Kamis, 28 November 2013

Silatu Rahim


Oleh dr.H.K.Suheimi
      Silatur Rahim  Berasal dari kata  Silat yang artinya menghimoun, atau menghubungkan, menghubungkan yang terputus dan menghimpun yang terserak. Kesuksesan seseorang terletak pada kemampuannya menjalin hubungan silaturrahim. Suami yang sukses adalah suami yang mampu menjaga hubungan silaturahim dengan istri. Ayah yang sukses adalah ayah yang mampu menjaga hubungan silaturahim dengan anaknya. Pedagang yang sukses adalah pedagang yang mampu menjaga hubungan silaturahim dengan pelangannya. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu menjaga hubungan silaturahim dengan bawahannya. Dan kesuksesasn Rasulullah Muhammad s.a.w  terletak pada  kemampuanya menjaga hubungan silaturahim dengan pengikutnya.
Lihatlah ketika beliau jadi pedagang sebelum jadi Rasul. Terkenal sebagai pedagang yang sukses, adalah karena kemampuannya bersilatur rahim. Bagi pedagang orang yang paling penting adalah pembeli atau pelanggan , karena pelanggan itulah yang akan memberi laba dan keuntungan, semakin banyak pelanggan semakin besarlah laba, semakin besar laba, semakin bisalah dia meraih sorga didunia.
Sesungguhnya mereka yang  memberikan Kepuasan pada pelanggan , mereka sebetulnya sedang menggapai sorga didunia dan sorga di akhirat. Cobalah lihat, pelanggan yang puas, dia akan loyal dia tak akan beranjak dan tak akan pindah pada yang lain. Jika pelanggan itu bertemu dengan temannya dia akan mengajak temannya berbelanja di tempat pedagang tadi, maka pelanggan akan bertambah , dan labanya akan meningkat, dengan laba yang banyak dapat dia meraih sorga dunia. Pelanggan yang puas akan mendo’akannya sehingga terbuka pula pintu sorga akhirat. Dia menyadari yang paling penting itu adalah pelanggan, maka segala fikiran segala usaha ditujukan kepada bagaiman yang terbaik untuk pelanggan nya.
Sebagai dokter yang terpenting baginya adalah pasiennya, maka kepentingan pasien senantiasa di utamakannya, maka dia akan jadi dokter yang sukses. Apapun yang dikerjakannya adalah langkah-langkah yang menjurus bagaimana kepuasan pelanggan nya.

Silatrurrahim, bukan silaturrahmi, karena rahim berbeda dengan rahmi. Rahim artinya ksih dan saying atau alat kandungan, sedangkan Rahmi artinya usus, jadi jika ada orang yang bersilaturahmi, sebetulnya dia sedang menyambungkan usus dan usus, makanya acaranya di penuhi dengan makan dan makanan.
Kekuatan silaturahim terletak pada kemampuan seseorang merebut hati, bagaiman cara dan kiatnya merebut hati pelanggan , merebut hati bawahan, merebut hati rakyat, merebut hati kekasih, merebut hati anak, merebut hati istri.
Makanya kita di seru agar setiap apapun yang akan di kerjakan awalilah dengan menyebut Bismilahirahmannirrahim    Artinya ujung dari setiap pekerjaan kita itu adalah rahim, menjalin ikatan kasih dan saying.
Maka agama kita menyeru bahwa yang termasuk dosa besar adalah memutus tali silaturahim, dan amalan yang terbesar itu adalah merajut tali Silaturrahim.
Kalau ingin jadi pemimpin ingin  sukses tak lain dan tak bukan adalah dengan merebut hati  siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
Namun yang kejadian sekarang orang bukan berusaha merebut hati, tapi secara kasat mata kita lihat, justru berebut kekuasan, berebut harta, dan berebut wanita, sambil memutuskan tali Silaturrahim , Padahal sejarah selalu saja membuktikan seseoarng justru jatuh hancur dan ambruk, bila dia dia tergiur dan tergoda oleh tida ta yakni Tahta, Harta dan wanita

Kalaulah mereka tahu apa yang dibutuhkan orang sekarang ialah bagaimana merebut hati, iberikanlah apa yang diingini, mudahkanlah kata Rasul, kamu akan dimudahkan, lapangkanlah, kamu akan dilapangkan. Irhamu filardh yarhamkum fisama'  kasihanilah yang didunia maka yang dilangit akan mengasihimu. Rasakanlah nikmatnya memberi dan rasakanlah nikmatnanya tangan yang diatas..

Dalam suasana demikian selalu saja seseorang menyigi dan mengamati, apa kebutuhan dan keperluan orang banyak. Disaat=saat seperti ini orang haus belai kasih orang haus perhatian dan orang haus pertolongan. Dalam bentuk nyata orang sekarang kekurangan darah dan orang haus akan donor darah.
Tiap sebentar kematian terjadi hanya di sebabkan kurang darah terlambat datang pertolongan. Kadang-kadang darah dapat tapi orangnya sudah meninggal.

Pertanda kita peduli akan penderitaan orang lain lapangkanlah, tolonglah nanti kamu akan dilapangkan , nanti kamu akan ditolong.
Saya iri kepada donor darah yang telah menyumbangkan darahnya sebanyak 150 kali, padahal saya baru 28 kali.
Setiap selesai jadi donor saya puas, karena setiap darah yang keluar langsung akan di ganti. Begitu darah keluar 300 cc, maka sumsum tulang saya akan aktif, limpa, hati dan semua organ akan giat bekerja memproduksi darah sebagai penganti darah yang hilang. Darah yang diproduksi adalah darah baru, lebih segar , lebih merah . Sehingga menimbulkan semnagat baru, gairah baru, dengan muka yang menjadi lebih berona merah.
Dan dalam tiap tetes darah yang disumbangkan diiringi do’a kiranya setiap tetas darah ini bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Bukankah semboyan PMI itu, setetes darah adalah nyawa bagi yang sedang membutuhkan.
Agaknya melalui darah yang kita sumbangkan akan merekat tali slatirahim, dalam tubuhnya mengalir darahku, mungkin kita setali, sesaudara dam darah yang sama.

Saya teringat akan perempuan yang tiap bulan selalu mengeluarkan darah 50-70 cc. Jadi kira-kira 200 cc saban 3 bulan. Selama wanita itu masih haid, masih mengeluarkan darah tiap bulan, maka selama itu wanita itu sehat. Begitu dia berhenti haid atau menopause, maka bermacam-macam penyakit akan menghinggapinya. Jadi kalau kita renung, seseorang akan menjadi sehat terasa segar dan bugar dengan semangat yang tinggi bila dia selesasi menyumbangkan darahnya.
Maka saya memasang niat dan selalu berusaha agar sekali 3 bulan pegi ke PMI menjadi donor darah.
Barangkali itu yang bias saya sumbangkan. Kalau ada semboyan “berjuang sampai tetesan darah yang terakhir, maka bagi donor darah dia berjuang mulai dari tetesan darah yang pertama keluar dari tubuhnya, semoga dia mengikat tali silturahim dengan darahnya

Saya teringat pesan guru saya “Kibarkanlah panji-panji kemanusian dibarisan yang terdepan dengan darahmu”
Untuk itu saya teringat akan sebuah Firman suci_Nya dalam Al-Qur'an  Surat Ar Rahman Ayat 13
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar