Kamis, 07 November 2013

JEJAK-JEJAK IBRAHIM


Oleh : Dr.H.K.Suheimi

 Allahu akbar 9 X

     Allahu  akbar, Allah Maha Besar. Segalanya menjadi kecil dan tak berarti  apa-apa bila berhadapan dengan Allahu Yang  Maha  Besar. Bulan  kecil, Bumi kecil, Matahari kecil, Bintang Kecil dan  Yang Maha Besar ialah Allahu akbar. Allah yang telah menjadikan langit ini tujuh lapis. Dan pada lapis pertama langit itu dihiasi dengan bintang  gemilang. Dimanapun dan berapapun jauhnya  sebuah  Bintang, dia masih berada dalam orbit lapisan langit yang pertama.

     Baru saja manusia menemukan sebuah bintang yang diberi nama Bintang Quasar. Jaraknya dari Bumi setelah di perhitungkan ialah sejauh 14 milyar tahun cahaya. Itu baru lapisan langit yang pertama. Tak dapat kita bayangkan berapa jaraknya ke tujuh lapis langit itu.

     Kalau diambil perbandingan berapa besarnya bumi yang kita naungi ini?. Maka  Bumi  kita ini adalah  bagaikan  titik dibandingkan dengan  Matahari. Dan Matahari bagaikan titik jika dibandingkan dengan  Bintang, sedangkan Bintang adalah bagaikan titik di  tengah-tengah  Cakrawala yang luasnya tak terpermanai ini. Dan  bila cakrawala  yang luas itu di hadapkan pada Allah . Maka  jawabnya adalah  Allahu  Akbar.  Maka diantara  cakrawala. Bumi  hanyalah bagaikan  debu yang beterbangan, lalu manusia sebesar apa?. Kok manusia  yang   kecil  dan  berumur pendek  itu pandai  pula  menyombongkan diri dan berbangga-bangga.

     Seharusnya manusia sadar, bahwa segala yang dilangit dan yang di bumi di tundukkan Allah pada Manusia seperti tertera dalam Alqur'an surat 45 ayat 11. Dan diayat lain Tuhan berfirman bahwa Bumi ini  di ciptakan dalam 6 hari. Para ilmuwan menyelidiki bahwa 6 hari  dalam  perhitungan Tuhan itu sama dengan 18 milyar Tahun, karena satu hari perhitungan Allah bersamaan  dengan  3 milyar tahun.  Selama  18 milyar tahun terjadi evolusi,  dan selama  18 milyard  tahun bumi ini di siapkan oleh Allah agar manusia  bisa menghuninya.  Lihatlah minyak tanah dan batu bara. Yang  berasal dari  fosil hewan dan tumbuh-tumbuhan yang telah milyaran  tahun. Semua  itu  di ciptakan untuk kebutuhan manusia dan  tunduk  pada manusia. Namun manusia tak bersyukur juga. Kita kumandangkan Takbir untuk merayakan kemenangan Nabi  Ibrahim dan lulusnya   umat Islam dari godaan Iblis dan  syetan.  Takbir dalam Islam  dapat di pandang sebagai Ruh ibadah, Dalam shalat setiap perubahan gerak diawali dengan  takbir. Ketika  shalat berjamaah, maka takbir adalah komando bagi makmum  untuk  segera mengikuti imam. Paling tidak 85 kali seorang Muslim bertakbir mengagungkan  Asma  Allah. Takbir adalah Ikrar ke  tundukkan  ego manusia   pada kekuatan Maha Besar yang  mempengaruhi  hidupnya..
Takbir  adalah  pengakuan jujur ketidak berdayaan  mahkluk  yang lemah  kepada Khaliknya. Sekaligus  pertanda ke  pasrahan  diri pada Illahi..

     Getaran takbir adalah obat yang paling mujarab untuk membersihkan karat-karat kesombongan dan ke pongahan manusia.. Takbir bagaikan air  jernih yang mengucur hati dan memunculkan kesegaran  rohani dan menyuburkan sikap Tawadlu.

     Dengan  menyebut Allahu Akbar menimbulkan kesadaran bagi manusia bahwa dari Allah kita datang dan kepada_Nya kelak kita kan kembali dan  untuknya semua apa yang kita kerjakan ini. Dengan Allahu Akbar  menyadarkan  kita bahwa semua yang kita  kerjakan adalah pekerjaan  yang di pekenankan_Nya, pekerjaan  yang diredhai_Nya. Sekaligus  menyadarkan  kita  bahwa apa yang  kita kerjakan  ini adalah  pekerjaan yang bisa di pertanggung jawabkan, jika  kelak kita di panggil menghadap_Nya.

Allahu Akbar 3 X

     Idul adha disebut juga hari raya korban. Korban yang dipersembahkan Ibrahim pertanda kepatuhannya kepada Allah SWT dengan mengorbankan  anak  kesayangan satu-satunya Ismael. Dan peristiwa  itu bertepatan  dengan  waktu Adha. Adha adalah waktu sesudah  waktu dhuha  tapi belum masuk waktu lohor. Disaat itulah disuatu  siang Ibrahim  menggoroh  merih Ismael anak  yang  sangat dicintainya. Sehingga hari Raya itu disebut Hari Raya Korban yang dilaksanakan pada saat waktu Adha. Disebut juga dengan hari Raya Haji. Karena pada saat itu dilaksanakan ibadah haji.  

     Ibadah yang diawali dengan wukuf di Padang arafah. Sewaktu menuju Padang Arafah itu kita mengumnadangkan Talbiah :"Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik la syarikalaka labbaik. Innal hamda, wanikmatalaka,  walmulka lasyarikalaka" Aku datang-aku  datang memenuhi panggilan_Mu  Ya  Allah. Untukmu segala puji, segala nikmat  dan segala  kerajaan.  Tiada syarikat bagi_Mu.Tiap  kali kita di panggil_Nya dan tiap kali  pula  kita  penuhi panggilan itu. Setiap Jum'at, setiap shalat, setiap  puasa  dan setiap berkurban. Siapa-siapa yang telah terbiasa memenuhi  panggilan itu,  nanti tidak canggung ketika  memenuhi panggilan_Nya yang terakhir.
     Arafah  yang berarti pengenalan, mengenal kembali diri mengenang kembali  dosa-dosa yang pernah dikerjakan. Diharapkan para  haji mengenal  jati  dirinya, menyadari kesalahannya, bertekad  tidak mengulanginya  serta menyAdari pula kebesaran dan keagungan  penciptanya.Maka  sewaktu  wukuf di Padang Arafah semua orang mengenang  dan menyesali  dosa-dosa  yang  pernah dibuat, dengan linangan  dan deraian air mata yang bercucuran semua jemaah meratapi dan menyesali dosa-dosa yang pernah diperbuat. Semua orang hadir saat  itu di  Padang Arafah, baik yang sehat maupun yang sakit,  baik  yang bersih  maupun  yang sedang datang haid. semua  berkumpul  semua berhimpun  berwukuf merenung dan  mengenang segala kesalahan  dan kekhilafan selama ini.

     Di Padang Arafah semua berpakaian Ihram, yaitu 2 helai kain putih yang  tidak berjahit, dengan kepala yang terbuka.  Andaikan ada yang menutup kepala , andaikan ada yang memasang topi atau mahkota sebagai  pertanda dia Raja, maka ihramnya batal  dan hajinya tidak diterima. Andaikan ada yang memakai tanda pangkat tandanya dia sebagai pejabat, atau bintang jasa didada, maka ihramnya akan batal  dan hajinya ditolak. Dengan pakaian yang sama dan  tempat yang sama di Padang Arafah, tidak bisa kita membedakan mana orang kaya  dan mana yang miskin, mana yang berpangkat dan mana  rakyat jelata,  semuanya sama. Melihat semua kemah yang berwarna  putih dan  pakaian  jemaahnyapun putih-putih berpakaian ihram,  seakan -akan berada di Padang Mashar waktu menghadap Tuhan. Seakan-akan ada  isyarat jika menghadap Tuhan, lepaskanlah semua tanda  kebesaran,  hanya  dua  helai kain putih yang  tak berjahit,  dengan sangat sederhana kita menghadap Tuhan. Tinggi rendah  seseorang ditentukan oleh Taqwanya.

     Pakaian  melahirkan perbedaan, dan menggambarkan  status sosial, serta menimbulkan pengaruh psikologis, menanggalkan pakaian biasa berarti menanggalkan segala macam perbedaan menghapus  keangkuhan yang  di timbulkan oleh status sosial, mengenakan  pakaian  Ihram melambangkan  persamaan  derajat kemanusiaan serta  menimbulkan pengaruh  psikologis bahwa yang seperti itulah dan dalam keadaan demikinlah seseorang menghadap Tuhan pada saat kematiannya.

     Wukuf  dengan  mengenang segenap dosa dan kesalahan  yang pernah dibuat,  baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja , dosa besar  ataupun  dosa kecil. sebagaimana Adam  dan  Hawa mengakui dosanya di Padang Arafah. Memang di Padang Arafah inilah Adam dan Hawa  bertemu kembali setelah berpisah selama 100  tahun dibukit Jabal Rahmah.

     Sewaktu  Adam  dan  Hawa  bertemu,  Hawalah  yang  pertama minta maaf."Maafkan saya  karena sayalah engkau  terusir dari sorga, kesalahan sayalah yang menyebabkan engkau terbawa-bawa. Maafkanlah  saya wahai junjunganku. Padahal di Sorga, apapun  yang kita inginkan  dapat kita peroleh, namun aku masih saja menginginkan yang  lain".  "Bukan demikian wahai siti Hawa, kekasihku"  Jawab Adam, "dalam hal memakan buah khuldi sebetulnya juga karena keinginanku,  aku sebetulnya  yang juga  ingin merasakan  bagaimana nikmatnya buah khuldi itu".

     Berdua mereka juga sama-sama melakukan pengakuan dosa, dan mengucapakan doa yang terkenal yang tercantum dalam Al-Qur'an Rabbana Dhallamna  amfusana, waillam taghfirlana watarhamna lanakunna  na minal  khasirin". Ya Allah kami telah aniaya pada diri kami sendiri, kalau bukanlah karena keampunan dan kasih sayangMu, tentulah kami kelompok pada orang-orang yang rugi.

     Adam dan Hawa tobat, tobat yang sebenar-benarnya tobat, menyesal dan tidak akan mengulang lagi kesalahannya. Dan telah ditebusnya kesalahannya dengan tercampak kedunia menderita bertahun-tahun.

     Setiap  kali  seseorang membikin kesalahn  berbuat  dosa, selalu dapat nasehat "Bertobatlah, kembalilah padaNya, kembalilah kepada jalan  Nya  yang lurus dan yang benar. Mungkin selama  ini telah jauh menyimpang, mungkin engkau telah tersesat, kembali, kembalilah ke jalanNya yang lurus dan benar, bacalah doa dalam Shalatmu "Ihdinas Shiratal Mustagiim".

     Sayapun  teringat  akan petuah Sang guru sewaktu  saya melakukan kesalahan  : "Wahai anakku, Kembalilah dan datanglah lagi  kepada Nya,  nanti akan dibukakan Nya rahasia besar dan terlindung  yang selama  ini tak kau ketahui. Pintunya senantiasa terbuka,  datanglah  pada Nya, sekali-kali Dia tak akan pernah mengecewakannmu, bertobatlah".

     Tobat  berarti menyesal, atau kembali. Dengan  menyesali keadaan dan  kejadian yang telah berlalu. Tobat kepada  Allah mengandung arti  antara lain kembali atau datang kepadaNya  dengan perasaan menyesal atas perbuatan atau sikap diri yang tidak benar di  masa lalu dan dengan tekad untuk taat kepada Nya, dengan kata lain  ia mengandung arti kembali pada sikap perbuatan yang lebih baik  dan lebih benar.

     Beberapa  macam tingkatan Tobat. Ada tobat dari dosa  besar, ada tobat  dari dosa kecil dan ada pula tobat  dari  perbuatan atau sikap  yang  sudah baik, kepada perbuatan atau sikap  yang lebih baik. Dengan demikian tobat itu dapat dipahami sebagai upaya yang harus diwujudkan sepanjang hidup dan sepanjang hayat. Jadi tobat tidak  lain dari upaya seseorang untuk meninggalkan keadaan yang telah  mewarnai  kepribadiannya untuk  mendapatkan  keadaan yang lebih baik dan utama bagi kehidupannya di dunia dan akhirat. Ia tak lain dari upaya terus menerus meniti tangga menuju puncak ke utamaan hidup.

     Mengingat taraf dan tingkatan tobat itu berbeda-beda, dan meskipun  Tuhan penerima Tobat dan tidak pernah  menolak  orang yang ingin  bertobat  atau kembali mendekat kepada  NYa.  Namun taraf kesulitan untuk melakukan tobat itu juga berbeda-beda.

     Tobat dapat diibaratkan dengan upaya seseorang mencabut dosa dari dirinya, sedangkan dosa dapat di ibaratkan bagaikan sebuah pohon. Bila  dosa telah berulang-ulang dilakukan dan  telah berlangsung lama,  maka ia seperti pohon besar yang tidak mudah mencabutnya. Bila  dosa baru sekali dua dilakukan, maka ia baru seperti  benih yang baru tumbuh dan mudah mencabutnya.

     Bertobat dari perbuatan buruk yang telah berulang-ulang dilakukan dan  telah berlangsung  lama, penyakitnya  sudah kronis, sudah menahun,  sulitnya seperti sulit mencabut pohon yang besar. Bila orang sangant sulit mengupayakan tobat, atau bahkan hampir mustahil melakukan tobat, maka hatinya dapat disebut sebagai hati yang sudah berkarat oleh dosa-dosanya. Itulah  sebabnya Islam mengajarkan bahwa setiap kali muncul  dosa atau kesalahan, ia haruslah segera bertobat dan mengirinya dengan perbuatan baik. Dengan segera bertobat itu, daya tarik dosa atau pengaruhnya terhadap diri segera pula lumpuh.  Melalaikan  tobat berarti membiarkan dosa itu menguasai diri, sehingga  ia  tetap berada dalam kerendahan.

     Nah  di bulan Haji tahun ini, agaknya kesempatan bagi kita untuk merenung sejenak,  segala  dosa dan kesalahan  yang  telah kita perbuat. Menghitung dan menghisap diri sebelum di lakukan perhitungan  kelak, Dan memasang serta meluruskan niat  yang sungguh-sungguh  akan  merobah  sifat yang mewarnai diri, berjanji dan bertobat untuk tidak mengulanginya lagi. 
  
     Tobat yang diinginkan itu adalah tobat yang sungguh-sungguh yang disebut dengan Tobatan nasuha. Yakni tobat tanpa keinginan lagi kembali  kepada  kesalahan atau kekeliruan  yang  sebelumnya di perbuat. Setiap Tobat yang sungguh-sungguh dengan niat yang tulus dan  ikhlas,  niscaya disambut Tuhan dengan  senang, Karena Dia adalah  peneriam tobat dan senang pada orang  yang  terus-menerus bertobat.  Untuk  itu saya teringat akan sebuah Firman suci  Nya dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 104 : "Tidakkah kamu  mengetahui bahwasanya Allah menerima Tobat dari hambanya dan menerima saksi  dan  bahwasanya Allah Maha peneriam Tobat lagi maha  Penyayang".

     Selesai  melaksanakan  ibadah  di Padang Arafah, malamnya kita berangkat  untuk mabid di Muzdhalifah. Memilih batu-batu kecil. Ibarat  peluru yang dipersiapkan untuk dilemparkan pada Iblis  di Jumratul Ula, Wustha dan Aqabah. Peristiwa ini menggambarkan  dan mengulang kembali peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim A.S. Seperti terbaca dalam sebuah Firman SuciNya dalam Al-Qur'an.

     Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. Ibrahim  berkata :" Wahai  anakku,  aku telah melihat dalam mimpiku, bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana  pendapatmu." Ismael menjawab :"Wahai ayahku.  laksanakanlah  perintah  Allah itu, ayah akan dapati aku sebagai orang yang sabar."(QS. 37:102).

     Sebagai  ayah  sebetulnya Ibrahim berkuasa atas  anaknya, tiada seorangpun  yang bisa membantah atau melarang apa  yang dilakukannya  pada  anaknya, dia berkuasa penuh,  mau  dihitamkan atau diputihkan  terserah  dia. Sebagai Rasul dan nabi Ibrahim harus segera  menjalankan  perintah Allah. Apalagi dia  jelas menerima wahyu  dan perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya sebagai korban,  namun dia tetap meminta kepada anak-nya, menyuruh fikirkan  dan berdialog. Tidak terlihat sedikitpun dalam peristiwa itu  unsur  pemaksaan dan tak terlihat sedikitpun  bahwa  Ibrahim memperlihatkan kekuasaannya sebagai ayah serta dia mau  menjalankan  perintah  semaunya  sendiri.  Dia  bermusyawarah,  diajaknya anaknya yang terkena akibat perintah itu untuk mencari jalan dan ikut memutuskan.

     Dalam  ayat ini menggambarkan kepemimpinan Nabi Ibrahim, sewaktu dapat wahyu dari Allah SWT yang memerintahkan beliau agar menyembelih anak kandungnya Ismael as. Ibrahim menyampaikan wahyu Allah itu kepada Ismael, dengan cara yang sangat mengharukan.

     Ibrahim ternyata menanyakan dulu pendapat anaknya, Ismael. disertai nasehat agar Ismael memikirkan sendiri, makna perintah Allah itu. Baru sesudah itu perintah itu terlaksana berdasarkan keputusan  bersama  antara sang ayah dan sang anak. Bukan semata-mata keputusan sang ayah, yang dalam hal ini bertindak sebagai atasan atau pimpinan.

     Cara Ibrahim ini dalan manajemen modern ternyata sangat menentukan keberhasilan setiap pemimpin, karena  anak  buah merasakan bertanggung  jawab  dalam melaksanakan  tugas  yang dibebankan, sehingga  komitmen mereka semakin tinggi dan  motivasi merekapun akan sangat tinggi. Dengan demikian setiap orang akan memberikan partisipasinya dalam menjalankan setiap keputusan.

     Betapa tingginya partisipasi itu terlihat dalam kisah Ibrahim dan Ismael  sewaktu akan melaksanakan penyemblihan itu, agar penyemblihan itu berjalan lancar. Berkata Ismael kepada ayahnya :"Wahai ayahku,  sebelum penyembelihan dilaksanankan ada  3 permohonanku padamu :
1.   Tolong  asah pisau tajam-tajam agar proses  penyemblihan  itu bisa berjalan lancar.
2.   Tolong ikat kaki dan tanganku agar engkau tidak melihat aku      menggelepar-gelepar.
3.  Bajuku   yang berlumuran darah  nantinya, tolong berikan kepada  ibuku, agar beliau tahu, bahwa saya adalah  anaknya      yang berbakti pada orang tua.

     Dengan membawa serta bawahan mengambil keputusan, maka pekerjaan yang akan dilaksanakan itu akan semakin tinggi efesien dan  efektivitasnya.

     Sehingga ketika iblis menggoda ingin membatalkan perintah itu di jumratul Ula  dengan membujuk Ismael dan Ibrahim dengan mengatakan,  tak mungkin Tuhan sekejam itu memerintahkan sembelih anak, langsung Ismael menjawab dan meminta agar ayahnya terus melaksanakan perintah Tuhan Itu. Demikian pula sewaktu anak dan ayah ini di goda di jumratul Wustha dan jumratul Aqabah. Anak dan ayah ini tak mempan dengan bujukkan dan rayuan Iblis dan syetan. Sehingga akhirnya  kedua anak dan ayah itu sampai ketempat penyembelihan. Setelah  pisau  diasah tajam-tajam, kai dan tangan Ismael  dikat agar dia tidak menggelepar, dan disaat Ibrahim menempelkan  pisau yang  tajam keleher anaknya dan akan menggorohnya. Ketika  itulah Tuhan mengganti Ismael dengan seekor kibas. Cukup Ibrahim pengorbananmu sudah di terima. Sesungguhnya Kata Tuhan  :"Daging-daging unta  dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat  mencapai  (keridhaan) Allah, tapi ke taqwaan dari kamulah yang dapat  mencapainya Surat Al-Haji ayat 37.

     Di  Jumratul  Ula iblis di lempar dengan batu, demikian  pula di Jumratul Wustha dan Jumratul Aqabah. Ini pulalah yang di syariatkan dalam menunaikan ibadah Haji; melempar di Mina, di jumaratul ULa,Wustha Dan 'Aqabah. Dan disini pulalah perjuangan yang sangat berat  sewaktu  menunaikan  ibadah Haji,  disini pulahlah  orang banyak  mati, mati terinjak-injak dan bermacam cobaan dan  godaan justru banyak terjadi waktu melempar ini. Kitapun belum melupakan korban yang jatuh waktu di Terowongan Al Mu'asyim beberapa  tahun yang silam.

     Memang  cobaan dan godaan sewaktu menunaikan ibadah  Haji sangat banyak dan sangat berat, maka dituntut bagi siapa yang menunaikan ibadah  Haji ke tulus dan keikhlasan, bahwa Ibadah Haji yang  di kerjakan itu semata-mata hanya Karena Allah, bukan karena apa dan siapa.

     Setiap ibadah, baru sah jika dibarengi dengan niat karena Allah ,  dan  itupun diulangi sekali lagi ketika kitab suci itu berbicara tentang haji dan umrah  Surat Al-Baqarah ayat 196:"Dan sempurnakanlah ibadah Haji dan umrah karena Allah"

     Rupanya  jemaah  Hajji  dituntut pertama  kali  untuk meluruskan niatnya. Tuntutan  dan tuntunan ini wajar, karena cukup banyak godaan yang dapat mengalihkan niat suci itu. Bukan saja perjalanan  ke  tanah  suci" atau gelar "haji"  yang  bakal disandanag, tetapi juga status sosial yang sedikit atau banyak dapat  meningkat.

        Ka'bah  merupakan  lambang dan wujud keesaan Allah,  bertawaf dikelilingnya melambangkan  aktivitas manusia  yang  tidak  pernah terlepas  dari  pada_Nya. Ka'bah bagaikan matahari  yang  menjadi pusat  tata surya dan di kelilingi oleh planet-planetnya.  Ka'bah adalah rumah ibadah yang pertama sekali didirikan seperti terbaca dalam  Surat Ali Imran ayat96 :"Sesungguhnya rumah yang mula-mula di bangun untuk tempat beribadat manusia ialah Baitullah yang  di Mekah yang di berkahi dan menjadi petunjuk bagi  semua  manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, diantaranya Maqam  Ibrahim;  barang  siapa memasukinya Baitullah itu)  menjadi  amanlah dia;  mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap  Allah, Yaitu  bagi  yang  sanggup mengadakan  perjalanan  ke Baitullah. Barang siapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya  Allah Maha KAya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam".Dengan bertawaf disana, seseorang mengikat janji untuk menjadikan segala aktifitasnya  terikat oleh daya tarik  pusat  wujud  ini, Yakni Allah S.w.t.

        Sa'iy yang berarti adalah usaha adalah lambang dari usaha mencari kehidupan duniawi,  bukankah Hajar Ibu Ismael as mondar mandir disana  mencari  air untuk putranya. Dengan  ber  sa'iy bertekad untuk  tidak  berpangku tangan menanti turunnya  "hujan" tetapi tekadnya  itu berangkat dari Shafa yang arti harfiahnya kesucian dan ketegaran dan berakhir di Marwah yang artinya "kepuasan sikap menghargai bermurah hati dan memaafkan" Sehingga jika  kembalinya nanti usahanya  masih berangkat dari kekotoran dan  atau  tidak bermuara  pada ketaqwaan, penghargaan dan kemurahan  hati,  maka jauhlah panggang dari api.

        Bulan  Zulhijjah  adalah bulan  pengorbanan,  bulan peningkatan, peningkatan amal saleh, peningkatan kerja. "Selesai menunaikan Shalat, bertebaranlah dimuka bumi, cari rezki Allah", bekerja dan berusaha. "Bila engkau selesai dari  satu pekerjaan kerjakan pekerjaan yang lain" perintah Tuhan dalam sebuah ayat_Nya.

        Sebetulnya,  tangan  dan kaki kalau tak di gerakkan, maka tubuh menafsirkan bahwa tangan dan kaki itu tak di perlukan. Akibatnya calsium dan mineral yang terdapat pada tulang dan  otot kaki  dan tangan akan di serap dan di keluarkan memalui  kencing. Orangnya akan menderita osteoporesis, tulang yang keropos, bagaikan kayu di makan bubuk, tulang ini mengalami kerapuhan dan mudah patah. Sebelum patah sebetulnya di dalam tulang itu sendiri telah terjadi patah-patahan yang halus-halus di sebut dengan mikro fraktur yang dirasakan sebagai sakit-sakit dalam tulang, penat dan pegal-pegal. Bagi mereka yang malas bergerak, akan merasakan siksaan dunia atau neraka dunia, karena sakit disana dan sakit di sini,  dimana-mana terasa sakit. Rupanya Tuhan  memberikan  semua organ  tubuh untuk di manfaatkan dan di pekerjakan. Agaknya  kita semua  ngeri menerima ancaman Tuhan Allah dalam  Al_Qur'an  pada surat  al 'araf ayat 179
" Sesungguhnya telah Kami jadikan isi nereka jahannam kebanyakkan dari Jin dan manusia Yang mempunyai hati tapi tak  digunakan untuk mengerti,  dan  punya mata  tak   digunakan   untuk melihat,punya telinga tapi tak digunakan untuk mendengar. Mereka bagaikan ternak, bahkan  lebih  sesat.  Maka   mereka   itulah orang=orang yang lalai".

        Maka bagi mereka yang malas-malas, banyak tidur, merintang-rintang hari, menghabis-habisi umur.  Tidak  menggunakan  otak, mata, telinga, hati, kaki dan tangan. Didunia saja sudah  dirasakannya sakitnya hidup ini, bagaikan neraka. Karena  sering  kita amati banyak orang yang sakit, ialah mereka yang tak menggunakan alat geraknya.  Banyak duduk dan  tidur,  bermalas-malas.  Tidak mengasah otak, tidak melatih mata dan tak mempergunakan telinga.

        Jadi ketika menunaikan Ibadah Haji, seakan-akan kita di bawa menyelusuri  dan menapaki jejak-jejak sejarah yang  telah  diukir oleh Nabi Ibrahim a.s bersama keluarganya.

        Kalau  tidak, yakinlah bahwa anda belum menunaikan  ibadah haji. Memang  anda telah berkunjung ke Mekkah, tetapi  belum melakukan Thawaf. Anda telah membeli kegersangan Padang Pasir, tetapi  anda belum tiba lagi di arafah.
Untuk  semua itu bagi yang menunaikan ibadah Haji.  Marilah  kita luruskan niat, bahwa ibadah Haji hanya semata-mata ihklas  karena Allah,  sesuai  dengan Firman Suci_Nya dalam Al_Qur'an surat Al_Baqarah ayat 196 :"Sempurnakanlah ibadah Haji dan Umrah Karena Allah...."



kamu  terkepung  (terhalang oleh musuh atau karena  sakit),  maka (sembelihlah korban yang mudah didapat, dan jangan kamu  mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya.  Jika ada diantaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur)  maka wajiblah atasnya berfidiyah, yaitu berpuasa  atau bersedekah  atau  berkorban. Apabila kamu telah aman,  maka bagi siapa  nyag ingin mengerjakan umrah sebelum haji  (didalam  bulan Haji),(wajibliah ia menyemblih kurban yang didapat). Tetapi  jika ia  tidak menemukan (binatangkorban atau tidak mampu) maka  wajib berpuasa  3  hari dalam masa haji dan 7 hari apabila  kamu  telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban  membayar Fid-yah) bagi orang-orang  yang keluarganya tidak berada (di sekitar) MAsjidil haram (orang-orang yang  bukan penduduk  Mekah).  DAn bertaqwalah kepada  Allah  dan  ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan_Nya

        Ibadah Haji dapat diselesaikan dalam 4 hari, tapi Al_Qur'an menyatakan bahwa "Haji adalah beberapa bulan tertentu (Q,2:197) Syawal, Zulkaedah dan zulhijjah, Agar jemaah membawa bekal dan bekal terbaik adalah Taqwa.. Pakaian biasa harus ditanggalkan dan pakaian Ihram dikenakan.

        Dalam  masyarakat minang kabau, rasa dibawa  serta. Sesuatu "dipaiyokan", dengan menghargai pendapat orang lain. Bulek aia di pambuluah, bulek kato dek mufakat, maka kepemimpinan seperti  ini terlihat jauh lebih berhasil.

        Tapi  kalau orang tak dibawa beriya, maka kalau ada  program yang tidak jalan timbul ciloteh "Itulah awak kan  indak  dibawok sato, tangguanglah surang." Memang  ada orang yang kurang setuju dengan cara  manajemen yang seperti itu menyatakan, bahwa gaya itu hanya diterapkan jika bawahan hampir se-taraf pengetahuan mereka dengan manajer. Tetapi bukankah  setiap  manajer seyogianya juga seorang pendidik  yang bertanggung jawab dalam membangun stafnya ?

        Lihatlah  Rasulullah  Muahammad SAW, bukankah beliau telah merobah Umar bin Khatab, menjadi kha-lifah yang ulung,  demikian juga  Abu Bakar, Ali dan Utsman ? Bukankah bilal  dulunya  hanya seorang bu-dak yang tersiksa dan hampir mati dalam siksaan-nya ? Yang pertama dan utama dijalankan Rasulullah ialah memperlihatkan contoh  dan tauladan, baik dalam  ucapan  dan  perbuatan beliau. Untuk meningkat-kan mutu bawahan beliau Rasul  melakukan latihan demi latihan dengan contoh-contoh yang  mudah  diterima. Memberi tugas dan perintah sesuai dengan kemampuan bawahannya (telling). Jika sudah mulai meningkat kematangan  mereka, gaya manajemenpun ditingkatkan menjadi selling, artinya perintah di-sertai bimbingan. Jadi sudah mulai terjadi dialog,  namun masih belum ada pendelegasian tugas secara penuh. Baru sesudah bawahan mencapai tingkat  kema-tangan tertentu,  yaitu kematangan yang menyebabkan mereka telah mampu bekerja sendiri, tanpa  bimbingan dan arahan.

        Manajer  muslim memikul kewajiban moral untuk  mendidik  dan mengembangkan dan meningkatkan kematangan bawahan sedemikian rupa sehingga akhirnya, setiap bawahan itu mampu duduk sama rendah dan tegak  sama  tinggi  dengan dia  dalam mengendalikan  organisasi bersamasama.

        Lihatlah  cara pelaksanaan shalat berjamaah.  Untuk  menjadi imam seseorang harus mempunyai persyaratan yang tertentu. Imam itu berdiri  didepan pada tempat yang  khusus  disediakan  untuk imam. Dibelakangnya  berdiri orang yang tahu,  yang  kalau  imam salah dia  bisa membetulkannya dan kalau imam ada halangan  dia bisa menggantikannya.

        Kalau  imam itu terkentut, imam itu harus segera  menyingkir dan meninggalkan jemaah dengan kesadaran sendiri, walaupun kentut itu kedengaran bunyinya atau tidak. Jangan sampai ada seorang imam yang tidak mau mengaku bahwa dia telah terkentut.  Pura-pura tidak tahu bahwa dia telah terkentut atau minta ditunjukan  mana bukti-buktinya bahwa dia telah terkentut.Kan susah membuktikan :"Apakah akan Engkau ciptakan padanya makhluk yang akan menciptaan  bencana dan menum-pahkan darah ?  padahal  kami  senantiasa berbakti dengan  memuji-Mu  dan mengagungkan Engkau ? Allah menjawab :"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu  ketahui."

        Dalam  ayat  itu Allah sebagai penguasa dam  pemilik  mutlak alam ini,  memerlukan  berdialog  dengan  bawahan-Nya,  malaikat tentang rencana yang akan dibuatnya. Allah mendengar alasan logis malaikat itu kemudian dipatahkan Allah dengan menonjolkan kelebihan-Nya ilmu pengetahuan yang tidak dipunyai malaikat.

        Bukankah  dari  ayat  ini dapat  diambil  kesimpulan,  bahwa Allah,  sebagai pemimpin, memerlukan berdiskusi  dengan  bawahan-Nya,  akan  rencana yang akan dilakukannya, baru sesudah  itu  ia mengambil keputusan ?

        Kemudian dibuktikan oleh Allah kebenaran yang diucapkan-Nya,yaitu setelah Adam diciptakan, lalu dikumpulkan bersama-sama dan masing-masing  ditanya  oleh  Allah tentang  sesuatu,  Iblis dan Malaikat menggelengkan kepala menyatakan tidak tahu. Hanya Adam lah  yang  dapat  menerangkan dengan baik,  lalu  malaikat sujud kecuali Iblis.

        Hal  ini  menerangkan kepada si mukmin  bagaimana  manajemen yang dikehendaki-Nya. Didalam membuat suatu  kebijaksanaan  atau merencanakan  sesuatu  sebelum  mengambil  keputusan,   hendaklah dirembukan dahulu dengan bawahan yang akan turut dipengeruhi oleh kebijaksanaan atau terlibat dalam keputusan itu.

        Manusia punya harga diri yang wajib dipertahankannya  sampai akhir hayatnya. Rasa harga diri inilah yang perlu ditenggang oleh setiap menajer, jika berurusan dengan manusia yang dipimpinnya.     Mengajak  bawahan  didalam  pertemuan  untuk   membincangkan rencana  serta mengambil keputusan, memegang peranan yang  sangat penting didalam menentukan keberhasilan seorang manajer.

        Dengan  berbincang-bincang terlebih dahulu  dalam  mengambil keputusan  akan menumbuhkan "rasa dilibatkan dalam kepamimpinan"™ yang  selanjutnya akan menumbuhkan "rasa sama memiliki (sense  of be-longing)"™  di  dalam dada setiap bawahan.  Rasa  ini-lah  yang akhirnya akan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang sangat penting dalam manajemen yang berhasil. Jika tidak, anggota kelompok  yang merupakan  bagian yang tak terpisahkan dalam satu organisasi  ini akan  bersipat apatis terhadap kebijak-sanaan dan keputusan  yang diambil itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar