Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Di tabek patah, dibawah panorama
yang sangat indah, terben
tang ber piring-piring sawah. Kebanyakkan piringan sawah itu di
obah jadi ladang tomat. Dan tomat inilah yang selalu kami lihat
ber ketiding-ketiding di pinggir jalan, setiap kali kami lewati
jalan berliku itu, selalu anak saya berpantun.
Tomat
Bentukmu bulat
warnamu
merah pekat
Rasamu
lezat dan bermanfaat
Siapapun yang memakanmu jadi sehat
Dan
bertambah kuat
Tapi
jangan sampai kualat dan kumat
Jika
kamu sudah bertaubat
Lalu saya sela pantunnya
itu:" Tomat artinya adalah tobat,
kembali kumat". Saya menulis Tomat bukan berarti saya akan membi
carakan perihal tomat yang kita kenal sebagai buah-buahan
yang
bermanfaat dan mengandung vitamin yang tinggi, bukan, bukan itu
yang saya maksud. Tapi saya menulis tomat karena "Tomat"
adalah
singkatan dari Tobat dan Kumat, setelah Tobat kemudian
kembali
kumat. Orang sekarang memang seenaknya saja membuat
singkatan,
maka saya coba-coba pula membuat singkatan untuk kita semua yang
tiap sebentar Tobat dan tiap sebentar pula kumat.
Waktu Tobat berjanji dan bersumpah
tidak akan membuat-buat,
tidak akan mengulang-ulangi lagi, menyesal sungguh. Tapi setelah
Tobat berlalu, eh tiba-tiba kumat kembali. "Tobat-tobat
samba
Lado, habis pedas di makan juo". "Di atik di atun" kata orang
tua-tua " Sesudah sakit
baru santun". "Merpati
diatas paran"
kata yang lain lagi, "Sebelum mati belum jaran". Begitulah
yang
sering kita dengar "Tomat" sesudah tobat kembali kumat.
Kita sangat menyadari bahwa
niat untuk bertobat yang kita
ungkapkan ternyata sering tidak sungguh-sungguh, karena ada niat
yang lain di balik semua itu. Kita bukannya tidak bisa menghenti
kan suatu kebiasan buruk, tapi kita sesungguhnya tidak
berniat
untuk menghentikannya dengan ikhlas dan sungguh-sungguh. Dalam
hidup ini semua memang bermula dari niat. Dan itulah yang tidak
disadari dan itu pulalah yang sering dilupakan. Bukankah setiap
amal tergantung pada niat?.
Saya pernah bertemu dengan seorang pasien yang di rawat
di
ICCU karena mendapat serangan jantung. Ketika dapat serangan itu,
dia betul-betul Tobat, karena tak tertanggungkan deritanya sakit
jantung. Nafas sesak, dada terasa perih nyeri bagaikan tersayat
dan terhimpit. Banyak mereka berjanji akan menjalani hidup dengan
teratur, akan mengurangi makan lemak dan akan berhenti merokok,
semua itu di ucapkan dan di niatkannya dengan
sungguh-sungguh.
Tapi begitu keluar dari ruang rawatan, mula-mula masih bisa dan
masih ingat dia akan tobatnya. Tapi sesudah waktu berlalu bebera
pa bulan, tampak dia kembali pada kebiasaan semula, merokok lagi,
makan makan yang berlemak lagi, hidup dalam suasana yang banyak
stres kembali. Ada-ada saja alasannya untuk membenarkan perbua
tannya merokok atau perbuatan dan pelanggaran lainnya,
sampai
akhirnya dia di rawat kembali dengan penyakit yang jauh
lebih
berat dari pada penyakit sebelumnya.
Dalam kehidupan seseorang kemalangan
bisa datang sewaktu-
waktu secara beruntun sambung menyambung tanpa diduga sebelumnya
sama sekali. Tapi sering kemalangan itu adalah ulangan yang
di
sebabkan oleh karena kumat kembali sesudah sebelumnya bertobat.
Sering dalam kemalangan itu terdengar keluhan :"Dosa apakah yang
telah saya lakukan?. "Ya Tuhan" bisiknya lirih pada
satu malam
diatas tikar sembahyangnya "Begitu banyak
cobaan yang telah
Engkau berikan kepada saya, adakah cobaan selanjutkan akan Engkau
panggil saya pulang?". Ia menyesali kenapa penyakit
itu harus
berulang, tapi dia lupa bahwa terjadinya penyakit
itu karena
kumat sesudah tobat. Karena dia mengulang kembali perangai
dan
kebiasaan lama yang semakin membebani jantungnya. Dan biasanya
serangan jantung untuk yang kedua kalinya jauh lebih
berat di
bandingkan serangan yang
pertama.
Tak pernah di
bayangkannya, dalam usia yang masih begitu
muda ia sudah mendapat serangan jantung yang berulang dan fatal
seperti ini. Ia tak bisa mempercayainya sama sekali. Tapi ketika
dokter mengatakan bahwa memang benar beberapa pembuluh
koroner
jantung nya telah tersumbat, betapa terpana ia. Ia merasa sesuatu
telah runtuh diatas kepalanya menghantamnya habis-habisan Iapun
merasa remuk rendam dan kehilangan
semua yang bernama harapan ia
putus asa. Ia benar-benar merasa putus asa. Ia menyesal,
tapi
sayangnya penyesalan selalu datang terlambat, setelah segalanya
tak berguna lagi.
"Saya masih muda kenapa tega-teganya Kau
menyumbat pembuluh
darah jantungku?" Begitu banyak yang masih saya
harapkan dari
hidupku, tapi mengapa kau begitu tega menghentikannya? "Habislah
masa depanku " suara lelaki itu pelan dalam keluhan yang
terte
kan.
Kisah diatas, adalah
salah satu kisah anak manusia yang
sesudah tobat kembali kumat.
Para pembaca yang budiman,
setiap kali kita memasuki bulan
suci Ramadhan, setiap kali pula kita memulai dengan
niat dan
bertobat. Tapi begitu Ramadhan berlalu, kita
kembali kumat,
bahkan perangai lebih jahat dari pada sebelum memasuki Ramadhan.
Yah agaknya kita kembali kumat karena kita tak
sungguh-sungguh
dan tidak ikhlas dalam memasuki bulan suci Ramadhan. Maka begitu
Bulan Ramdhan datang yang pertama kita pasang adalah niat
yang
sungguh-sungguh dan ikhlas, bahwa kita berjanji
akan merubah
sikap dan perangai. Akan meninggalkan sikap dan perangai
yang
jelek, tobat dari segala dosa yang telah di buat dan tidak akan
mengulanginya kembali. kita akan malakukan tobatan nasuha, bukan
tobat samba lada. Karena Tuhan hanya akan menerima Tobat hambanya
yang sungguh-sungguh, tidak tobat yang
bermain-main. Dimana
sebentar tobat dan sebentar kumat (Tomat) . Untuk itu saya terin
gat bahwa tobat yang diterima Allah adalah Tobat yang
seperti
tertera dalam sebuah firman suci-Nya dalam Al Qur'an
surat An
Nisaa' ayat 146 :"Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan
perbaikkan dan berpegang teguh pada agama Allah dan tulus ichlas
mengerjakan agama mereka karena Allah. Maka mereka itu
adalah
bersama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan
kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar".
Marilah kita masukki
bulan suci Ramadhan dengan kembali
meluruskan niat, bahwa kita berpuasa ini semata-mata hanya karena
Allah, dan bertobat tidak akan mengulang perangai "Cingkahak" dan
perangai buruk lainnya. Amin. P a d a n g 8
Januari 1994
Apakah ia menyesal? Apakah ia menyesal mempunyai alur hidup yang
seperti itu tak pernah terungkap apakah ia menyesal
Kita tak mungkin mengetahuinya. Yang kita tahu adalah betapa
tak
mudahnya
Pandangan yang hampa. DAn mata yang penat.Setiap sore
"Jalan belum terbuka, bersabarlah" Kata istrinya selalu"
Jalan bukan belum terbuka. Di Jakarta
jalan tidak akan
pernah terbuka, tapi harus di buka secara paksa. Dan saya letih,
gumam lelaki itu di dalam hatinya.
setiap ayahnya dulu yang
meremehkan pertimbangan
yang pernah di katakannya itu. Bahwa merokok dan makan sembaran
gan itu tidak baik bagi kesehatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar