Oleh : Dr.H.K.Suheimi
masukkan
uang seratus, lalu saya putar nomor yang diinginkan,
tapi
ndak pernah ke sampaian. Karena tidak nyambung,
gagang
telepon itu
saya tarok kembali di tempatnta, biasanya uang sera
tus itu
jatuh dan dapat di gunakan kembali, tetapi sesudah bebe
rapa kali
tempat gagang telepon itu di tarik dan diangkat, namun
tetap
saja tidak membantu keluarnya uang. Karena nada panjang
masih
berbunyi, saya masukkan seratus lagi, demikian juga halnya,
saya
tambah seratus lagi, sami mawon, saya tak dapat berbicara
melalui
telepon umum, berita tak bisa saya kirimkan, saya kesal
karena sudah
berpanas-panas menuju tempat telepon umum itu, tapi
ndak
berhasil, uang habis, maksud tak sampai. Saya raba
saku,
ternyata
uang recehan sudah habis, lalu saya minta tukar
ke
tukang warung
didekat situ, bapak di warung itu berciloteh, tele
pon umum ini
sering rusak pak, sering ndak bisa di pakai. Semen
rara itu
datang 3 pemuda lagi menuju kotak telepon, mereka berna
sib sama
seperti saya, uangnya habis, maksudnya tak sampai. Tapi
dasar
anak-anak muda, mereka marah-marah, memukul-mukul kotak
telepon
dan menggoncang-goncangkan serta mengoyang-goyangkan.
Hatinya panas,
karena uangnya masuk kekotak telepon tapi tak bisa
bicara.
Disumpahinya telepon itu dan
disepaknya telepon itu
sambil
mengomel, telepon penipu, telepion pendusta. Si bapak di
warung itu,
berkata, sering menyaksikan kejadian seperti itu.
Hari itu Sabtu 1 Mai 1993, saya turun Bus
bintang Kejora di
depan Indah Teater di Ulak Karang, karena disitu ada telepon umum
agar dapat
saya memberi tahu sopir untuk menjemput saya di depan
bioskop
itu. Tapi saya jadi kesal karena 2 buah telepon
umum
disana,
keduanya rusak tak dapat di gunakan. Melihat saya kesal
itu, seorang
bapak yang berdiri dekat warung berceritra. Telepon
umum itu
sebenarnya baik pak, cuma karena didalam kotak telepon
itu ada
uang, banyak anak-anak yang berkeliaran disini berusaha
mengambil uang
itu, ada yang dengan memukul-mukul, ada pula yang
menyepak-nyepak
dan mengguncang-guncang, agar uang yang terkumpul
di dalam
kotak itu berguguran. Pak dokter kata sang bapak, di
bioskop ini
ada permainan dindong yang menggunakan uang seratus,
jadi kalau
mereka kehabisan uang, sedangkan candu bermain sedang
memuncak,
maka mereka mencari uang ke kotak telepon umum ini.
Saya terkejut
mendengar itu. Kadang-kadang, kata bapak itu mengu
las ceritranya; lobang tempat
memasukkan uang seratus itu di
ganjalnya
dengan kertas, sehingga uang yang di masukkan
itu,
tidak
turun kebawah tapi menyimpang ketempat lain.
Kemudian
dengan
menyepak dan mengentakkan telepon itu dari bawah, maka
uang
dari kotak telepon itu terlompat keluar. Sekali sepak dan
sekali
dongkak itu, kadang-kadang mereka bisa mendapat uang dua
ribu
rupiah. Saya makin terkejut lagi, betapa mudahnya
mereka
mendapatkan
uang dari telepon-telepon yang diduga rusak itu.
Permainan
didong itu telah banyak meracuni anak-anak, kata si
bapak
lagi, berjam-jam mereka asyik dengan permainan itu, lupa
kerja dan lupa
sekolah. Yang paling menakutkan lagi, sifat mereka
yang
menghalalkan segala cara, sehingga untuk mendapatkan uang
seratus-seratus
mereka merusak telepon umum.
Saya termangu-mangu di buatnya, patutlah dan
rupanya inilah
pangkal bala, rusaknya telepon umum. Memang banyak telepon umum
pangkal bala, rusaknya telepon umum. Memang banyak telepon umum
yang saya
cobakan dan tidak sedikit diantaranya yang rusak, macet
tak
nyambung, dan uang masuk tapi tak bisa keluar lagi seperti
telepon umum didepan Indah Teater itu. Ini semua
adalah karena
telepon umum itu memakai dan menggunanakan
uang. Padahal kita
tahu, semua tahu, burung-burungpun tahu bahwa dimana ada
uang di
sana
terjadi kekacauan. Mata jadi hijau bila melihat uang, dan
jika
seseorang mengetahui disatu tempat tersimpan uang dia jadi
gelap
mata. Orang-orang yang gelap mata ini sering
bertindak
secara
brutal. Tidak peduli telepon itu dari besi, tidak peduli
bahwa telepon
umum itu sangat di butuhkan oleh umum, oleh masyar
akat
banyak untuk komunikasi yang ampuh, tapi semua itu dirusak
oleh
tangan-tangan yang di gerakkan oleh fikiran sempit,
yang
cuma
memikirkan keuntungan sesaat belaka.
Banyak pula telepon umum yang saya lihat
dengan memperguna
kan kartu atau
telepon card. Ditempat ini jarang teleponnya yang
rusak,
maka saya lebih senang mempergunakan telepon card, disam
ping mudah dan
gampang, juga lebih murah, mungkin untuk berbicara
lokal dalam
kota tak akan menghabiskan uang seratus, karena uang
seratus
itu dapat berbicara untuk jangka waktu 6 menit, jarang
sekali kita
berbicara lewat telepon sampai 6 menit. Maka telepon
card saya
sudah lama dan seperti tak mau habis-habisnya, padahal
sering
menelepon ke Jakarta dan interlokal kekota-kota lainnya.
Saya kira telepon card yang pakai kartu ini,
tidak mau orang
merusaknya,
karena untuk apa dirusak untuk apa di sepak dan untuk
apa di
goncang-goncang, karena didalamnya tak ada uang
sama
sekali, tidak
ada recehan dan tidak ada ratusan. Kalau di tempat
di mana
tidak ada uang, tempat itu akan aman dan jarang rusak
serta
tak akan di ganggu orang. Kalau semua orang tahu bahwa
untuk
telepon umum harus pakai kartu, maka semua orang agaknya
akan
berusaha memiliki kartu itu, lebih mudah menyimpan
kartu
dari pada
menyimpan uang recehan yang terasa berat dan mudah hi
lang, sedang
nilainya tidak seberapa. Dan betapa susahnya mencari
uang
recehan seratus di tempat telepon umum, tukar sana
tukar
sini, tak ada
yang mau karena semua orang sibuk dan tak acuh.
Kepada anda yang pernah merusak telepon umum,
melalui tuli
san ini
ingin saya panggil, ketahuilah, telepon umum itu adalah
untuk
kepentingan umum, siapa tahu, adik, kakak, saudara dan ibu
bapakmu pada
satu saat sangat membutuhkan telepon itu. Uang yang
dapat anda
curi dari telepon umum itu, tidak sebanding dan sangat
kecil di
bandingkan dengan harga telepon itu dan sangat tidak
sebanding
dengan kebutuhan dan keperluan orang banyak akan tele
pon umum itu.
Bagi anda yang suka membuat kerusakkan saya pilih
kan satu
Firman suci Tuhan dalam Al-Qur'an surat Al_Baqarah ayat
11-12
:"Dan bila dikatakan kepada meraka "Janganlah kamu membuat
kerusakkan
di muka bumi". Mereka menjawab :"Sesungguhnya
kami
orang-orang
yang mengadakan perbaikkan.
Ingatlah sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang keru
sakkan, tetapi
mereka tak sadar".
P a d a n g 3 Mai
1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar