Kamis, 21 November 2013

T O M A T



Oleh : Dr.H.K.Suheimi

  Di tabek patah, dibawah panorama yang sangat indah,  terben­

tang  ber piring-piring sawah. Kebanyakkan piringan sawah itu  di

obah  jadi ladang tomat. Dan tomat inilah yang selalu kami  lihat

ber  ketiding-ketiding di pinggir jalan, setiap kali kami  lewati

jalan berliku itu, selalu anak saya berpantun.


Tomat

                              Bentukmu bulat

                              warnamu merah pekat

                              Rasamu lezat dan bermanfaat

                              Siapapun yang memakanmu jadi sehat

                              Dan bertambah kuat

                              Tapi jangan sampai kualat dan kumat

                              Jika kamu sudah bertaubat


  Lalu  saya sela pantunnya itu:" Tomat artinya adalah  tobat,

kembali kumat". Saya menulis Tomat bukan berarti saya akan membi­

carakan  perihal tomat yang kita kenal sebagai  buah-buahan  yang

bermanfaat  dan mengandung vitamin yang tinggi, bukan, bukan  itu

yang  saya maksud. Tapi saya menulis tomat karena "Tomat"  adalah

singkatan  dari Tobat dan Kumat, setelah Tobat  kemudian  kembali

kumat.  Orang sekarang memang seenaknya saja  membuat  singkatan,

maka saya coba-coba pula membuat singkatan untuk kita semua  yang

tiap sebentar Tobat dan tiap sebentar pula kumat.

  Waktu Tobat berjanji dan bersumpah tidak akan  membuat-buat,

tidak akan mengulang-ulangi lagi, menyesal sungguh. Tapi  setelah

Tobat  berlalu,  eh tiba-tiba kumat kembali.  "Tobat-tobat  samba

Lado,  habis  pedas di makan juo". "Di atik di atun"  kata  orang

tua-tua   " Sesudah sakit baru santun".  "Merpati  diatas  paran"

kata  yang lain lagi, "Sebelum mati belum jaran". Begitulah  yang

sering kita dengar "Tomat" sesudah tobat kembali kumat.

  Kita  sangat menyadari bahwa niat untuk bertobat  yang  kita

ungkapkan ternyata sering tidak sungguh-sungguh, karena ada  niat

yang lain di balik semua itu. Kita bukannya tidak bisa menghenti­

kan  suatu kebiasan buruk, tapi kita sesungguhnya  tidak  berniat

untuk  menghentikannya dengan ikhlas dan  sungguh-sungguh.  Dalam

hidup  ini semua memang bermula dari niat. Dan itulah yang  tidak

disadari  dan itu pulalah yang sering dilupakan. Bukankah  setiap

amal tergantung pada niat?.

  Saya pernah  bertemu dengan seorang pasien yang di rawat  di

ICCU karena mendapat serangan jantung. Ketika dapat serangan itu,

dia betul-betul Tobat, karena tak tertanggungkan deritanya  sakit

jantung.  Nafas sesak, dada terasa perih nyeri bagaikan  tersayat

dan terhimpit. Banyak mereka berjanji akan menjalani hidup dengan

teratur,  akan mengurangi makan lemak dan akan berhenti  merokok,

semua  itu di ucapkan dan di niatkannya  dengan  sungguh-sungguh.

Tapi  begitu keluar dari ruang rawatan, mula-mula masih bisa  dan

masih ingat dia akan tobatnya. Tapi sesudah waktu berlalu bebera­

pa bulan, tampak dia kembali pada kebiasaan semula, merokok lagi,

makan  makan yang berlemak lagi, hidup dalam suasana yang  banyak

stres  kembali. Ada-ada saja alasannya untuk membenarkan  perbua­

tannya  merokok  atau perbuatan dan pelanggaran  lainnya,  sampai

akhirnya  dia  di rawat kembali dengan penyakit yang  jauh  lebih

berat dari pada penyakit sebelumnya.

Dalam  kehidupan seseorang kemalangan  bisa datang  sewaktu-

waktu secara beruntun sambung menyambung tanpa diduga  sebelumnya

sama  sekali. Tapi sering kemalangan itu adalah ulangan  yang  di

sebabkan  oleh karena kumat kembali sesudah sebelumnya  bertobat.

Sering dalam kemalangan itu terdengar keluhan :"Dosa apakah  yang

telah  saya lakukan?. "Ya Tuhan" bisiknya lirih pada  satu  malam

diatas  tikar  sembahyangnya  "Begitu banyak  cobaan  yang  telah

Engkau berikan kepada saya, adakah cobaan selanjutkan akan Engkau

panggil  saya  pulang?". Ia menyesali kenapa penyakit  itu  harus

berulang,  tapi  dia lupa bahwa terjadinya  penyakit  itu  karena

kumat  sesudah tobat. Karena dia mengulang kembali  perangai  dan

kebiasaan  lama yang semakin membebani jantungnya.  Dan  biasanya

serangan  jantung  untuk yang kedua kalinya jauh lebih  berat  di

bandingkan serangan yang pertama.

  Tak  pernah  di bayangkannya, dalam usia yang  masih  begitu

muda  ia sudah mendapat serangan jantung yang berulang dan  fatal

seperti ini. Ia tak bisa mempercayainya sama sekali. Tapi  ketika

dokter  mengatakan bahwa memang benar beberapa  pembuluh  koroner

jantung nya telah tersumbat, betapa terpana ia. Ia merasa sesuatu

telah  runtuh diatas kepalanya menghantamnya habis-habisan  Iapun

merasa remuk  rendam dan kehilangan semua yang bernama harapan ia

putus  asa.  Ia benar-benar merasa putus asa. Ia  menyesal,  tapi

sayangnya  penyesalan selalu datang terlambat, setelah  segalanya

tak berguna lagi.

  "Saya masih muda kenapa tega-teganya Kau menyumbat  pembuluh

darah  jantungku?"  Begitu banyak yang masih saya  harapkan  dari

hidupku, tapi mengapa kau begitu tega menghentikannya?  "Habislah

masa  depanku " suara lelaki itu pelan dalam keluhan yang  terte

kan.

  Kisah  diatas,  adalah salah satu kisah  anak  manusia  yang

sesudah tobat kembali kumat.

  Para  pembaca yang budiman, setiap kali kita memasuki  bulan

suci  Ramadhan,  setiap kali pula kita memulai  dengan  niat  dan

bertobat.  Tapi  begitu  Ramadhan berlalu,  kita  kembali  kumat,

bahkan perangai lebih jahat dari pada sebelum memasuki  Ramadhan.

Yah  agaknya kita kembali kumat karena kita  tak  sungguh-sungguh

dan tidak ikhlas dalam memasuki bulan suci Ramadhan. Maka  begitu

Bulan  Ramdhan datang yang pertama kita pasang adalah  niat  yang

sungguh-sungguh  dan  ikhlas, bahwa kita  berjanji  akan  merubah

sikap  dan  perangai. Akan meninggalkan sikap dan  perangai  yang

jelek,  tobat dari segala dosa yang telah di buat dan tidak  akan

mengulanginya kembali. kita akan malakukan tobatan nasuha,  bukan

tobat samba lada. Karena Tuhan hanya akan menerima Tobat hambanya

yang  sungguh-sungguh,  tidak  tobat  yang  bermain-main.  Dimana

sebentar tobat dan sebentar kumat (Tomat) . Untuk itu saya terin­

gat  bahwa  tobat yang diterima Allah adalah Tobat  yang  seperti

tertera  dalam  sebuah firman suci-Nya dalam Al Qur'an  surat  An

Nisaa' ayat 146 :"Kecuali orang-orang yang taubat dan  mengadakan

perbaikkan dan berpegang teguh pada agama Allah dan tulus  ichlas

mengerjakan  agama  mereka karena Allah. Maka mereka  itu  adalah

bersama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan  memberikan

kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar".

  Marilah  kita  masukki bulan suci  Ramadhan  dengan  kembali

meluruskan niat, bahwa kita berpuasa ini semata-mata hanya karena

Allah, dan bertobat tidak akan mengulang perangai "Cingkahak" dan

perangai buruk lainnya. Amin.      P a d a n g  8 Januari  1994



Apakah ia menyesal? Apakah ia menyesal mempunyai alur hidup  yang

seperti itu tak pernah terungkap apakah ia menyesal

Kita  tak mungkin mengetahuinya. Yang kita tahu adalah betapa  tak

mudahnya

Pandangan yang hampa. DAn mata yang penat.Setiap sore
"Jalan belum terbuka, bersabarlah" Kata istrinya selalu"

  Jalan bukan belum terbuka. Di Jakarta jalan tidak akan
pernah terbuka, tapi harus di buka secara paksa. Dan saya letih,
gumam lelaki itu di dalam hatinya.
  setiap ayahnya dulu yang  meremehkan  pertimbangan
yang pernah di katakannya itu. Bahwa merokok dan makan  sembaran­
gan itu tidak baik bagi kesehatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar