Kamis, 28 November 2013

R E S O N A N S I


Oleh : Dr.H.K.Suheimi

Pak Muis guru Fisika saya waktu SMP, dengan mudahnya menerangkan. Apabila dua buah dawai atau kawat, dengan panjang yang sama, tebal yang sama , dengan kata lain bila kedua dawai itu punya panjang gelombang yang sama, frekwensi yang sama serta amplitude yang sama. Bila dawai yang satu di getarkan maka dawai yang lain ikut tergetar. Ikut tergetarnya dawai yang lain disebut dengan Resonansi. Resonansi adalah tergetarnya sesuatu akibat getaran yang lain , bila panjang gelombangnya sama, frekuensi dan amplitudonya sama.

Pendengaran itu adalah akibat Resonansi. Getaran bunyi ikut menggetarkan selaput gendang telinga, diteruskan ke tulang-tulang pendengaran, dikirim ke otak, Bila otaknya sadar dan hidup maka bunyi itu terdengar sesuai dengan getaran yang diterimanya. Begitupun mata bisa menangkap gelombang cahaya.

Radio yang kita hidupkan itupun prinsipnya memakai hukum resonansi sehingga kita bisa memilih siaran radio yang kita inginkan sesuai dengan gelombang radio yang di pancarkan. Ketika kita menekan tombol tuning radio 90.00 FM maka kita akan dengar siaran Radio Padang. Kita faham bahwa sinyal dimenara Radio dan di pesawaat radio  harus sama
Begitupula Televisi yang setiap hari kita tonton.. Jadi untuk bisa menonton, melihat dan mendengar, perlu ada pemancar dan ada penerima.
Manusia yang dijadikan sebagai makhluk yang terbaik justru sekaligus punya pemancar dan punya  alat penerima.
Sesuatu yang dipancarkanya sekaligus bisa diterimanya dan bisa diresonansikan-nya.

Mendengarkan Al_Qur’an pun demikian, agar  hati kita tergetar dan dada kita tergoncang tinggal kita menyamakan gelombangnya, makanya saya teringat satu Firman suci-Nya  Dan apabila dibacakan al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS.  7 : 204)

Kita hidupkan hati kita  lalu kita simak dan dengar baik-baik lalu diperhatikan dengan tenang , ketika itulah Rahmat-Nya diturunkan.

Sekarang pelajaran Guru saya pak Muis itu baru saya refleksikan dan saya renungkan kembali, bahwa resonansi itu ikut tergetarnya dawai yang lain, bila dawai yang satu di getarkan .

Nah, ternyata seluruh alam ini adalah Getaran semata. Getaran gelombang ini bertingkat-tingkat , dari getaran yang paling lambat sampai getaran yang paling  cepat. Benda yang memiliki gelombang  yang paling lambat  adalah semua yang bisa diraba, dilihat, di kecap, dicium dan didengar.

Benda yang gelombang getarannya paling cepat ialah benda gaib yang tidak nampak, dan hanya bisa dirasa seperti kebahagiaan, cinta dan kasih sayang. Semua benda yang tidak tampak seperti Fikiran dan Perasaan memiliki getaran yang lebih cepat dan lebih kuat, Dan barang siapa yang terampil menggunakannya akan  memiliki hidup yang lebih baik

Innamal “amalu binniat. Setiap pekerjaan dimulai dengan niat.  Niat yang muncul di hati adalah sama dengan apa yang selaludalam fikiran. Dan ketika kita memikirkan sesuatu secara terus menerus , artinya kita sedang mengarahkan energi kesana. Energi itu akan ikut bergetar sesuai gelombangnya dengan fikiran kita. Disaat kita berfikiran dan memancarkan gelombang kebaikan, maka semua gelombang-gelombang kebaikan sekitar kita akan ikut bergetar, teresonansi menjadi kekuatan yang luar biasa. Dan himpunan kekuatan energi kebaikan inilah yang akan menghantarkan kita kepada niat kebaikan yang semula di pancarkan, dan ini akan terwujud dan cita-citapun akan sampai .

Sebaliknya jika kita berniat buruk  dan melakukan perbuatan yang buruk. Maka gelombang-gelombang buruk  disekitar akan berresonansi akan saling menguatkan , Maka kumpulan-kumpulan keburukkan itulah yang terjadi

Tak salah Rasul berkata  setiap perbuatan itu tergantung dari niat, jika niat baik yang di pasang  maka gelombang kebaikan lah yang  dia akan menarik lebih banyak hal-hal yang baik, dan terjadi resonansi kebaikkan . Sebaliknya bila niat buruk yang di pasang , maka akan berhimpun gelombang keburukan, saling tambah menambah  sehingga nanti akan di gulung oleh keburukan kita sesuai dengan apa yang kita niatkan, dan apa yang kita fikirkan

Begitu seterusnya  bila seseorang memancarkan gelombang dengki, maka dia akan menuai kedengkian, dan dia akan jadi penghasut.
Ketika dia memancarkan gelombang ketakutan, maka gelombang-gelombang ketakutan di sekitarnya akan beresonansi dan takut itu semakin menjadi-jadi, jadilah dia si penakut, karena takut itu ada dan bersemi dihatinya.

Nah ketika kita resah dan gelisah, maka pancaran resah dan gelisah itu akan nampak di mata, dihati dan didenyut nadinya yang akan meresonansi setiap gelombang keresahan di sekitarnya, dan dia akan di gulung oleh keresahan dan kegelisahan.

Pada hakekatnya  Anda adalah apa yang anda fikirkan. Kalau mau berfikir kearah jelek, jeleklah kita,  kalau berfikir kearah baik maka baiklah kita.

Sebaliknya jika kita memikirkan yang indah, maka kita di kerumuni oleh gelombang ke indahan dan dia akan beresonansi dan nanti kita pasti akan merasakan dan memetik ke indahan.
Begitupun ketika kita memancarkan gelombang cinta, maka  gelombang cinta disekitar kita akan tergetar dan akan beresonansi, maka kita akan merasakan lezat dan indahnya cinta. Kita tanamkan benih cinta dan pasti kita akan menuai cinta itu

Pilihan ada di tangan kita, apakah kita akan membuat hidup kita susah, maka berfikirlah yang susah-susah, maka gelomang kesusahan akan mendekati kita kemudian dia beresonansi, kita akan di balut kesusahan, dan kesusahan itu datang silih berganti, bertubi-tubi seakan tak mau berhenti,

Karena dia mengalami resonansi, maka sering orang berkata, yang susah bertambah susah, yang senang semakin senang, Karena orang senang itu memancarkan gelombang kesenangan, dan semua orang akan senang, dan gelombang senang akan mendekatinya, karena adanya tarik menarik  antara sesama.  Maka resonansi dari kesenangan itu akan bertambah-tambah,

Amatilah orang yang sedang tertawa, bukankah ketawanya menular ?, orang lain ikut terpingkal-pingkal, dia menular dan dia beresonansi.
Sebaliknya jika seseorang menangis dan bersedih yang di sekitarnyapun akan berlinangan air mata ikut sedih dan larut dalam kesedihan, Gelombang kesedihan beresonansi saling tambah menambah, tukuk menukuk.

Saya teringat pada Almarhumah Ibu saya Hj Nurhama yang selalu berpesan “Suheimi, jika kamu memandang sesuatu dari segi buruknya, maka buruklah semua yang kau pandang. Jika kamu memandang sesuatu dari segi baiknya , maka baiklah semua yang kau pandang”.

Maka Allah selalu memberi kita dua jalan, Jalan kebaikan dan jalan keburukkan, terserah kita mau menempuh jalan apa
Inilah salah satu ajaran agama kita, agama yang menganut kebebasan, bebas memilih, dan tiap pilihan di minta pertanggung jawabnya.
Hiduplah sesukamu pesan Rasul namun satu saat kau akan mati. Kerjakan apa yang kau suka, dan setiap pekerjaan dimintakan pertangung jawabnya

Untuk itu ingin saya petikkan sebuah Firman suciNya dalam Al-Qur'an
Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, (QS. 90:8)
lidah dan dua buah bibir. (QS. 90:9)
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. (QS. 90:10)
Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. (QS. 90:11).



Padang, 7 Februari 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar