Kamis, 21 November 2013

UMUR DI BAWAH 12


Oleh : Dr.H.K.Suheimi


Di  Rumah  Sakit dr.M.Jamil dan di Rumah  Sakit-Rumah  Sakit

manapun di papan pengumumannya terpampang "Dilarang membawa anak-

anak  di  bawah umur 12 Tahun". Pengumumuan  itu  telah  demikian

terbiasanya saya lihat, tapi tidak saya perhatikan, karena  keru­

mah  Sakit manapun saya pergi tak pernah saya di  hambat,  karena

saya dokter. Paling-paling kalau di hambat juga maka saya  lihat­

kan  kartu  identitas, sehingga saya bebas  keluar  masuk  Rumah

Sakit setiap saat, tidak peduli siang atau malam. tidak  mengenal

waktu, begitu waktu saya di Jakarta ataupun di Bandung. Tapi saya

terkesan  dengan pengalaman di Rumah Sakit Achmad Muchtar  di  B.

Tinggi. Sebetulnya saya dapat tugas di Rumah Sakit ini di  bagian

Kebidanan  dan penyakit Kandungan, tapi karena masih baru,  tidak

banyak  petugasnya yang saya kenal dan juga tidak banyak  petugas

yang  mengenal saya termasuk Satpam penjaga pintu  gerbang.  Satu

kali saya masuk ke Rumah Sakit tersebut sambil membawa anak  saya

yang bungsu, karena dia lagi libur dan ingin melihat tempat kerja

saya  di B.Tinggi. Karena sayang anak, keinginannya  itupun  saya

penuhi,  pikiran saya tentu semua orang di Rumah  Sakit  B.Tinggi

itu  sudah  kenal  dengan saya, tapi saya salah  duga.  Di  pintu

gerbang saya bersama anak di hambat dan di tahan, lalu di  tanyai

oleh Satpam. Setelah saya coba jelaskan bahwa saya adalah petugas

dan dokter di bagian kandungan Rumah Sakit ini, bekerja  menolong

pasien-pasien disini. Barulah saya diizinkannya masuk, tapi  anak

saya harus tinggal di luar, karena peraturan di Rumah Sakit  ini,

 "Anak-anak  di  bawah umur 12 tahun Tak boleh masuk".  Baru  saya

tersentak,  memang peraturan itu sudah lama saya tahu,  bahwa  di

larang  membawa anak kecil masuk ke Rumah Sakit, tapi saya  lupa.

Hanya  karena anak saya itu kepingon tahu dimana ayahnya  bekerja

dan  kebetulan dia sedang libur sekolah lalu ingin pergi  bersama

papanya. Dan saya betul-betul lupa akan peraturan itu. Ingin saya

suruh dia kembali, tapi dengan apa dia pulang, sedangkan rumahnya

jauh  di Padang. Kalau saya pulang kembali bersamanya ke  Padang,

padahal saya sudah payah-payah datang ke B.Tinggi, dan di Bangsal

kebidanan  pekerjaan sudah menunggu. Saya perhatikan Satpam  yang

dua orang itu, mereka tampaknya tegas, karena menjalankan peratu­

ran, kalau dilanggar nanti dia pula yang kena marah.

  Saya  di  hadapkan pada kondisi serba  salah.  Kalau  saya

paksakan membawa anak masuk ke rumah Sakit berarti saya menyalahi

peraturan  yang telah di sepakati bersama, kalau saya suruh  anak

itu  pulang,  dia  tentu tidak bisa sendirian  pergi  ke  Padang,

karena masih kecil. Kalau saya kembali bersamanya ke Padang tentu

pekerjaan  di B. Tinggi terbengkalai. Lalu saya cari  akal,  saya

katakan  anak saya ini hanya di bawa ke Bagian kebidanan,  disana

kan  juga ada bayi-bayi  dan sayapun mambana ke pada  pak  satpam

agar diizinkan sekali ini. Sayapun tak berniat lagi membawa  anak

kecil ke Rumah Sakit. Dengan demikian barulah Satpam  mengizinkan

kami  masuk,  tapi jelas saya lihat wajah Satpam   itu  cemberut,

tampak bahwa dia tidak senang dengan saya. Dan sayapun  mengerti,

Satpam itu sedang bertugas dan dia berpegang pada peraturan.

  Saya  memang  salah, tapi saya lupa  dengan  peraturan  itu,

sedangkan anak sudah terbawa. Anak ini saya suruh duduk di  kamar

kerja saya di bagian kebidanan, lalu saya pergi menolong  seorang

ibu,  yang  datang dari Pasaman, karena anaknya sudah  3  hari  3

malam tidak bisa lahir,. dukun dan bidan telah menolongnya habis-

habisan di Pasaman. Karena sudah 3 hari 3 malam ketuban pecah dan

ibu mengedan, baunyapun sudah tidak karuan lagi, Dengan mengerah­

kan  segenap ilmu dan segenap tenaga; Alhamdulillah anak dan  ibu

dapat di selamatkan, cuma sebagian air ketuban yang berbau sangat

busuk  melekat ke baju yang saya pakai. Waktu saya kembali  keka­

mar,  anak saya berciloteh, papa baunya seperti  bangkai,  sangat

busuk,  katanya sambil menutup hidung. "Beginilah pekerjaan  papa

sehari-hari  bergelimang dengan bau busuk, tapi ada nilai  ibadah

di  dalamnya  nak",  jawab saya  sambil  mengkhotbahinya.  Memang

kebiasaan saya memberi nasehat anak-anak, sesuai dengan apa  yang

di lihat, yang di rasakannya kemudian di suntikkan  sedikit-sedi­

kit ajaran Al_Qur'an. Anak kecil itupun mengerti bahwa  pekerjaan

papanya tidak mudah dan tidak senang-senag saja. Sewaktu masuk ke

Rumah  Sakit  di  tegur oleh  Satpam, dan  mereka  bermasam  muka

melihat saya membawa anak. Didalam bangsal Rumah Sakit bergelimag

dengan air Ketuban busuk, seperti bau timbalang ayam (telur  yang

busuk  karena tidak menetas). Tapi saya bahagia, karena  ibu  dan

anak dapat di selamatkan.

  Ketika  akan pulang saya lewati kembali tempat Satpam,  Lalu

mereka  saya  sapa,   saya anggukkan  kepala  padanya,  Satpampun

itupun  tersenyum, antara kami telah terjalin persahabatan.  Seka

rang  setiap saya masuk ke RS Achmad Muchtar, sudah  punya  teman

ialah Pak Satpam.

  Memang  kerja Satpam itu benar, melarang anak di bawah  umur

12  tahun  untuk tidak dibawa masuk berkunjung  ke  Rumah  Sakit.

Bukan karena anak usia di bawah 12 tahun itu suka mengacau,  suka

berlari  kesana dan kemari, suka mengganggu pertugas yang  sedang

bekerja, bukan pula karena anak-anak kecil itu suka menangis  dan

mendada. Tidak, bukan karena semua itu, tapi anak kecil di larang

masuk  Rumah  Sakit, untuk melindungi agar anak  tersebut  jangan

sampai  tertular oleh penyakit. Karena yang namanya Rumah  Sakit,

banyak dan tertumpuk penyakit di sana, termasuk penyakit-penyakit

yang bisa menular. Antara lain sakit kuning (hepatitis), Typhoid,

muntaber,  TBC  dan banyak lagi  penyakit-penyakit  sejenis  yang

mudah  menular.  Sedangkan anak-anak, kebanyakkan  daya  tahannya

belium  sempurna  terbentuk, maka mereka mudah di  tulari.  Untuk

itulah  anak-anak dan bayi-bayi di himbau dan di seru  agar  pada

mereka  dilakukan Immunisasi agar mereka punya daya tahan,  punya

kekebalan, immum terhadap beberapa penyakit. Semboyan kita selalu

"Preventive is better Than curative", pencegahan jauh lebih  baik

dari pada pengobatan.

  Yang  sering saya saksikan adalah, ibu-ibu yang habis  mela­

hirkan, dengan se enaknya membiarkan bayinya di cium-cium dan  di

pegang-pegang oleh sembarang orang. Padahal tak sedikit  diantara

orang-orang itu yang menderita batuk-batuk dan  penyakit-penyakit

yang  dapat menularkan. Pada hal di tempat bayi itu  lahir,  bayi

itu  di jaga benar, jangan bersintuhan dan  bersinggungan  dengan

pasien lain, di buat jarak yang sejauh-jauhnya dengan  penderita-

penderita penyakit lain, dan tidak boleh bayi itu di tempatkan di

bekas  orang menderita penyakit kuning atau penyakit Typhus  mis­

aknya. Maka di pilihlah satu tempat yang jauh terpisah untuk ibu-

ibu yang melahirkan bayi, dan semua pakaian, peralatan dan tempat

tidurnya  betul-betul  dipisahkan jauh dari  penderita  danpasen-

pasien  lainnya.  Semakin jauh mereka terpisah,  semakin  sedikit

kemungkinan mereka tertular.

  Tetapi apa yang sering terjadi, ialah, sewaktu mereka keluar

dari  Rumah  Sakit, sesampai di rumah diadakanlah  selamatan  dan

pesta  yang  bermacam-macam. Yang namanya pesta  atau  selamatan,

semua  orang di undang datang dan semua orang menyalami dan  men­

ciumi  si bayi. Padahal kita tahu, semua  tahu,  burung-burungpun

tahu,  kalau  ada di satu rumah kena Flu atau  batuk-batuk,  maka

seisi rumahpun akan mudah mengalami penyakit yang sama.

  Kepada kita di minta hati-hati dan waspada terhadap  kemung­

kinan-kemungkinan  yang  akan terjadi,  malah  kita  berjaga-jaga

jangan  sampai karena kelalaian menyebabkan bayi, anak-anak  yang

sangat kita sayangi tertular oleh ber bagai-bagai penyakit.  Lalu

saya  teringat  akan papan yang terpampang di  setiapRumah  Sakit

"Tidak  di  benarkan membawa anak-anak di bawah usia  12  tahun".

Tuhanpun  menyuruh kita agar selalu hati-hati menjaga diri,  men­

jauhi  segala macam sumber penyakit, apakah itu penyakit  Jasmani

ataupun  penyakit  Rohani. Dan sebagai penyembuh  dari  bermacam-

macam penyakit, kita dianjurkan agar kembali dan minta tolong ke

pada_Nya.  Karena Dialah yang mendatangkan penyakit dan Dia  pula

yang  menyediakan obatnya. Apabila kamu sakit, maka  Dialah  yang

akan  menyembuhkan.  Untuk itu saya teringat akan  sebuah  Firman

suci_Nya  dalam Al-Qur'an surat Yunus ayat 67 :"Hai  manusia  se­

sungguhnya  telah  datang  kepadamu pelajaran  dari  Tuhanmu  dan

penyembuh  bagi  penyakit (yang berada) dalam dada  dan  petunjuk

serta rahmat bagi orang-orang yang beriman".


B. Tinggi 15 Februari 1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar