Di Padang Arafah
semua berpakaian Ihram, yaitu 2 helai kain putih yang tidak berjahit,
dengan kepala yang terbuka. Andaikan ada yang menutup kepala , andaikan
ada yang memasang topi atau mahkota sebagai pertanda dia Raja, maka
ihramnya batal dan hajinya tidak diterima. Andaikan ada yang memakai
tanda pangkat tandanya dia sebagai pejabat, atau bintang jasa didada,
maka ihramnya akan batal dan hajinya ditolak. Dengan pakaian yang sama
dan tempat yang sama di Padang Arafah, tidak bisa kita membedakan mana
orang kaya dan mana yang miskin, mana yang berpangkat dan mana rakyat
jelata, semuanya sama. Melihat semua kemah yang berwarna putih dan
pakaian jemaahnyapun putih-putih berpakaian ihram, seakan -akan
berada di Padang Mashar waktu menghadap Tuhan. Seakan-akan ada isyarat
jika menghadap Tuhan, lepaskanlah semua tanda kebesaran, hanya dua
helai kain putih yang tak berjahit, dengan sangat sederhana kita
menghadap Tuhan. Tinggi rendah seseorang ditentukan oleh Taqwanya.
Pakaian
melahirkan perbedaan, dan menggambarkan status sosial, serta
menimbulkan pengaruh psikologis, menanggalkan pakaian biasa berarti
menanggalkan segala macam perbedaan menghapus keangkuhan yang di
timbulkan oleh status sosial, mengenakan pakaian Ihram melambangkan
persamaan derajat kemanusiaan serta menimbulkan pengaruh psikologis
bahwa yang seperti itulah dan dalam keadaan demikinlah seseorang
menghadap Tuhan pada saat kematiannya.
Wukuf
dengan mengenang segenap dosa dan kesalahan yang pernah dibuat,
baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja , dosa besar ataupun
dosa kecil. sebagaimana Adam dan Hawa mengakui dosanya di Padang
Arafah. Memang di Padang Arafah inilah Adam dan Hawa bertemu kembali
setelah berpisah selama 100 tahun dibukit Jabal Rahmah.
Sewaktu
Adam dan Hawa bertemu, Hawalah yang pertama minta maaf."Maafkan
saya karena sayalah engkau terusir dari sorga, kesalahan sayalah yang
menyebabkan engkau terbawa-bawa. Maafkanlah saya wahai junjunganku.
Padahal di Sorga, apapun yang kita inginkan dapat kita peroleh, namun
aku masih saja menginginkan yang lain". "Bukan demikian wahai siti
Hawa, kekasihku" Jawab Adam, "dalam hal memakan buah khuldi sebetulnya
juga karena keinginanku, aku sebetulnya yang juga ingin merasakan
bagaimana nikmatnya buah khuldi itu".
Berdua
mereka juga sama-sama melakukan pengakuan dosa, dan mengucapakan doa
yang terkenal yang tercantum dalam Al-Qur'an Rabbana Dhallamna
amfusana, waillam taghfirlana watarhamna lanakunna na minal
khasirin". Ya Allah kami telah aniaya pada diri kami sendiri, kalau
bukanlah karena keampunan dan kasih sayangMu, tentulah kami kelompok
pada orang-orang yang rugi.
Adam
dan Hawa tobat, tobat yang sebenar-benarnya tobat, menyesal dan tidak
akan mengulang lagi kesalahannya. Dan telah ditebusnya kesalahannya
dengan tercampak kedunia menderita bertahun-tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar