Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Di Rumah
Sakit dr.M.Jamil dan di Rumah Sakit-Rumah Sakit
manapun di
papan pengumumannya terpampang "Dilarang membawa anak-
anak di
bawah umur 12 Tahun". Pengumumuan itu telah
demikian
terbiasanya
saya lihat, tapi tidak saya perhatikan, karena keru
mah
Sakit manapun saya pergi tak pernah saya di hambat, karena
saya dokter.
Paling-paling kalau di hambat juga maka saya lihat
kan
kartu identitas, sehingga saya bebas keluar masuk
Rumah
Sakit setiap
saat, tidak peduli siang atau malam. tidak mengenal
waktu, begitu
waktu saya di Jakarta ataupun di Bandung. Tapi saya
terkesan
dengan pengalaman di Rumah Sakit Achmad Muchtar di B.
Tinggi.
Sebetulnya saya dapat tugas di Rumah Sakit ini di bagian
Kebidanan
dan penyakit Kandungan, tapi karena masih baru, tidak
banyak
petugasnya yang saya kenal dan juga tidak banyak petugas
yang
mengenal saya termasuk Satpam penjaga pintu gerbang. Satu
kali saya
masuk ke Rumah Sakit tersebut sambil membawa anak saya
yang bungsu,
karena dia lagi libur dan ingin melihat tempat kerja
saya di
B.Tinggi. Karena sayang anak, keinginannya itupun saya
penuhi,
pikiran saya tentu semua orang di Rumah Sakit B.Tinggi
itu
sudah kenal dengan saya, tapi saya salah duga. Di pintu
gerbang saya
bersama anak di hambat dan di tahan, lalu di tanyai
oleh Satpam.
Setelah saya coba jelaskan bahwa saya adalah petugas
dan dokter di
bagian kandungan Rumah Sakit ini, bekerja menolong
pasien-pasien
disini. Barulah saya diizinkannya masuk, tapi anak
saya harus
tinggal di luar, karena peraturan di Rumah Sakit ini,
"Anak-anak di bawah umur 12
tahun Tak boleh masuk". Baru saya
tersentak,
memang peraturan itu sudah lama saya tahu, bahwa di
larang
membawa anak kecil masuk ke Rumah Sakit, tapi saya lupa.
Hanya
karena anak saya itu kepingon tahu dimana ayahnya bekerja
dan
kebetulan dia sedang libur sekolah lalu ingin pergi bersama
papanya. Dan
saya betul-betul lupa akan peraturan itu. Ingin saya
suruh dia
kembali, tapi dengan apa dia pulang, sedangkan rumahnya
jauh di
Padang. Kalau saya pulang kembali bersamanya ke Padang,
padahal saya
sudah payah-payah datang ke B.Tinggi, dan di Bangsal
kebidanan
pekerjaan sudah menunggu. Saya perhatikan Satpam yang
dua orang itu,
mereka tampaknya tegas, karena menjalankan peratu
ran, kalau
dilanggar nanti dia pula yang kena marah.
Saya di hadapkan pada kondisi
serba salah. Kalau saya
paksakan
membawa anak masuk ke rumah Sakit berarti saya menyalahi
peraturan
yang telah di sepakati bersama, kalau saya suruh anak
itu
pulang, dia tentu tidak bisa sendirian pergi ke
Padang,
karena masih
kecil. Kalau saya kembali bersamanya ke Padang tentu
pekerjaan
di B. Tinggi terbengkalai. Lalu saya cari akal, saya
katakan
anak saya ini hanya di bawa ke Bagian kebidanan, disana
kan juga
ada bayi-bayi dan sayapun mambana ke
pada pak satpam
agar diizinkan
sekali ini. Sayapun tak berniat lagi membawa anak
kecil ke Rumah
Sakit. Dengan demikian barulah Satpam mengizinkan
kami
masuk, tapi jelas saya lihat wajah Satpam itu cemberut,
tampak bahwa
dia tidak senang dengan saya. Dan sayapun mengerti,
Satpam itu
sedang bertugas dan dia berpegang pada peraturan.
Saya memang salah, tapi saya lupa
dengan peraturan itu,
sedangkan anak
sudah terbawa. Anak ini saya suruh duduk di kamar
kerja saya di
bagian kebidanan, lalu saya pergi menolong seorang
ibu,
yang datang dari Pasaman, karena anaknya sudah 3 hari
3
malam tidak
bisa lahir,. dukun dan bidan telah menolongnya habis-
habisan di
Pasaman. Karena sudah 3 hari 3 malam ketuban pecah dan
ibu mengedan,
baunyapun sudah tidak karuan lagi, Dengan mengerah
kan
segenap ilmu dan segenap tenaga; Alhamdulillah anak dan ibu
dapat di
selamatkan, cuma sebagian air ketuban yang berbau sangat
busuk
melekat ke baju yang saya pakai. Waktu saya kembali keka
mar,
anak saya berciloteh, papa baunya seperti bangkai, sangat
busuk,
katanya sambil menutup hidung. "Beginilah pekerjaan papa
sehari-hari
bergelimang dengan bau busuk, tapi ada nilai ibadah
di
dalamnya nak", jawab saya sambil
mengkhotbahinya. Memang
kebiasaan saya
memberi nasehat anak-anak, sesuai dengan apa yang
di lihat, yang
di rasakannya kemudian di suntikkan sedikit-sedi
kit ajaran
Al_Qur'an. Anak kecil itupun mengerti bahwa pekerjaan
papanya tidak
mudah dan tidak senang-senag saja. Sewaktu masuk ke
Rumah
Sakit di tegur oleh
Satpam, dan mereka bermasam muka
melihat saya
membawa anak. Didalam bangsal Rumah Sakit bergelimag
dengan air
Ketuban busuk, seperti bau timbalang ayam (telur yang
busuk
karena tidak menetas). Tapi saya bahagia, karena ibu dan
anak dapat di selamatkan.
Ketika akan pulang saya lewati kembali
tempat Satpam, Lalu
mereka
saya sapa, saya
anggukkan kepala padanya, Satpampun
itupun
tersenyum, antara kami telah terjalin persahabatan. Seka
rang
setiap saya masuk ke RS Achmad Muchtar, sudah punya teman
ialah Pak Satpam.
Memang kerja Satpam itu benar, melarang
anak di bawah umur
12 tahun
untuk tidak dibawa masuk berkunjung ke Rumah Sakit.
Bukan karena
anak usia di bawah 12 tahun itu suka mengacau, suka
berlari
kesana dan kemari, suka mengganggu pertugas yang sedang
bekerja, bukan
pula karena anak-anak kecil itu suka menangis dan
mendada.
Tidak, bukan karena semua itu, tapi anak kecil di larang
masuk
Rumah Sakit, untuk melindungi agar anak tersebut jangan
sampai
tertular oleh penyakit. Karena yang namanya Rumah Sakit,
banyak dan
tertumpuk penyakit di sana, termasuk penyakit-penyakit
yang bisa
menular. Antara lain sakit kuning (hepatitis), Typhoid,
muntaber,
TBC dan banyak lagi penyakit-penyakit sejenis yang
mudah
menular. Sedangkan anak-anak, kebanyakkan daya tahannya
belium
sempurna terbentuk, maka mereka mudah di tulari. Untuk
itulah
anak-anak dan bayi-bayi di himbau dan di seru agar pada
mereka
dilakukan Immunisasi agar mereka punya daya tahan, punya
kekebalan, immum terhadap beberapa penyakit. Semboyan
kita selalu
"Preventive is better Than curative",
pencegahan jauh lebih baik
dari pada
pengobatan.
Yang sering saya saksikan adalah,
ibu-ibu yang habis mela
hirkan, dengan
se enaknya membiarkan bayinya di cium-cium dan di
pegang-pegang
oleh sembarang orang. Padahal tak sedikit diantara
orang-orang
itu yang menderita batuk-batuk dan penyakit-penyakit
yang
dapat menularkan. Pada hal di tempat bayi itu lahir, bayi
itu di
jaga benar, jangan bersintuhan dan bersinggungan dengan
pasien lain,
di buat jarak yang sejauh-jauhnya dengan penderita-
penderita
penyakit lain, dan tidak boleh bayi itu di tempatkan di
bekas
orang menderita penyakit kuning atau penyakit Typhus mis
aknya. Maka di
pilihlah satu tempat yang jauh terpisah untuk ibu-
ibu yang
melahirkan bayi, dan semua pakaian, peralatan dan tempat
tidurnya
betul-betul dipisahkan jauh dari penderita danpasen-
pasien
lainnya. Semakin jauh mereka terpisah, semakin sedikit
kemungkinan
mereka tertular.
Tetapi apa yang sering terjadi, ialah,
sewaktu mereka keluar
dari
Rumah Sakit, sesampai di rumah diadakanlah selamatan
dan
pesta
yang bermacam-macam. Yang namanya pesta atau selamatan,
semua
orang di undang datang dan semua orang menyalami dan men
ciumi si
bayi. Padahal kita tahu, semua tahu, burung-burungpun
tahu,
kalau ada di satu rumah kena Flu atau batuk-batuk, maka
seisi rumahpun
akan mudah mengalami penyakit yang sama.
Kepada kita di minta hati-hati dan waspada terhadap kemung
kinan-kemungkinan
yang akan terjadi, malah kita berjaga-jaga
jangan
sampai karena kelalaian menyebabkan bayi, anak-anak yang
sangat kita
sayangi tertular oleh ber bagai-bagai penyakit. Lalu
saya
teringat akan papan yang terpampang di setiapRumah
Sakit
"Tidak
di benarkan membawa anak-anak di bawah usia 12
tahun".
Tuhanpun
menyuruh kita agar selalu hati-hati menjaga diri, men
jauhi
segala macam sumber penyakit, apakah itu penyakit Jasmani
ataupun
penyakit Rohani. Dan sebagai penyembuh dari bermacam-
macam
penyakit, kita dianjurkan agar kembali dan minta tolong ke
pada_Nya.
Karena Dialah yang mendatangkan penyakit dan Dia pula
yang
menyediakan obatnya. Apabila kamu sakit, maka Dialah yang
akan
menyembuhkan. Untuk itu saya teringat akan sebuah
Firman
suci_Nya
dalam Al-Qur'an surat Yunus ayat 67 :"Hai manusia se
sungguhnya
telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan
penyembuh
bagi penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman".
B. Tinggi 15 Februari 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar