Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Bak ilmu padi kian berisi kian runduk, selalu
merendah diri
tidak sombong. Merunduk pelambang tidak angkuh dan
tidak sombong.
Merunduk agar orang mudah
memetiknya dan tidak terluka oleh
daunnya. Kalau sudah berisi dan sudah masak ia
ingin di petik dan
ingin di tuai. Lalu dia merunduk dan
merendah agar orang mudah
memanennya agar orang mudah memetik
hasilnya. Merunduk berarti
padi rela untuk di petik. Padi
rela untuk di sabit. Semakin
berilmu seseorang semakin merunduk dia
semakin ingin ia agar
ilmunya itu di petik dan di sebar luaskan.
Ilmu akan bertambah
kalau dia di berikan. Dan untuk memudahkan orang
lain memetik dan
menimbanya dia merunduk, menandakan
dia suka di petik dan dia
suka di timba.
Ketika saya belajar ilmu konseling. Satu hal yang
diajarkan
dan sangat berkesan ialah. Kalau kita
berbicara dengan konseli
atau dengan orang lain rundukkanlah sedikit
badan kearah orang
tersebut. Dengan merundukkan badan kearah orang
lain melambangnan
kita suka akan kedatangannya dan kita bersedia
untuk menolongnya
"What can I do for you" Adakah sesuatu
yang bisa ku perbuat untuk
mu, aku ingin membantumu. Merundukkan badan
sedikit perlambang
kita ada respek dan kita ada perhatian pada
orang lain. Dengan
adanya perhatian itu, maka orang yang datang
merasa di perhatikan
dan di pedulikan, dan orang lain
itu merasa dekat dan akrab
dengan kita. Maka curahan perasaan dan emosi serta
curahan perka
taan akan mengalir dengan lancar. Keakraban akan
terjalin, terasa
kesediaan kita untuk diminta dan kesediaan kita
untuk di timba.
Merunduk berarti kita mendekat, mendekat
berarti dekat di
mata dan dekat di hati. Mata adalah pelita hati,
dari mata turun
kehati. Maka "kontak mata harus selalu di
pertahankan", kata guru
saya ketika memberikan pelajaran konseling.
Dari mana datangnya
lintah, dari sawah turun kekali. Dari mana
datangnya cinta, dari
mata jatuh ke hati. Merunduk dan bertatapan mata
akan melahirkan
rasa cinta dan menimbulkan rasa ingin menolong.
Orang yang lebih,
orang yang tinggi dia akan merunduk untuk dapat
meringankan beban
dan derita orang lain. Bak ilmu padi kian berisi
kian runduk.
"Sekali-kali jangan kau tarik
atau kau busungkan dadamu
ketika berhadapan dengan orang lain. Jangan
tinggikan kepalamu
dan suaramu" Kata guru saya. Karena dengan
menarik badan, berarti
kita menjauh, dengan membusungkan dada terkesan
menyombong. Maka
kalau kita menjauh berarti tak mau di dekati, orang
lainpun akan
menjauh dan akhirnya kita tak
bisa dekat dengan orang lain,
komunikasipun akan tersendat-sendat. Menarik
badan berarti kita
menjauh dan menciptaan jurang pemisah dengan
orang lain, nanti
kitapun kan terpisah dan tersisih dari pergaulan
hidup.
Tak jarang kita lihat, apabila seseorang
mulai berpangkat,
maka semakin tingi pangkatnya, semakin
berubah gayanya, semakin
banyak tanda-tanda kebesarannya, semakin busung
dadanya, semakin
besar hidungnya dan semakin
congak kepalanya. Berat baginya
merunduk dan berat baginya mendekat, serta sulit
di dekati. Harus
orang lain yang tunduk padanya, harus orang lain
yang hormat dan
harus orang lain yang menyapanya "Tabik
tuan..". Yang berkepen
tingan kan bukan aku, yang berkepentingan kan dia.
"Harum baumu si bunga
tanjung", kata sebuah lagu. "Harum
semerbak diwaktu pagi. Tinggi pangkatmu bagai
dianjung. Ingatlah
ingat jatuh ke bumi"
Memang semakin tinggi kita dianjung, semakin sakit
jatuh ke
bumi. Saat-saat jatuh tidak kan lama, sebagaimana
jabatan yang di
pegangpun tak akan lama. Kalau ketika diatas tak
terbiasa merun
duk, maka betapa sulit nanti kalau sudah
jadi orang biasa juga
payah merunduk. Betapa pedihnya, kalau kita tiba
orang berjalan.
Kita datang orangpun pergi dan melengah.
Pangkat adalah amanah, jabatan adalah
kepercayaan yang di
limpahkan. Semakin tinggi pangkat
seseorang dan semakin besar
jabatan yang di pikul, semakin besar tanggung
jawab seseorang dan
semakin dekat dia pada Tuhan. Orang yang
bersyukur adalah orang
yang menjalankan amanah. Di pundaknya
terpikul beban dan peker
jaan yang berat untuk menolong dan meringan beban
serta penderi
taan, orang-orang kecil bawahannya. Semakin
berat beban yang di
pikul seharusnyalah semakin runduk si pemikul.
Jangan sampai yang
diatas memijak dan memeras yang di bawah.
"Hati-hati yang diatas"
kata sebuah pepatah. "Yang dibawah
koknyo menghimpit". Ya, adat
kita mengatakan yang akan menghimpit kita itu
bukan orang diatas.
Jatuh dan terhimpitnya seseorang di sebabkan
oleh hal-hal kecil
atau oleh orang-orang yang di
bawahnya. Yang diatas biasanya
adalah payung. Payung berfungsi
memayungi dan melindungi yang
bernaung di bawahnya. Biar dia kena
hujan atau terbakar oleh
teriknya matahari, asal orang dibawahnya
terlindung.
Untuk itu saya teringat akan sebuah Firman
Suci_Nya dalam al
-Qur'an surat
Al-Mu'minun ayat 88: "Katakanlah
olehmu "Siapakah yang menguasai segala sesuatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar