Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Karam di tepi, inilah yang
saya alami hari ini. Beberapa meter
lagi sampai ke tanah tepi,
biduk yang di tompangi itu terbelin
tang, oleng,
penompang cemas, tak bisa menjaga keseimbangan.
Semua isi biduk yang memang tak
pakai "cadiak" itupun masuk laut.
Adalah Zainul Ihkwan yang
panggamang lebih dulu kecebur. Badannya
besar orangnya tinggi. Akibatnya
semua kamipun karam. "Ah lah di
tapi makonya
karam".
Padahal tadi malam, semalam
suntuk kami di tengah lautan Indone
sia. Di balik pulau bintangur,
tidak ada lagi pulau selepas itu.
Di lautan lepas, tempat
lalu lintasnya kapal besar. Ada sebuah
tempat yang oleh para
Nelayan di sebut "Karang gosong". Karena
pada kedalamam 40-50 meter
terdapat karang dan di karang itulah
banyak ikan-ikan
bersilewaran. Kesanalah kami tadi malam. Cukup
banyak ikan yang
diperoleh dan cukup banyak pengalaman yang
dialami. Beberapa hal yang sangat
menarik malam itu adalah ketika
dimata kail kami tersangkut
seekor ikan pari yang cukup besar.
Cukup lama kami
"mampainai"nya. Begitu ikan pari terangkat keatas
kapal. Tiba-tiba ada sesuatu yang
menonggol dari vaginanya.
Kami perhatikan terus
akhirnya keluar mahkluk kecil yang mirip
sekali dengan ibunya.
Itulah anak ikan pari. Rupanya tidak di
darat saja kami
menolong persalinan. Sampai-sampai di tengah
lautpun kerjanya menolong
persalinan juga. Mungkin karena malam
itu yang pergi memancing
adalah dokter-dokter yang tiap harinya
selalu menolong kelahiran.
Tercatat nama-nama Dr.H.Jusar Sulin,
bertindak sebagai Bos karena
beliaulah yang punya kapal dan punya
bagan. Kami-kami ini hanya
nyebeng menompang nikamatnya saja. Dr.
Zainul ihkwan. Dr Yozerwan. Dr Andy. Dr Benovry karim,
dr dedy
dan seorang staf kamar operasi.
Hampir saja kami melakukan opera
si kalau persalinan ikan
pari itu macet. Untunglah bayi mungil
itu lahir dengan selamat, namun
ibunya tak tertolong lagi, karena
mata kail yang nyangkut di
merihnya terlalu dalam, sehingga dia
tak mungkin untuk di
hidupkan kembali.
Bayi ikan pari itu kami lepas
kembali kelaut. Mudah-mudahan kalau
sudah besar kelak akan kami
pancing kembali. Sedangkan induknya
jadi santapan yang
sangat lezat. Badannya yang terdiri dari
tulang rawan, rapuh dan gurih, lebih-lebih tentang sayapnya. Oh
tulang rawan, rapuh dan gurih, lebih-lebih tentang sayapnya. Oh
betapa lezatnya menyantap ikan
pari hasil tangkapan sendiri.
Malam ini banyak sekali kami
dapat ikan dari pancingan. Namun dua
kali saya mengalami
kecewa berat. Yang pertama
ketika kail
Benovri di larikan ikan besar.
setelah sekian kami lama berjuang
untuk dapat mengangkat ikan ini.
tapi kami "malapeh hao"
karena
tali nilon yang cukup
kasar itu tak kuat mengangkat ikan itu
keatas kapal sehingga ikan itu lepas
ke laut lepas.
Yang kedua ketika sedang
terlengah. Tiba-tiba seekor ikan dengan
kekuatan raksasa
melarikan pancing dengan sangat kuat. Kekua
tannya saja kayak raksasa, saya
ngak dapat membayang berapa besar
ikan yang melarikan
pancing itu. Sampai sehabis=habis
benang
nilon, namun ikan itu
berlari kencang. Nilon itupun berdenting-
denting menahan hempasan
ikan raksasa itu. Yang namanya benang
nilon kekuatannya pun
terbatas, dia beralah dan putus. Saya
kecewa berat. Telunjuk ini sudah
lecet namun ikan lepas pula.
Semalaman kami tak
tidur. Asyik mengumpulkan ikan demi ikan.
Bermacam jenis ikan karang yang
cantik-cantik dapat kami tangkap
malam itu. Menjelang parak siang,
Jaringann baganpun di turunkan.
ikan yang sudah dari senja
terkumpul di bawah kapal, inilah yang
akan kami tangkap. Disini saya
belajar bagaimana cara anak bagan
mengepung dan menipu ikan dengan mempermainkan lampu-lampu
yang
berderet di sekeliling kapal.
Malam yang penuh kenangan
dan penuh kesan. Ditengah laut lepas,
hampir saja kami di tabrak
oleh sebuah kapal tangki yang besar.
Untung Edi si jurmudi dan di
pimpin Oleh Ir yang jadi pimpinan di
kapal itu, kami dapat
mengelak dari kapal tangki itu. Memang
salah kami juga
karena memancing pada jalur lalu lintas kapal
besar.
Setelah bermacam kesulitan kami
lewati. Eh tiba-tiba sewaktu akan
menjejakkan kaki di tanah
tepi, biduk kami terbalik. Basah ram
butnya , basah
bajunya, basah celananya. basah tembakau dan
rokoknya. Dompet yang
berisi surat-surat pentingpun ikut basah.
Ah pulang pagi berbasah-basah.
"Lah di tapi mangkonyo karam".
Kami jadikan
peristiwa ini untuk lebih hati-hati lagi. Karena
sebagian dari kami
begitu akan sampai di tanah tepi, kepingin
cepat. Belum masanya berhenti dia
ingin turun, sehingga bidukpun
oleng dan tenggelam. Basahlah
semua barang-barang berharga.
Untuk itu saya
teringat akan sebuah Firman suci_Nya dalam
Al_Qur'an surat Al Kahfi ayat 71 :
Lalu keduanya berjalan hingga (sampai) menaiki perahu dan
meru
saknya. Musa berkata."Adakah
engkau merusaknya supaya menenglam
kan penumpangnya? Sungguh engkau
mendatangkan perkara besar".
P a d a n g 28 Juli
1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar