Kamis, 07 November 2013

M A N D A L A



Oleh :Dr.H.K.Suheimi

Diatas pesawat Mandala siang ini tgl 3 Oktober 1994, membuat

hati  saya  berdebar  jantung bergetar keras,  cemas,  takut  dan

khawatir.  Cemas kalau-kalau pesawat tak bisa  mendarat,  padahal

saya  sudah  janji tanggal tiga ini sampai  di  Padang.  Khawatir

karena kabut demikian tebal menutupi seluruh pemandangan.  Takut,

kalau-kalau  pesawat ini menabrak gunung. Kalau salah  satu  dari

hal diatas terjadi dan menimpa diri saya, tentu semua yang  telah

di rencanakan akan  berantakkan. Makanya saya komat kammit diatas

pesawat dan didalam kabut tebal itu. Saya pegang tangan istri  di

sebelah saya, tangannya dingin dan basah, basah oleh keringat dan

keringat itunterasa dingin. Dia lebih penakut lagi dan dia  lebih

khawatir  lagi, bermacam-macam bayangan yang melintas  di  fikir­

annya,  sama  saja dengan setiap orang yang  ada  diatas  pesawat

Mandala hari ini semua kelihatan tegang, termasuk pramugari  yang

biasanya mudah mengubar senyum dan selalu menenangkan  penompang,

hari itu duduk diam membisu bagaikan patung. Saya perhatikan raut

wajah  setiap  orang di atas pesawat Boing 374 itu  semua  berdoa

semua  berharap agar di beri keselamatan dalam  pendaratan.  Saya

lihat  arloji yang melilit ditangan pakai kompas. Pada  jam  ter­

tera, seharusnya pesawat kami sudah mendarat, namun dari  kompas,

pesawat  itu di belokkan kearah barat menuju lautan lepas  lautan

Indonesia.  Kemudian  saya perkiraan didaerah Tiku,  pesawat  itu

belok  arah ke Timur. Tak lepas-lepas mata saya mengamati  kompas

yang ada di tangan, lalu tampak pesawat di belokkan ke ara  sela­

tan, menukik dan terus merendah, mungkin di sekitar daerah  lubuk

Alung  baru tampak permukaan laut dan pinggiran  pantai,  barulah

kecemasan  saya  berkurang. Kemudian pesawat makin  merendah  dan

akhirnya  dengan mulus mendarat di Bandara Tabing.  Alhamdulliah,

pilotnya  berani  dan menguasai benar  lapangan,  sehinga  dengan

penuh perhitungan dengan tepat dia bisa mendaratlkan  pesawatnya.

Biasanya  setiap  kali  pesawat mendarat  kami  bertepuk  sewaktu

besama  rombongan,  hari  itu saya igin pula  bertepuk,  tapi  di

sekeliling  saya  banyak orang tua-tua dan ada pula  yang  pulang

karena  sakit  duduk di depan saya, maka saya tak  jadi  bertepuk

tapi  dalam hati saya memanjatkan syukur  yang  sedalam-dalamnya,

serta ingin mengucapkan terima kasih pada pilot yang namnya  saya

lupa  karena  kecemasan tadi, tapi nama itu  seperti  nama  orang

Aceh, Fatilah atau apa saya lupa mencatatnya. Ingin saya berjabat

tangan dengannya, tapi kedua tangan saya di penuhi oleh cabin dan

koper-koper kecil yang saya bawa, maklumlah perjalana yang sangat

jauh  tentu  membawa oleh-oleh bagi sanak  saudara  di  kampung..

Untung  pilot itu orang Aceh, mengasai lapangan dan penuh  perhi­

tunmgan  serta berani, kalau orang Barat saya kira  tidak  berani

mendarat,  kalau melihat tebalnya kabut dan banyaknya  pegunungan

di daerah Sumatera. Seperti kejadian pada hari selasa tanggal  27

1994. Peristiwa yang terjadi hari itu saya catat diatas

pesawat yang membawa kami ke New York dan dalam guncangan-guncan­

gan diatas pesawat itu. Inilah cacatan saya ketika itu.

Hari  ini  Selasa 27 September, kami  menuju  Orlando,  saya

memisah  dari rombongan karena uingin menyaksikan  Dysney  World.

Untuk  mencapai  Orlando  yang jauh dari  Montreral,  kami  harus

mampir lebih dulu ke New York. Untunglah saya bisa pergi  bersama

keluarga  pak  parmanto, kalau saya saja pergi  sendirian  karena

belum pernah tentu nanti kebingungan, bingung di Pabean,  bingung

di  air port dan bingung kemana harus pergi dan hotel  apa  yanga

akan  dicari. Untung sekali kami bisa pergi dua  keluarga  semoga

perjalanan  ini  diberi bimbingan oleh Allaah SWT.  Semalam  saya

terbangun  dan Shalkat Tahjud mohon kiranya dalam  perjalanan  di

beri keselamatan. Karena kemarin seorang teman saya di new ork dr

Farid azis di landa oleh seorang hitam dan Tas di pinggangnya  di

Rampok,  sehingga  tiket, pasport dan  ceredit  cardnya  kabarnya

hilang dan entah bagaimana nasibnya, entah di pulangkan Ke  indo­

nesia entah bagaimana, saya ndak pernah lagi dapat beritanya. Dan

kemarin  siang pak Rohaditomopun di tubruk oleh  seorang  lelaki,

kemudian  dompetnyapun  hilang yang berisi credit card  dan  uang

serta  barang berharga lainnya. Ya Allah semoga Engkau beri  kami

perlindungan  dan keselamatan.  Kami tinggalkan  Montreal  dengan

Air  Canada 747, sebentar lagi insya ALlah kami mendarat  di  New

York. Saya tulis tulisan ini diatas pesawat, karena hanya  diatas

pesawat saya punya waktu dan sedikit santai. Kalau di darat  saya

sibuk berjalan kesana sini, melihat kesitu dan kesini dan  berbe­

lanja mencarikan oleh=oleh untuk mereka yang jauh di kampung  dan

tentu  di sepanjang jalan ingat akan pesan dan  permintaan  anak-

anak.  Dalam setiap saya menyaksikan satu pemandangan yang  indah

dalam setiap kali saya melihat satu keajaiban selalu saya  terke­

nang  pada  mereka, oh seandainya  saya  bersama-sama  anak-anak.

Karena memang dari kecil-kecil mereka tak pernah saya  tingalkan,

kemana pergi kami selalu bersama, setiap libur dan setiap  minggu

kami  isi  waktu kemana saja. Begitu pula saat  ini  saya  pingin

bersama  mereka,  tapi sayang mereka pada sekolah.  Alangkah  in­

ginnya  nanti  satu saat disaat mereka libur bersama  ingin  saya

mengajaknya keliling, kemana saja, kesudut-sudut, kepelosok=pelo­

sok dunia, ternyata alam ini sangat luas dan yang  menciptakannya

Maha Sempurna. Dari atas pesawqat yang sedang oleng karena  mema­

suki awan httam ini, saya ingin ceritrakan semua apa yang  pernah

saya  alami dan apa-apa yang perlu dan kalau ada sesuatu  menimpa

bagaimana  menghadapinya. Insya Allah saya akan berbagi ilmu  dan

berbagi pengalaman semoga apa yang saya tulis ini bermanfaat.

Pesawatpun semakin goncang pilot berusaha menembus  gumpalan

awan. pesawat akan landing. ternyata awannya begitu tebal,  pesa­

wat  makin  terguncang dan seperti terhempas,  perut  saya  kecut

karena penurunan  yang mendadak. Lalu pesawat naik lagi, berputar

diatas udara New York. Setelah 15 menit berusaha untuk  mendarat,

pilot memberi tahu, kita belum bisa mendarat, kita coba 15  menit

lagi.  dan kalau dalam 15 menit tidak ada awan yang terkuak,  dan

tidak  ada  celah tempat masuk, terpaksa kita  semua  kembali  ke

Montreal. Dan memang setelah 30 menit berusaha dan mengitari kota

new  York, pilot tak mau mengambil resiko, tidak  ada  alternatif

lain  kecuali pulang kembali ke Montreal. Saya dan Istri  dan  Ny

Parmato  bersama anaknya Aryo, cemas, macam-macam yang  di  cemas

dan di takutkan. Waktu masuk awan tebal, langsung istigfar menye­

but  dan minta pertolongannya, keringat dingin membasahi  tangan.

Tapi semua orang bule yang diatas pesawat itu malah  tenang-tenag

saja,  seperti tak ada kejadian tak ada apa-apa, tidak  ada  yang

tanya   ini   tanya  itu  dan  tidak  ada   suara   ribut,   yang 

membaca=membaca juga, yang ngobrol, ngobrol juga. Saya perhatitan 

raut-raut  wajah  mereka  yangduduk disamping  dan  di  belakang, 

tenang-tenang  adem-adem  saja.  Begitu waktu  masuk  awan  hitam 

begitu  pula  ketika di umumkan kita harus kembali  ke  montreal. 

Saya  dan  istri gelisah dan khawatir, karena kami kan  harus  ke 

Orlando,  tentu  tak kan mungkin hari ini, di negeri  asing  yang 

bahsanya  masih sulit untuk di pahami, dan tempat-tempatnya  mem­

bingungkan karena belum terbiasa dengan suasana ini. 

   


 
Ibu parmanto lain lagi yang di gelisahkannya, visanya  sudah 

di  coret, karena hanya untuk satu kali masuk  Canada,  bagaimana 

nanti  di bawah apakah  boleh balik ke hotel atau harus  menunggu 

diatas  pesawat?, atau bagaimana supaya tinggal di Montreal  saja 

sedangkan  Pasportnya sudah di coret. Beliau bertanya pada  saya, 

sayapun  tak dapat memberi jawaban, saya tak tahu dan tak  pernah 

mengalami  hal seperti ini. Pikiran kami kacau  balau,  bercamour 

aduk  antara resah dan gelisah, takut dan khawatir, cemas  karena 

banyak  yang  tidak di ketahui, siapakah yang salah  apakah  yang 

salah. Padahal pesawat ini dilengkapi dengan sistim serba komput­

er,  begitupun Bandara Udara di New York terkenal canggih.  Pasti 

ada satu halangan yang demikian  hebat sehingga terhalang  menda­

rat di New York. Kami rugi, tentu perusahan Air Canada lebih rugi 

lagi,  tapi rugi itu sengaja di hadang untuk  menghindari  bahaya 

yang  mungkin menimpa atau menghindari kerugian yang lebih  besar 

lagi.

   


 
Sayapun bimbang dan ragu karena sudah Check Out dari  hotel, 

kemana lagi akan menginap. Semua tahu kita tahu, betapa  sulitnya  
ð73[1] 
 
ð73[1] Šsulitnya  mencari  hotel di Montreal, apalagi  karena  bertepatan 

dengan  adanya kongress sedunia yang di hadiri kira-kira  13.000, 

peserta. 

   


 
Berkecamuk,  berkacau balau, berantakkan,  sehingga  fikiran 

kusut, mukapun cembrut. Tapi bagi mereka , bagi si bule masih ada 

yang  bercanda,  masih ada riang dan gembira. Padahal  saya  tahu 

mereka sibuk semua pakai jas pakai dasi, pasti ada urusan penting 

mereka  dari Canada ke Amerika, pakai pasport,  mengisi  formolir 

segala,  pasti  urusan  penting, namun tak  terbayang  dari  raut 

wajahnya  bawah dia sebal dan dia kesal, Oh pandai  benar  mereka 

menyembunyikan rasa hati mereka. Tapi memang apa yang di  lakukan 

mereka  itulah rupanya yang terbaik. Ketika menghadapi  satu  hal 

yang tak bisa di robah, menghadapi sesuatu yang harus di  terima, 

suka atau tidak suka, kita harus tenang dan berusaha  memunculkan 

hal-hal  yang positif. Mungkan mereka berdo'a. "Ya Allah  berilah 

kami  kekuatan  untuk bisa merobah apa yang bisa kami  robah  dan 

beri  pulalah  kami ketabahan untuk dapat menerima apa  yang  tak 

bisa  kami robah". Do'a yang sama juga pernah saya ucapkan,  cuma 

sewaktu  menerima kenyataan saya tak siap, seperti  mereka.  Saya 

resah  saya gelisah, saya kesal karena rencana saya  berantakkan, 

sebelumnya  sudah terbayang bahwa sebentar lagi akan mendarat  di 

New  York, kemudian pindah pesaat menuju Orlando mau  menyaksikan 

Dysney World Mau menyaksikan cap caneveral Kennedy mau  menyaksi­

kan Future, ah banyak lagi , tapi semua kandas, semua berantakkan 

pesawat  saya  tak  bisa mendarat di New York.  Kami  kembali  ke 

Montreal, barang-barang diturunkan semua. 

   


 
Rencana  kami akan berangkat kembali, kalau keadaan  memung­

kinkan, tapi rupanya semua pesawat memang tak bisa di  berangkat­
ð73[1] 
 
ð73[1] Škan hari itu ke New York harus di tunggu sampai besok. Saya  ndak 

tahu  apa benar yang menyebabkan kok hampir semua pesawat ke  New 

York  di  batalkan. Esoknya baru saya mengerti  setelah  menerima 

berita,  bahwa  bukan awan tebal saja yang menyelimut  New  York, 

tapi pada hari  itu juga New York di terjang badai topan,  sampai 

sebuah kapal yang berpenompang 600 orang hancur bagian  haluannya 

dan kapal itu terbalik, waktu tulisan ini di tulis, baru  seratus 

orang yang di temukan, sedang yang lainnya masih dalam  pencahar­

ian.  Dan juga hari itu terjadi kebakaran di sebuah  gedung  ber­

tingkat  diNew York dan untuk memadamkan kobaran api di  butuhkan 

15 helicopter. 

   


 
Barulah  sekarang  saya mengerti kenapa pesawat  Air  Canada 

yang  telah di lengkapi dengan Komputer serba canggih,  begitupun 

Landasan di New York begitu hebat, tapi pesawat dan pilotnya  tak 

mau landing. Jarang dan sangat jarang terjadi pesaawat yang  ngak 

bisa  mendarat di New York. Kemarin saya kesal karena  perjalanan 

kami tertunda, tapi hari ini saya bersyukur, untung ndak jadi  ke 

New  York, rupanya apapun yang terjadi pasti ada hikmahnya,  cuma 

saat  kejadiaan  saya tak menduga yang demikian.  Ternyata  Tuhan 

ingin menyelamatkan kami. 

   


 
Dan  hari ini kabut semakin tebal menyelimuti  kota  Padang. 

KAbut  yang demikian gelap, menimbulkan keresahan  dan  berakibat 

ber  macam-macam. KAbut menyebabkan pemandangan terhalang,  kabut 

menyebakan pesawat tak bisa mendarat. Kabut menyebabkan  kerugian 

penerbangan dan kerugian para penumpang, rugi materi rugi  waktu. 

KAbut menjadi penghalang untuk mencapai tujuan, dan tidak sedikit 

pula kabut dapat menimbulkan kecelakaan. Banyak kecelakaan  kapal 

dan  tabrakkan  mobil yang terjadi di hari  berkabut  ini,  tulis  
ð73[1] 
 
ð73[1] Šsebuah harian.

   


 
Saya  bersyukur  saya telah selamat sampai  di  Padang  dari 

perjalanan  yang  sangat  jauh. Tuhan telah  kabulkan  do'a  kami 

sekeluarga. Saya berterima kasih pada semua, pada pilot  Mandala. 

Pilot yang telah berusaha dengan sungguh-sungguh dan  perhitungan 

yang  tepat, sehingga menyelamatkan pesawat dan  penompang.  Saya 

tidak  tahu apakah besok pesawat masih bisa mendarat  di  Bandara 

Tabing,  mengingat semakin tebalnya kabut yang  menyelimuti  kota 

Padang  tercinta ini. Saya cuma berdoa semoga turun  hujan  lebat 

yang  dapt melarutkan dan menghanyutkan asap-asap  dan  debu-debu 

ini.  Dan  untuk pilot mandala saya hadiahkan  sebuah  ayat  suci 

Al=Quran  yang  berbunyi : "Barang siapa  melakukan  usaha  penuh 

kesungguhan  itu,  maka Allah akan  menunjukkan  berbagai  (tidak 

satu) jalan menuju kepada_Nya (Q,29:69).


P a d a n g  3 Oktober 1994

Tidak ada komentar:

Posting Komentar