Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Pak Muis guru Fisika saya waktu SMP, dengan
mudahnya menerangkan. Apabila dua buah dawai atau kawat, dengan panjang yang
sama, tebal yang sama , dengan kata lain bila kedua dawai itu punya panjang
gelombang yang sama, frekwensi yang sama serta amplitude yang sama. Bila dawai
yang satu di getarkan maka dawai yang lain ikut tergetar. Ikut tergetarnya
dawai yang lain disebut dengan Resonansi. Resonansi adalah tergetarnya sesuatu
akibat getaran yang lain , bila panjang gelombangnya sama, frekuensi dan
amplitudonya sama.
Pendengaran itu adalah akibat Resonansi. Getaran
bunyi ikut menggetarkan selaput gendang telinga, diteruskan ke tulang-tulang
pendengaran, dikirim ke otak, Bila otaknya sadar dan hidup maka bunyi itu terdengar
sesuai dengan getaran yang diterimanya. Begitupun mata bisa menangkap gelombang
cahaya.
Radio yang kita hidupkan itupun prinsipnya
memakai hukum resonansi sehingga kita bisa memilih siaran radio yang kita
inginkan sesuai dengan gelombang radio yang di pancarkan. Ketika kita menekan tombol tuning radio 90.00 FM
maka kita akan dengar siaran Radio Padang. Kita faham bahwa sinyal dimenara
Radio dan di pesawaat radio harus sama
Begitupula Televisi yang setiap hari kita tonton.. Jadi untuk bisa
menonton, melihat dan mendengar, perlu ada pemancar dan ada penerima.
Manusia yang dijadikan sebagai makhluk yang terbaik justru sekaligus punya
pemancar dan punya alat penerima.
Sesuatu yang dipancarkanya sekaligus bisa diterimanya dan bisa
diresonansikan-nya.
Mendengarkan Al_Qur’an pun demikian, agar
hati kita tergetar dan dada kita tergoncang tinggal kita menyamakan
gelombangnya, makanya saya teringat satu Firman suci-Nya Dan apabila dibacakan al-Qur'an, maka
dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat
rahmat. (QS. 7 : 204)
Kita hidupkan hati kita lalu kita simak dan dengar baik-baik lalu
diperhatikan dengan tenang , ketika itulah Rahmat-Nya diturunkan.
Sekarang pelajaran Guru saya pak
Muis itu baru saya refleksikan dan saya renungkan kembali, bahwa resonansi itu
ikut tergetarnya dawai yang lain, bila dawai yang satu di getarkan .
Nah, ternyata seluruh alam ini
adalah Getaran semata. Getaran gelombang ini bertingkat-tingkat , dari getaran
yang paling lambat sampai getaran yang paling
cepat. Benda yang memiliki gelombang yang paling lambat adalah semua yang bisa diraba, dilihat, di
kecap, dicium dan didengar.
Benda yang gelombang getarannya
paling cepat ialah benda gaib yang tidak nampak, dan hanya bisa dirasa seperti
kebahagiaan, cinta dan kasih sayang. Semua benda yang tidak tampak seperti
Fikiran dan Perasaan memiliki getaran yang lebih cepat dan lebih kuat, Dan
barang siapa yang terampil menggunakannya akan
memiliki hidup yang lebih baik
Innamal “amalu binniat. Setiap pekerjaan
dimulai dengan niat. Niat yang muncul di
hati adalah sama dengan apa yang selaludalam fikiran. Dan ketika kita
memikirkan sesuatu secara terus menerus , artinya kita sedang mengarahkan
energi kesana. Energi itu akan ikut bergetar sesuai gelombangnya dengan fikiran
kita. Disaat kita berfikiran dan memancarkan gelombang kebaikan, maka semua
gelombang-gelombang kebaikan sekitar kita akan ikut bergetar, teresonansi
menjadi kekuatan yang luar biasa. Dan himpunan kekuatan energi kebaikan inilah
yang akan menghantarkan kita kepada niat kebaikan yang semula di pancarkan, dan
ini akan terwujud dan cita-citapun akan sampai .
Sebaliknya jika kita berniat
buruk dan melakukan perbuatan yang
buruk. Maka gelombang-gelombang buruk
disekitar akan berresonansi akan saling menguatkan , Maka
kumpulan-kumpulan keburukkan itulah yang terjadi
Tak salah Rasul berkata setiap perbuatan itu tergantung dari niat,
jika niat baik yang di pasang maka
gelombang kebaikan lah yang dia akan
menarik lebih banyak hal-hal yang baik, dan terjadi resonansi kebaikkan .
Sebaliknya bila niat buruk yang di pasang , maka akan berhimpun gelombang
keburukan, saling tambah menambah
sehingga nanti akan di gulung oleh keburukan kita sesuai dengan apa yang
kita niatkan, dan apa yang kita fikirkan
Begitu seterusnya bila seseorang memancarkan gelombang dengki,
maka dia akan menuai kedengkian, dan dia akan jadi penghasut.
Ketika dia memancarkan gelombang ketakutan,
maka gelombang-gelombang ketakutan di sekitarnya akan beresonansi dan takut itu
semakin menjadi-jadi, jadilah dia si penakut, karena takut itu ada dan bersemi
dihatinya.
Nah ketika kita resah dan
gelisah, maka pancaran resah dan gelisah itu akan nampak di mata, dihati dan
didenyut nadinya yang akan meresonansi setiap gelombang keresahan di
sekitarnya, dan dia akan di gulung oleh keresahan dan kegelisahan.
Pada hakekatnya Anda adalah apa yang anda fikirkan. Kalau mau
berfikir kearah jelek, jeleklah kita,
kalau berfikir kearah baik maka baiklah kita.
Sebaliknya jika kita memikirkan
yang indah, maka kita di kerumuni oleh gelombang ke indahan dan dia akan
beresonansi dan nanti kita pasti akan merasakan dan memetik ke indahan.
Begitupun ketika kita memancarkan
gelombang cinta, maka gelombang cinta
disekitar kita akan tergetar dan akan beresonansi, maka kita akan merasakan
lezat dan indahnya cinta. Kita tanamkan benih cinta dan pasti kita akan menuai
cinta itu
Pilihan ada di tangan kita,
apakah kita akan membuat hidup kita susah, maka berfikirlah yang susah-susah,
maka gelomang kesusahan akan mendekati kita kemudian dia beresonansi, kita akan
di balut kesusahan, dan kesusahan itu datang silih berganti, bertubi-tubi
seakan tak mau berhenti,
Karena dia mengalami resonansi,
maka sering orang berkata, yang susah bertambah susah, yang senang semakin
senang, Karena orang senang itu memancarkan gelombang kesenangan, dan semua
orang akan senang, dan gelombang senang akan mendekatinya, karena adanya tarik
menarik antara sesama. Maka resonansi dari kesenangan itu akan
bertambah-tambah,
Amatilah orang yang sedang tertawa,
bukankah ketawanya menular ?, orang lain ikut terpingkal-pingkal, dia menular
dan dia beresonansi.
Sebaliknya jika seseorang
menangis dan bersedih yang di sekitarnyapun akan berlinangan air mata ikut
sedih dan larut dalam kesedihan, Gelombang kesedihan beresonansi saling tambah
menambah, tukuk menukuk.
Saya teringat pada Almarhumah Ibu
saya Hj Nurhama yang selalu berpesan “Suheimi, jika kamu memandang sesuatu dari
segi buruknya, maka buruklah semua yang kau pandang. Jika kamu memandang
sesuatu dari segi baiknya , maka baiklah semua yang kau pandang”.
Maka Allah selalu memberi kita
dua jalan, Jalan kebaikan dan jalan keburukkan, terserah kita mau menempuh
jalan apa
Inilah salah satu ajaran agama
kita, agama yang menganut kebebasan, bebas memilih, dan tiap pilihan di minta
pertanggung jawabnya.
Hiduplah sesukamu pesan Rasul
namun satu saat kau akan mati. Kerjakan apa yang kau suka, dan setiap pekerjaan
dimintakan pertangung jawabnya
Untuk itu ingin saya petikkan
sebuah Firman suciNya dalam Al-Qur'an
Bukankah Kami telah memberikan
kepadanya dua buah mata, (QS. 90:8)
lidah dan dua buah bibir. (QS.
90:9)
Dan Kami telah menunjukkan
kepadanya dua jalan. (QS. 90:10)
Tetapi dia tiada menempuh jalan
yang mendaki lagi sukar. (QS. 90:11).
Padang, 7 Februari 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar