Rabu, 13 November 2013

PUASA MENUJU SEHAT



Oleh: Dr.H.K.Suheimi

Seseorang  dikatakan sehat adalah apabila dia sehat fisik  , 
sehat  mental, sehat sosial dan hidup produktif serta  menghasil­
kan.  Semua  makhluk  hidup yang sehat  selalu  berproduksi,  dan
pertanda  bahwa dia hidup, dia menghasilkan sesuatu.  Perhatikan­
lah,  setiap kali kita bangun pagi  dan setiap kali kita  menatap
pohon kayu, apa yang diajarkannya? dan apa yang dapat kita  petik
dari pohon itu?. Ialah setiap pagi ada saja tunas baru dan  pucuk
yang  baru menyembul. Artinya setiap pagi pohon itu   memproduksi
dan  menghasilkan tunas baru. Itu pertanda dia hidup  dan  sehat,
sehingga dia selalu menghasilkan sesuatu. Tapi begitu  pada suatu
pagi  pohon  itu tidak lagi menghasilkan   tunas,  maka  seminggu
kemudian pohon itupun akan layu, daunnya berguguran, akhirnya dia
mati lalu tumbang.

Bagi pohon yang tak lagi betunas ini, dan bagi manusia  yang 
tak  produktif  dan tak menghasilkan ini; pepatah  minang  dengan
sangat  halus  menyindirnya. "Dari pada hidup  bercermin  bangkai
lebih  baik  mati berkalang tanah".

Orang  yang hidup tapi tidak menghasilkan apa-apa,  bagaikan 
bangkai,  sebetulnya dia sudah mati. Hidupnya sama  dengan  tidak 
nya. Masuknya tidak menggenapkan, keluarnya tidak  mengganjilkan.
Adanya  sama dengan tidaknya. Bak antimun bungkuk,  masuk  karung
ada, masuk hitungan tidak. Tidak diperhitungkan karena tidak  ada
nilainya,  tidak  berarti  karena tidak  menghasilkan  dan  tidak
produktif. Maka orang sehat adalah orang yang harus produktif dan
menghasilkan.  Orang  beragama selalu mengharapkan  agar  manusia
itu  sehat  walafiat. Sehat organ tubuhnya dan  sehat  rohaninya,
sehingga rohani itu bisa terbangun dan "bangunlah jiwanya bangun­
lah  badannya, untuk Indonesia Raya" syair lagu kebangsaan  kita. 
Ada ungkapan yang sering di ulang-ulang "Didalam tubuh yang sehat
terdapat fikiran yang waras".

Karena  orang  sehat itu harus produktif,  maka  dia  selalu 
berhitung dalam setiap waktu yang di pakainya, apakah dia  merugi
atau beruntung. Karena orang yang rugi adalah orang yang waktunya
berlalu  tapi  imannya tidak bertambah. Orang  yang  rugi  adalah
orang yang waktunya berlalu tapi amalnya tidak bertambah .  Orang
yang  rugi adalah orang yang waktunya berlalu  tapi  kebenarannya
tak bertambah.  Orang yang rugi adalah orang yang waktunya berla­
lu tapi kesabarannya tak bertambah. Biarlah dia rugi uang, karena
uang  dapat  di cari dan kalau hilang bisa di  ganti.  Tapi  bila
waktu  yang  hilang,  dia akan berlalu dan tak  akan  mungkin  di
ganti. Maka dia akan meratap bila ada detik-detik waktunya berla­
lu tanpa arti.


Detik-detik  waktu yang paling berharga  adalah  detik-detik 
bulan  Ramadhan.  Maka  Allah banyak  menurunkan  perintah  untuk
bekerja di Bulan Ramadhan, karena manusia kuat dan sehat di  Buan
Ramadhan. Nabi di nobatkan jadi Rasul di Bula Ramdhan.  Al-Qur.an
di Turunkan di Bulan Ramadhan, Kota Mekah di taklukkan kembali di
Bualn  Ramadhan, Perang Badar terjadi di Bulan Ramdhan.  Kemerde­
kaan indonesia di Bulan Ramadhan.

Orang  menjadi  sehat dan produktif  serta  menghasilkan  di 
bulan  Ramdhan. Karena tiap detik waktunya dinilai sebagai  waktu
ibadah.  Selesai  makan  Sahur  mereka  Shalat  subuh  berjemaah.
"Faizza Qudiatishalah fantasyiru filardh". Apabila selesai melak­
sanakann  shalat  bertebaran di muka bumi dan cari  rezki  Allah,
bekerja berusaha berolah raga.

Anggota  gerak, tangan dan kaki bila tak di  gerakkan,  maka 
tubuh menafsirkannya sebagai anggota gerak yang tak di  perlukan.
Karena tak di perlukan darah akan megambil Calsium yang  terdapat
di tulang untuk di metabolisme dan di buang melalui kencing. Aki­
batnya  tulang  akan kekurangan Calsium,  lalu  menjadi  keropos,
rapuh  dan  mudah patah. Sebelum tampak  patah  yang  sebenarnya,
sebetulnya  di  dalam tulang itu sendiri  telah  terjadi  patahan
kecil-kecil.  Patahan  inilah yang dirasakan  ngilu  pegal  sakit
pinggang  dan  sakit dalam tulang. Maka dianjurkan  sekali,  agar
manusia  jika ingin sehat, menggerakkan anggota geraknya,  berte­
baran  dan bergerak di muka bumi cari rezki dari Allah.

Kalau  di  tiap sendi dan di tiap  tulang  dirasakan  sakit, 
apalah  arti hidup ini. Disini sakit, disana  sakit,  dimana-mana
sakit bukankah itu neraka dunia?. Supaya di bulan suci  Ramadahan
ini jangan sakit-sakitkan, perbanyaklah beramal saleh. perbanyak­
lah  melakukan  pekerjaan yang bermanfaat. Sesudah  shalat  subuh
jangan  tidur  kembali, tapi berusaha dan bekerja  bertebaran  di 
muka Bumi. "Faizza Farauktafansyap waila rabbika farghrab" Apabi­
la kamu selesai melakukan satu pekerjaan maka kerjakanlah  peker­
jaan yang lain. Bukannya berpangku tangan.

Dengan  cara  demikian pahala akan menumpuk,  karena  pahala 
dapat di gapai dengan melakukan amal nyata, amal saleh yang  ber­
manfaat buat sesama. Dengan demikian pula badan terasa sehat  dan
kuat  dan puasa terasa bermanfaat. Pahalanya berlipat  ganda  se­
hingga dia di beri gelar pahlawan (pahlawan asal katanya pahala)

Saya ngeri membaca ancaman Allah dalam Al_Qur'an pada  surat 
al  'araf ayat 179 " Sesungguhnya telah Kami jadikan  isi  nereka
jahannam  kebanyakkan  dari Jin dan manusia Yang  mempunyai  hati
tapi  tak digunakan untuk mengerti, dan punya mata tak  digunakan
untuk  melihat,punya telimga tapi tak digunakan untuk  mendengar.
Mereka  bagaikan ternak, bahkan lebih sesat. Maka  mereka  itulah
orang=orang yang lalai".

Maka bagi mereka yang malas-malas, banyak tidur,  merintang-
rintang puasa, menghabis-habisi umur. Tidak menggunak otak, mata,
telinga,  hati, kaki dan tangan. Didunia saja sudah  dirasakannya
sakitnya  hidup, bagaikan neraka. Karena saya amati banyak  orang
yang  sakit,  ialah mereka yang tak  menggunakan  alat  geraknya.
Banyak  duduk  dan tidur, bermalas-malas.  Tidak  mengasah  otak,
tidak  melatih mata dan tak mempergunakan telinga.  

Puasa justru membangkitkan etos kerja, sehingga tubuh menja­
di  sehat.  Dalam tubuh yang sehat inilah di  temukan  otak  yang waras. "Mensana in corporesano

Tidak ada komentar:

Posting Komentar