Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Muhammad si Pecinta, dia mencintai
segalanya. Dia mencintai Tu
hannya dengan lurus dan benar, dia
mencintai sesamanya dengan
penuh kasih dan sayang, dia mencintai musuhnya
dengah ihklas, dia
mencintai lingkungannya, dia mencintai
anak-anak, dia mencintai
binatang, dia mencintai tumbuh-tumbuhan.
Cintanya telah meluluh
lantakkan musuh-musuhnya. Cintanya telah
membuat si pembencinya
berobah menjadi pengagum dan
pengikutnya yang setia. Cintanya
telah merobah dendam menjadi kasih. Semua di
cintainya, dengan
kasih dia berjalan, dengan cinta dia bekerja dan
setiap apa yang
di kerjakannya dilaksanakan
dengan penuh cinta. Cinta tanpa
pamrih, cinta tanpa embel-embel, tapi
adalah cinta yang lahir
dengan rasa tulus dan ihklas. Dia mencintai sekali
gus gus dicin
tai, bukan hanya dicintai oleh keluarga dekat,
tapi juga dicintai
oleh musuh-musuhnya. Sebagai seorang
pecinta yang agung dan
sebagai seorang pecinta sejati, setiap gerak dan
geriknya meman
carkan cinta, setiap langkah adalah langkah cinta,
setiap perbua
tan dilandasi oleh cinta. Lihatlah, matanya
bersinar dan berbinar
memancarkan cinta, di raut wajahnya
membayang cinta, tutur kata
nya yang halus melahirkan kata yang
mengungkapkan rasa cinta,
cinta pada semua lebih-lebih lagi cinta
kepada ummatnya. Cinta
yang lahir dari hati sanubari, bukan cinta
yang di poles-poles,
bukan cinta sebagai kewajiban, tidak ada
kata-kata wajib dalam
cintanya.
Disinilah letak beda antara
cinta dan kewajiban. Kewajiban,
adakalanya dilakukan dengan rasa terpaksa
dan pahit.Tapi kalau
karena cinta, jalan dan rintangan yang
bagaimana pun sulitnya,
akan dihadapi dengan penuh rasa riang dan gembira.
Namun dan sebagai seorang pecinta, cintanya itu
selalu dan senan
tiasa dapat ujian, dimana-mana dia di uji,
dimana-mana cintanya
di pertaruhkan. Dia di uji oleh Allah dan dalam
setiap ujian dia
selalu lulus, dan setiap datang ujian dari Allah,
bukan menjauh
kannya dari Allah, tapi semakin dekat dan
bertambah dekat.
Suatu hari beliau masuk kekamar
puteranya tersayang, Ibrahim,
yang sedang dalam buaian maut. Melihat
puteranya tercinta itu
sedang direnggut maut, cinta dan
kasih sayang Muhammad yang
meluap-luap itu tidak berdaya kecuali dalam bentuk
ucapan singkat
disertai deraian air mata, ujarnya :
" Air mata berlinang dan hatipun
sedih. Namun kami tidak akan
mengucapkan kata-kata yang membikin Tuhan
murka."
Ya, itulah cinta Muhammad pada Tuhan dan
Penguasanya. Suatu cinta
melampaui ukuran manusia biasa. Cinta yang
bersumber dari Allah
Swt. dan yang akan berpulang
kepadaNya. Suatu cinta yang akan
membebaskan seseorang dari kemurkaan Kekasihnya
Yang Agung. Sudah
lama benar Muhammad dimabuk
cinta itu, setiap saat rindunya
menyala-nyala, penuh gairah dan jujur.
Ucapan ini terlahir karena rasa cintanya
yang jauh lebih besar
kepada Allah chalik penciptanysa. Dalam
penderitaan yang demikian
berat, tidak terbayang diwajahnya atau
tak terlahir dari uca
pannya kata-kata penyesalan atau
kata-kata umpatan. Dia tak
pernah mengumpat sebagaimana dia tidak pernah
menyesali keadaan,
untuk apa sesal dan kenapa harus menyesali.
Perhatikan pulalah sewaktu beliau di
uji di awal penyampaian
dakwah ke Taif. Dengan jeruh
payah beliau melangkah ke Taif
dengan harapan, kiranya penduduk Taif dapat
memeluk agama Islam.
Tetapi sesampai di Taif, harapan tinggal harapan,
kenyataan yang
di temuinya di Taif jauh sekali dari
harapannya. Di Taif, bu
kannya dia di suguhi air dan di hidangkan
penganan, tapi di Taif
beliau dilempari dengan batu, dia tersandar ke
sebuah pagar, dia
di caci dia di maki dan dia di
katakan gila. Namun walaupun
kenyataan yang ditemuinya tidak sesuai
dengan apa yang diharap
kannya dan siksaan yang demikian berat
tidak melunturkan dan
menggugurkan cintanya pada ummatnya. Bahkan
disana dia kembali
mendoakan keselamatan ummatnya.
Derita itu tidak dapat menahan rasa sedihnya, lalu
berhamburanlah
deraian airmatanya, bagaikan batu-batu yang
dilemparkan orang itu
berjatuhan kedalam sebuah danau yang tenang
dan kemudian tiba-
tiba airnya bergoncang sehingga menimbulkan arus
dan gelombang.
Ya, diri Muhammad dengan semua cinta dan rindunya
yang bersarang
dalam hatinya, tak berdaya menahan rasa sedihnya.
Beliau menenga
dahkan pandangannya ke langit Tuhan
dan kepada kekasihnya itu
beliau berucap :
" Kalau engkau tidak murka kepadaku, aku
tidak perduli"!
Allah maha besar.
Muhammad tidak takut menderita dan
sengsara, kecuali kalau ia
dimurkai Tuhan. Akan tetapi kalau Tuhan
tidak murka kepadanya,
tidak marah kepadanya, dipersilahkannya
segala derita dan semua
tipu-daya serta perbuatan makar orang-orang tolol
itu.
" Kalau Engkau tidak murka kepadaku, aku
tidak perduli"!
Dan ketika itu juga, Muhammad menyadari bahwa
tidak seha rusnya
seorang pencinta yang jujur cintanya
akan berhenti berkorban
hanya karena siksaan dan derita.
Dia sedih dan dia menangis, tapi bukan
menangisi dirinya, bukan
meratapi penderitaan yang sedang di tanggungnya,
tapi dia menan
gisi ummatnya, kenapa ummatnya begitu, betapa
malang dan merugin
ya ummatnya, sehingga sewaktu di
tawari oleh Malaikat
untuk
menghancurkan orang Taif dengan menimpakan
kedua gunung disana,
tapi tidak di acuhkan oleh Muhammad,
bahkan beliau mendoakan
keselamatan orang Taif :"YA Allah
ampunilah orang-orang Taif,
mwereka berbuat karena mereka tidak tahu".
Doa itu terpancar dan
terlahir dari rasa cinta yang mendalam
kepada ummatnya. karena
rasa cinta itu pulalah Taif terselamatkan,
sehingga sampai saat
ini Taif terkenal sebagai tempat yang subur dan
tempat berkembang
dan tumbuhnya villa-villa
peristirahatan, tempat diadakannya
kongres ummat islam sedunia. Semua itu tak lepas
dari rasa cinta
yang terbit dalam diri Muhammad.
Di kali yang lain cintanya teruji lagi oleh
seorang musuhnya yang
bernama Daksur mencarunya dengan
pedang terhunus. Sewaktu itu
beliau tertidur di bawah sebuah
pohon, lantas Daksur datang
dengan pedangnya, sewaktu pedang
hampir sampai ke leher nabi,
beliau terbangun, dan waktu itu Daksur
membentak :"Hai Muhammad
disaat seperti ini siapakah yang dapat
menyelamatkanmu?. Dengan
tenang dan dengan pancaran cinta
di wajahnya, nabi menjawab
:"Allahu Akbar". Kalimat ini
mengetarkan jiwa Daksur, hatinya
tergetar, badannya tergocang dan
tangannyapun gemetar, lalu
pedang yang terhunuspun jatuh ke tanah. Gantian sekarang Nabi
Muhammad lagi yang menghunus pedang, dan
berkata :"Nah sekarang
siapa pula yang dapat
menyelamatkanmu?". "Tidak ada yang bisa
menyelamatkanku, kecuali engkau Ya
Rasulullah". Jawab Daksur
menggigil ketakutan.
Tidak lama kemudian, kebencian yang hendak
menerkam dan menyerang
itu berubah menjadi cinta yang menyala-nyala. Dan
rasa malu atas
kelancangannya itu, ditandai dengan
deraian air mata menyesal
yang keluar dengan deras. Maka kata orang itu :
" Ya, Muhammad ! Demi Allah, ketika
saya sedang mencarimu, tak
seorang pun dimuka bumi ini yang paling saya benci
selain engkau.
Dan kini, setelah saya akan pergi meninggalkanmu,
tak seorang pun
yang paling saya cinta lebih dari engkau."
Apa yang telah dilakukan Muhammad terhadap
hati dan jiwa orang
itu ? Tidak ada apa-apa.
Muhammad telah mencintainya dengan
sepenuh hati. Maka berguguranlah
keangkuhan dibawah telapak
kakinya yang agung itu. Dan Muhammad dalam hal ini
tidak berpura-
pura cinta. Dan tidak pula memaksa-maksa cinta.
Akan tetapi cinta
Muhammad itu sendiri yang
memaksanya!. Hati Muhammad selalu
terbuka untuk semua orang. Untuk kawan dan
lawan. Ketika orang
itu dekat dengan Muhammad, pancaran sinar
yang keluar dari hati
nya yang besar itu telah menyentuhnya.
Setiap orang sombong melihat sinar kasihnya,
segera gugur dihada
pannya. Berapa banyak mereka yang datang
hendak memaki, hendak
membujuk agar melepaskan agama beliau.
Tapi begitu pandangan
mereka bertemu dengan mata beliau yang
penuh dengan pancaran
sinar kasih, tiba-tiba mereka menyerah
tanpa syarat dan masuk
kedalam agama Islam dengan penuh gembira.
Diantara mereka ialah
Umar bin Khattab. Bukankan ia menemui beliau
dengan menyandang
sebilah pedang dipinggang, sementara orang
berlompatan mencari
tempat aman untuk menyaksikan peristiwa yang akan
terjadi ? Akan
tetapi Umar yang agung ini luluh
dihadapannya, seperti tetesan
air yang terhisap oleh sepotong gula.
Ia malah luluh sebelum
kedua matanya berpautan dengan mata
Muhammad. Ia telah menyerah
kalah, ketika kedua matanya melihat
beberapa buah ayat Qur'an
yang dibacanya, dimana
didalamnya tersimpul detak cintanya,
kemurnian jiwanya
dan semangat persaudaraannya.
Apabila cinta Muhammad itu menyentuh
seseorang, maka betapa
terasa hangat dan jujurnya. Seperti halnya suatu
cinta suci yang
mesra dan agung.
Sebenarnya Muhammad cinta terhadap
semua orang. Beliau telah
mendapat amanat, kata-kata kebajikan,
hidayat dan kemenangan.
Karena dorongan rasa cintanya pada
semua orang itulah, beliau
menyampaikan kata-kata hidayat itu
kepada semuanya. Dan Allah telah menyambut permohonannya. Atau
katakanlah, Allah Swt. telah
memilih dia sesuai dengan kehendak dan iradatNya,
dan mengutus ia
untuk segenap umat manusia.
Dengan demikian, karena
risalahnya untuk umat manusia, maka
tanggung jawab cintanya menjadi tuntutan
seluruh manusia. Bahwa
seseorang yang mencintai orang lain dengan
cinta suci, pastilah
ia kan bertanggung jawab atas hari depan
orang-orang yang dicin
tainya. Begitulah Muhammad telah memikul tanggung jawab cintanya
yang besar itu. Beliau tidak mencintai keluarga
dekatnya semata.
Beliau tidak hanya mencintai bangsa
Arab saja. Tetapi, beliau
mencintai semua orang didunia.
Lantaran itulah wajib baginya
untuk
menyandang tanggung jawab terhadap semua umat manusia. Dan
itulah yang dimaksudkan bahwa
risalahnya untuk seluruh alam.
Telah bersabda si pencinta mesra sejati itu :
" Aku diutus kepada yang merah dan yang
hitam."
Patut kita renungkan, satu peristiwa
ketika beliau menyambut
musuh bebuyutan yang paling ganas, yakni
kaum Quraisy. Kaum ini
telah menyiksa, membuat beliau
sengsara dan menderita, bahkan
mereka mengusir dan hendak membunuhnya
dengan makar yang keji.
Akan tetapi begitu beliau memasuki kota Mekkah
dengan kemenangan
gilang gemilang, pada saat itu
Muhammad bersabda kepada
para
bekas musuhnya yang paling jahat, yang
berdiri tunduk dihada
pannya untuk menerima balasan yang hendak beliau berikan. Tiba-
tiba terdengar kata-kata penuh
kebijakan dari Muhammad untuk
mereka : " Pergilah kalian semua ! Kalian
bebas semua !"
Beliau memang pernah membenci mereka, yaitu ketika
mereka menjadi
kaki tangan dan berusaha keras memadamkan
cahaya Tuhan, ketika
mereka melawan kebenaran dan kebajikan. Tapi
sesudah kekuatan dan
kesombongan mereka hancur luluh dan tidak
berarti lagi terhadap
kehidupan islam, maka hilang pula
kebencian Muhammad terhadap
mereka. Seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu
apa pun.
Karena sengketa merupakan musuh terhadap
pelestarian cinta dan
eratnya persaudaraan, maka Muhammad telah
melarang dan memprin
gatkan bahwa tidak halal bagi seseorang yang
memencilkan sudaran
ya lebih dari tiga hari. Bahkan pemutusan
hubungan itu apabila
berkepanjangan, akan mirip
halnya seperti kasus pembunuhan.
Perhatikan hadist yang agung dibawah ini :
" Barang siapa yang memencilkan saudaranya
selama setahun samalah
artinya dengan menumpahkan darah saudaranya."
Pemutusan hubungan menurut ajaran Muhammad serupa
dengan kejaha
tan pembunuhan, karena ia merupakan ancaman
terhadap hajat hidup
yang paling terhormat, yakni cinta.! Rasulullah
saw. bersabda :
" Cukup besar dosa anda selama anda tetap
bermusuh-musuhan."
Karena sengketa itu biasanya bermula dari tuding
dan debat kusir,
maka Rsulullah saw. berusaha keras membersihkan
persaudaraan dari
pencemaran hal-hal tersebut.
Cara-cara
lainya untuk mengabadikan rasa cinta itu ialah ber
tenggang rasa, memperhatikan
alasan orang lain serta saling
memaafkan kesalahan. Muhammad tidak ingin
menjadikan kesalahan
orang
sebagai alasan untuk menghancurkan cinta. Sabdanya :
" Barang siapa menerima penyesalan
orang, Allah akan menghapus
dosa dirinya di hari kiamat, "
" Barang siapa yang didatangi saudaranya
untuk berbaikan- artinya
memohon maaf- hendaknya
diterima, entah maksudnya itu benar
ataupun tidak benar. Kalau ia tidak menerimanya, maka
ia tidak
suka aku memperoleh al-Wudh.1)"
Orang bersikap demikian itu
digambarkan sebagai sejahat-jahat
makhluk dan sebagai manusia yang
paling dalam tergelincir ke
relung kejehatan. Disebutkan oleh Nabi bahwa
golongan itu adalah:
" Mereka tidak suka menerima keapaan orang
lain, tidak mau mener
ima alasan orang lain dan tidak sudi memaafkan
kesalahan orang !"
Itulah dia Muhammah. Beliau
telah mencintai cinta dan telah
memahami nilai dan perannya dalam kehidupan umat
manusia. Beliau
bicara tentang cinta dengan tepat dan seluruh
kehidupannya dipa
dati rasa cinta sejati.
Di penghujung kehidupannya,
disaat-saat akan menemui ajalnya
terlihat lagi betapa cintanya
pada Ummatnya :"Ummati,Ummati,
Ummati". Hanya ummatnya
yang jadi buah bibirnya. " Di jamin
keselamatannya, barang siapa diantara kamu
yang berpegang teguh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar