Rabu, 13 November 2013

PUASA DAN PERKOSA



Oleh : Dr.H.K.Suheimi

Berita  tentang pemerkosaan sudah begitu deras  mengalir  di

media bai mdi pusat maupun di daerah. Tapi Perkosaan yang terjadi

di dalam bulan puasa?. Dimana selama ini di tanamkan bahwa  bulan

puasa  adalah  bulan yang penuh Rahmat, penuh  Berkah  dan  penuh

Magfirah.  Di bulan puasa ini Syetan dan Iblis di  belenggu  tan­

gannya  dan  di rantai kakinya, pintu  neraka  tertutup  serapat-

rapatnya dan pintu syorga di buka se lebar-lebarnya. Itu tema dan

isi  pengajian yang dapat saya tangkap kalau mendengar  buya-buya

kita  memberikan  pengajian. Di bulan ini pula  sebulan  Ramadhan

siang  dan malam semua orang beriman beribadah,  mohan  rahmatnya

dan  berkahnya  serta magfirah keampunan_Nya. Di bulan  ini  pula

semua  dosa-dosa  di bakar, hingga nanti di satu  syawal  manusia

seakan-akan terlahir kembali, suci dan bersih sebagaimana sucinya

kain putih. Seakan-akan manusia itu kembali ke fitrahnya nan suci

bagaikan bayi baru lahir. Berlomba-lomba manusia berbuat  kebaik­

kan di bulan ini, baik siang maupun malam dengan penuh ke  imanan

dan penuh perhitungan, semoga kelak bisa memperoleh gelar  taqwa,

menjadai  orang yang beriman penuh ke taqwaan. Namun  disaat-saat

orang  khusuk beribadah, di saat-saat orang  mendekatkan  dirinya

pada Allah, disaat-saat sedang bermunajat dengan_Nya. Disaat  itu

pula,  bagaikan  petir  di siang bolong, kita  di  kejutkan  oleh

berita  besar  di  harian ini, seorang Gadis cilik  11  tahun  di

perkosa  oleh  Oknum. Seakan-akan di malam itu Iblis  dan  syetan

telah  lepas dari belenggunya dan putus rantai pengikatnya,  sea­

kan-akan  pintu neraka terbuka selebar-lebarnya dan pintu  syorga

tertutup serapat-rapatnya. Ketika seorang gadis cilik,  kebingun­

gan  sedang  menantikan Bus untuk  membawanya  pulang,  tahu-tahu

sebuah  malapetaka telah mengintipnya. Dia terjepit diatas  kenda

raan  roda dua yang seharusnya tidak dibolehkan di racak  oleh  3

orang,  dan  kalau mau meracak kendaraan roda  dua,  harus  pakai

helem dan hanya untuk 2 orang. Tapi di malam itu, si gadis  kecil

terjepit  diantara dua manusia yang kekar, tentu saja  dia  tidak

pakai  helm. Dibawa ke sebuah rumah, orang rumah  menolak,  tidak

bersedia  perbuatan  maksiat  itu di lakukan  di  rumahnya,  lalu

dibawa ke pinggir laut, petugas pantai mengusir tidak membenarkan

tindakkan itu, akhirnya si gadis kecil di kerjaain diatas bebatu­

an  di  pinggir  bandar bekali. Gadis kecil  yang  baru  betunas,

tunasnya itu di retas, di regas dan di peras, teriakkannya  tidak

diacuhkan,  rintihannya  tidak di dengarkan,  perih  bagaikan  di

sayat  sembilu  tidak di hiraukan. Mebaca senua  itu,  hati  kita

bagaikan tersayat-sayat, anak kecil di nodai, bulan suci tidak di

pedulikan,  ratap dan tangis tidak di acuhkan. Syetan telah  ber­

gentayangan di bulan suci yang seharusnya dia terantai dan terbe­

lenggu.  Syetan telah menutup mata dan hatinya, dia telah  kalap,

hati  dan matanya tidak menaruh rasa iba dan kasihan lagi,  semua

norma-norma di langgarnya, gadis kecil di perkosa di malam  bulan

puasa.  Kehormatan  gadis kecil rusak dan hilang sudah,  di  usia

sekecil itu dia sudah ternoda.

Si pelaku sendiri mungkin isi benaknya entah di taroh  dima­

na, fikirannya sudah tidak sehat lagi karena berisi hanya sedikit 

kontrol  terhadap  birahinya. Dia merusak  dirinya,  menghabiskan

karir  dan masa depannya, menimbulkan AIB pada keluarganya,  pada

orang  kampungnya  dan merusak citra Korpsnya  yang  sudah  susah

payah  di bina dan di pertahankan, dan menambah lagi  noda  untuk

kota  Padang yang tercinta ini. 

Baru  saja kita di kejutkan oleh berita yang  memalukan  dan 

menimbulkan AIB bagi ranah minang, bahwa di negeri kita sudah ada

penderita  AIDS  yang  menimbulkan AIB yang  mencoreng  arang  ke

kening,  sekarang datang lagi berita yang menjijikkan lagi,  anak

kecil  di perkosa di bulan Ramdhan oleh Oknum yang merusak  semua

citra  yang selama ini kita pelihara dan kita jaga.  Citra  Ranah

minang  yang  terkenal dengan adat istiadatnya,  citra  bahwa  di

ranah  minang ini terlahir putra=putra terbaik Indonesia,  Ulama-

ulama  terkenal  yang menjadi panutan di kenal  sebagai  ajengan.

Sekarang semua citra itu pupus sudah, arang tercoreng di  kening, 
bagaimana  untuk  menghapusnya lagi? Si Pelaku  merusak  dirinya,

merusak  lingkungannya,  merusak gadis kecil yang  seharusnya  di

lindunginya,  menghilangkan citra yang selama ini dibina  dan  di

pertahankannya. Na'uzubilahi min zalik.

Tahukah  anda wahai pelaku pemerkosa, baik yang  tertangkap,

atau  yang lepas, tak ketahuan dan yang tersembunyi atau  menyem­

bunyikan diri, atau mereka yang melarikan dan melepaskan tanggung

jawab.

Kepada anda yang pernah memperkosa, pernahkah anda bayangkan 

betapa  menderitanya korban anda? seumur hidup mereka  harus  me­

nanggung beban hancurnya kepercayaan diri, hilangnya  kehormatan, 

suramnya  masa  depan, pendeknya rusaknya  kepribadian  perempuan 

akibat korban anda? Kristal mereka telah anda hancurkan, dapatkah

dan  dengan cara apakah Anda bisa menganti sesuatu yang tak  akan

pernah pulih lagi ini?

Banyak  petugas,  sering salah  menanggani  kejahatan  bawah 

pusar ini, juga sering bikin merah telinga kaum perempuan, karena

memaksa  untuk menghadirkan tanda kerusakan selaput dara  sebagai

bahan  satu-satunya pemerosesan perkara. Tanpa  hadirnya  "barang

bukti itu" jangan harap kaum korban akan di perjuangkan  nasibnya

di pengadilan. Lebih nyelimet lagi kalau si wanita di  prasangkai

berperan aktif dan mengaku di perkosa untuk suatu dalih tertentu.

Kalau  berkas perkara telah sampai di meja  hakim,  jangan-jangan

ketemu  pula dengan hakim yang ingah-inggih ( tidak  tegas  mudah

berubah),  yang  menyandarkan diri lagi-lagi pada  masalah  robek

tidaknya  selaput dara wanita yang malang itu. Tingkah laku  ruda

paksa mengancam akan membunuh, menyiksa dan lain-lain sudah cukup

serius  untuk membuka mata hati hakim akan ke tidak  adilan  yang

menimpa perempuan malang ini.

Karenanya hukuman berat bagi si pemerkosa karena  pertimban­

gan yang sangat mendasar, amat saya setujui., pemerkosaan sebagai

tindakkan pelanggaran hak asasi manusia.

Marilah  kita tanpa jemu-jemu bertekad  mencegah  sedemikian 

rupa "merajalelanya kaum koruptor penyalah gunaan kekuatan  fisik

dan hasrat badani ini".

Untuk semua itu saya teringat ajaran-ajaran agama kita  yang 

meberikan sangsi yang berat pada pe zina apalagi pada si pemerko­

sa, seperti tertera dalam Al-Qur'an surat

B. Tinggi  8 Maret 1993


Tidak ada komentar:

Posting Komentar