Rabu, 08 Oktober 2014

A R A F A H

 oleh : K Suheimi
       Di Padang Arafah semua berpakaian Ihram, yaitu 2 helai kain putih yang  tidak berjahit, dengan kepala yang terbuka.  Andaikan ada yang menutup kepala , andaikan ada yang memasang topi atau mahkota sebagai  pertanda dia Raja, maka ihramnya batal  dan hajinya tidak diterima. Andaikan ada yang memakai tanda pangkat tandanya dia sebagai pejabat, atau bintang jasa didada, maka ihramnya akan batal  dan hajinya ditolak. Dengan pakaian yang sama dan  tempat yang sama di Padang Arafah, tidak bisa kita membedakan mana orang kaya  dan mana yang miskin, mana yang berpangkat dan mana  rakyat jelata,  semuanya sama. Melihat semua kemah yang berwarna  putih dan  pakaian  jemaahnyapun putih-putih berpakaian ihram,  seakan -akan berada di Padang Mashar waktu menghadap Tuhan. Seakan-akan ada  isyarat jika menghadap Tuhan, lepaskanlah semua tanda  kebesaran,  hanya  dua  helai kain putih yang  tak berjahit,  dengan sangat sederhana kita menghadap Tuhan. Tinggi rendah  seseorang ditentukan oleh Taqwanya.

Pakaian  melahirkan perbedaan, dan menggambarkan  status sosial, serta menimbulkan pengaruh psikologis, menanggalkan pakaian biasa berarti menanggalkan segala macam perbedaan menghapus  keangkuhan yang  di timbulkan oleh status sosial, mengenakan  pakaian  Ihram melambangkan  persamaan  derajat kemanusiaan serta  menimbulkan pengaruh  psikologis bahwa yang seperti itulah dan dalam keadaan demikinlah seseorang menghadap Tuhan pada saat kematiannya.

Wukuf  dengan  mengenang segenap dosa dan kesalahan  yang pernah dibuat,  baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja , dosa besar  ataupun  dosa kecil. sebagaimana Adam  dan  Hawa mengakui dosanya di Padang Arafah. Memang di Padang Arafah inilah Adam dan Hawa  bertemu kembali setelah berpisah selama 100  tahun dibukit Jabal Rahmah.

Sewaktu  Adam  dan  Hawa  bertemu,  Hawalah  yang  pertama minta maaf."Maafkan saya  karena sayalah engkau  terusir dari sorga, kesalahan sayalah yang menyebabkan engkau terbawa-bawa. Maafkanlah  saya wahai junjunganku. Padahal di Sorga, apapun  yang kita inginkan  dapat kita peroleh, namun aku masih saja menginginkan yang  lain".  "Bukan demikian wahai siti Hawa, kekasihku"  Jawab Adam, "dalam hal memakan buah khuldi sebetulnya juga karena keinginanku,  aku sebetulnya  yang juga  ingin merasakan  bagaimana nikmatnya buah khuldi itu".

Berdua mereka juga sama-sama melakukan pengakuan dosa, dan mengucapakan doa yang terkenal yang tercantum dalam Al-Qur'an Rabbana Dhallamna  amfusana, waillam taghfirlana watarhamna lanakunna  na minal  khasirin". Ya Allah kami telah aniaya pada diri kami sendiri, kalau bukanlah karena keampunan dan kasih sayangMu, tentulah kami kelompok pada orang-orang yang rugi.

Adam dan Hawa tobat, tobat yang sebenar-benarnya tobat, menyesal dan tidak akan mengulang lagi kesalahannya. Dan telah ditebusnya kesalahannya dengan tercampak kedunia menderita bertahun-tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar