisan ini dari rantau yang  sangat

jauh di Montreal di Canada

Setiap  kali  ulang  tahun setiap tahun umur  bertambah  dan

setiap tahun pula sebenarnya sisa hidup berkurang, tidak seberapa

lagi yang tertinggal, maka dalam sisa-sisa hidup yang  tertinggal

ini  ingin rasanya setiap detiknya digunakan untuk  hal-hal  yang

bermanfaat, bermanfaat untuk diri ini dan bermanfaat untuk  orang

lain,  tak  lain adalah dalam rangka mendekatkan  diri  pada_Nya.

Karena  sebaik-baik  manusia adalah mereka yang  bermanfaat  bagi

sesamanya.  sesuai dengan doa saya malam ini, kiranya Tuhan  mem­

berikan setiap detik waktu sebagai waktu yang bermanfaat.  Memang

saya rasakan banyak waktu yang di berikan -Nya ternyata  terbuang

sia-sia.  Padahal Ali Bin Abu Thalib pernah berkata  bahwa:"Waktu

itu  bagaikan pedang dia akan memengaggal umurmu  tanpa kau  rasa

dan tanpa kau sadari".


Maka  kalau setiap saat saya sampai di air port  sambil  me­

nunggu  di ruang tunggu yang dalam perjalanan  ini  kadang-kadang

memakan waktu sampai 2 jam, ada waktu lowong, ada waktu  senggang

maka  saya teringat akan sebuah firman suci-Nya dalam  surat  Alm 

Nashrah "Jika kamu punya waktu lowong, bekerjalah karena itu yang 

terbaik  bagimu  dan kepada Allah senantiasalah  kamu  berharap". 

Memang pada siapa lagi kita berharap dan pada siapa lagi kita mau 

meminta,  tak lain dan tak bukan hanya pada_Nya jua seperti  yang 

selau kita lafaskan dalam setiap kali kita Shalat. Hanya  pada_Mu 

kami  berdo,a  dan hanya padamu kami minta tolong".  Maka  selalu 

saja  saya bermohon agar dalam perjalanan ini dalm lindungan  dan 

Redha_Nya dan di beri-Nya keselamatan dan kesehatan dan di  buka­

kan_Nya mata saya dalam melihat bahwa setiap kejadian selalu  ada 

tangan-Nya  selalu  tampak kekuasaan-Nya dan dalam  setiap  detik 

waktu  saya  merasakan kehadiran_Nya agar saya selalu  ingat  dan

patuh pada_Nya. Waktu berlalu walaupun hari ulang tahun ini  saya

lalui berdua dengan istri. Dan melalui tulisan inipun saya  ucap­

kan  selamat ulang tahun pada buk Inna/ Mariana yunizaf  istrinya 

Pak  yunizaf.   Efi Ratsmawati, istri Dr Suhartono Ds,  pak  wiet 

Wiharto  dari  slawi,  Hasnah Siregar dan  terutama  untuk  istri 

tercinta. memang lain rasanya di hari ulang tahun sekali ini saya 

ngak  sempat  membelikan kado, karena sibuk  dengan  kongres  dan 

sibuk  dalam  perjalanan, tapi ndak apalah, sebagai  ganti  kado, 

akan  saya  berikan  padanya segenap kasih ,  segenap  cinta  dan 

segenap sayang dimalam ini yang juga merupkan malam terakhir bagi 

kami  di   Montreal,  suatu tempat yang semula  tak  pernah  saya 

bayangkan dan tak pernah saya impikan akan sampai kebelahan  bumi 

ini yang sangat jauh dan sangat jauh sekali. tersangkut di  tanah

dan  di negeri orang yang lain kulitnya lain bahasanya  lain  bu­

dayanya  lain cara hidupnya dan lain iklimnya.  Malampun  semakin

sunyi,  suara  kendaraan tidak lagi terdengar di  jalanan,  hanya

titik  air  yang jatuh dari langit menyiram dan  membasahi  bumi.

Saya  tatap  istri saya dalam tidurnya  yang  nyenyak,  satu-satu

rambut  putih telah tumbuh menyela rambutnya yang  dulunya  hitam

lebat.  Satu-satu  goresan ada di mukanya  menandakan  bahwa  dia

telah dimakan usia. Namun ke dewasaan dan ketenangan tersibak  di

wajahnya  yang  lembut di malam ini. Saya  tutup  badanya  dengan

selimut  dan saya selimuti pula badan saya yang  kedinginan,  dan

kamipun  terlena  dalam buayain mimpi. Rasanya seakan  berada  di

tengah  anak-anak. Betapa lezatnya makan bersama  dengan  jengkol

petai  dan  rebus terung. Memang sudah hampir 20  hari  kami  tak

makan nasi, sudah 20 haro kami makn hanya dengan pisau dan  garpu

dan sudah 20 hari memakan apa-apa yang selama ini tak begitu kami

sukai. Entah kenapa di malam ini bermimpi makan lezat, makanan ke

gemaran di tengah anak-anak diPadang Kota tercinta. Sedang  enak-

enak  bermimpi dan belum habis lagi mimpi itu, kami  di  kejutkan

oleh dering bel di kamar. Dari balik telepon terdengar suara Alex 

tour  leader yang memberi tahu :"Pak suheimi hari sudah  pukul  3

pagi,  sejam  lagi  kita harus buru-buru ke  Air  Port  berangkat

menuju  Fransisco".  Dengan  rasa malas  saya  sibakkan  selimut,

sebetulnya saya ingin bermimpi lebih panjang lagi, tapi  montreal

yang  di basahi hujan dimalam ini harius kami  tinggalkan  dengan

segala kenangan manis yang tak kan mungkin terlupakan.

Lalu saya teringat akan pesan Tuhan, bahwa kita diberi  umur

dan kehidupan dan kita selalu di seru_Nya agar dalam setiap detik

kehidupan  itu  kita selalu ingat pada_Nya dan apapun  yang  kita

lakukan  adalah  karena_Nya. Inna  Shalaati  Wanusuki  Wamahyaya,

Wamamati Lilahirabbil'alamin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar