Kamis, 21 November 2013

TANGANKU HANYA DUA



Oleh : Dr.H.K.Suheimi

  Tangan saya hanya dua, itupun tidak sekuat dulu lagi.  Kalau

dulu  beban berat bisa diangkatnya, kerna otot-ototnya  kuat  dan

kekar.  Tapi kini tangan itu sudah sering sakit dan  pegal-pegal.

Lebih-lebih  jari-jarinya,  serimg  kesemutan  dan  kadang-kadang

serasa  tebal. Akibatnya kekuatan dan kemampuannya tidak  seperti

dulu  lagi. Dulu semua pekerjaan dikerjakan sendiri, semua  beban

dipikul sendiri, rasanya apa saja mau dikerjakan, tapi  pekerjaan

itu  pula  yang  tidak ada.

  Tapi kini pekerjaan sangat banyak, sampai  bertumpuk-tumpuk,

sayang tangan cuma dua dan itupun tidak sekuat dan selincah  dulu

lagi.  Terasa  tangan ini mulai lemah, diri inipun  tidak  begitu

PERKASA,  pemikiranpun tidak setajam dulu, tapi beBan makin  ber­

tambah, pekerjaanpun makin menumpuk.

  Satu  kali saya di wajibkan membuat transparan untuk  sebuah

ceramah. Biasanya ini di kerjakan sendiri, tapi karena  pekerjaan

lain menuntut pula, maka saya minta bantuan mahasiswa untuk  mem­

buatkannya,  saya meminjam tangan orang lain karena  tangan  saya

cuma  dua  dan tak mungkin bisa mengerjakan  pekerjaan  yang  ber

macam-macam. Ternyata hasilnya sangat bagus. Tulisan masiswa  itu

jauh lebih bagus dari tulisan saya, dan mahasiswa itu lebih cepat

menyelesaikan  pekerjaan  itu  katimbang saya.  Ketika  itu  saya

sadar,  ternyata walaupun tidak saya yang  mengerjakannya,  namun

hasilnya jauh lebih baik dari pada jika saya yang mengerjakannya.

  Menyadari kekurangan ita dan tidak sanggup megerjakan sesua­

tu,  lantas minta tolong pada orang lain, ternyata hasilnya jauh

lebih  baik daripada apa yang di inginkan. Dan si  mahasiswa  itu

sendiri  dengan  gembira bekerja, karena dia  merasa  bangga  dan

sekali  gus  dapat kepercayaan saya. Dia  ngomong  pada  temannya

"Saya  dapat  tugas dari dosen, saya dapat  tugas  dari  atasan".

Seperti waktu dulu saya dimintai tolong oleh pimpinan, maka  saya

bangga  karena dapat kepercayaan dari pimpinan, lalu  mati-matian

saya menyelesaikan pekerjaan.

  Ternyata  pekerjaan itu banyak yang dapat di selesaikan  dan

di  rampungkan  jika  kita mengerahkan tenaga  orang  lain.  Seni

mengerahkan  tenaga atau tangan orang lain  sebagai  perpanjangan

tangan  kita, tampaknya memberikan hasil yang  memuaskan.  Memang

kita  hanya  mempunyai dua tangan dan dua  kaki,  kemampuan  kita

terbatas, demikian juga dengan fikiran kita. Untuk semua  kelema­

han  kita  itu, kita  kita perlu dan butuh  uluran  tangan  orang

lain.  Cuma  minta tolong jauh berbeda dengan  memberi  perintah.

Karena pada satu hari saya memberi perintah kepada sekretaris  di

kantor, saya kira esok perintah saya itu telah selesai di  kerja­

kan,  ternyata waktu di tanya, jamgankan di kerjakan,  dilihatnya

sajapun belum, saya kesal, tapi dia memberikan alasan-alasan yang

ber bagai-bagai.

  Tapi  jika dengan nada minta tolong dan minta  bantuan  saya

menyuruhnya,  atau dengan sedikit memberi penghargaan dan  pujian

padanya, maka pekerjaan itu cepat selesainya.

  Agaknya  suksesnya  seorang pimpinan atau  manager  terletak

dalam  seninya  minta pertolongan orang lain. Manager  itu  ialah

orang  yang dapat memanfaatkan tangan orang lain  untuk  mencapai

tujuannya. Tujuannya tercapai, walaupun bukan dia yang  mengerja­

kan, dia pinjam tangan orang lain dan dimanfaatkannya  kepandaian

orang  lain.  Agaknya  ini adalah satu seni  dalam  menyuruh  dan

memerintah orang.

  Sering  saya  minta tolong dan sering  saya  minta  bantuan,

karena saya sadar bahwa tangan saya cuma dua dan saya ini  sangat

lemah tak ada artinya apa-apa tanpa bantuan orang lain.

  Begitu  pula agama mengajarkan kepada kita, kalau mau  minta

pertolongan  pada Allah, pujilah Allah itu terlebih dahulu,  san

junglah  Dia,  kemudian sampaikan bahwa kita lemah,  daif,  serba

kekurangan dan serba mohon perlindungan. Terakhir barulah sampai­

kan permohonan dan permintaan itu. Insya Allah Tuhan akan  kabul

kan.  Jangan menyombong, jangan meninggikan diri,  jangan  membe­

sarkan badan dan jangan menepuk dada, jangan pongah. Tuhan  sung

guh-sungguh  tidak  senang pada orang-orang yang sombong  dan  po 

ngah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar