Oleh
:Dr.H.K.Suheimi
Menarik sekali tulisan Mohammad Nabil dalam Internet yang saya
baca hari ini. Beliau mengupas perihal zikir
dan fikir. Jelas,
tuntas dan mudah di mengerti. Lalu saya fikir masih
banyak dia
ntara kita yang belum dapat mengikuti dan membuka
internet ini.
Ingin saya salinkan apa-apa yang disampaikan
Mohammad Nabil dan
saya persembahkan pada pembaca
yang budiman.
Zikir dan
pikir (tafakkur) adalah dua aktifitas
ibadah yang
memiliki ma'na tersendiri dalam Islam. Walaupun zikir
dan pikir
adalah aktivitas
yang dilakukan oleh dua entiti
yang berbeda,
namun keduanya
adalah aktivitas yang
bersifat ruhaniyah yang
harus berjalan seimbang dan saling mengisi. Sayang
sekali seba
gian besar yang mengaku dirinya
Muslim seringkali tidak menjalan
kan keduanya dengan seimbang atau
bahkan sama sekali tidak melak
sanakan aktifitas zikir dan pikir
seperti yang dikehendaki Allah
SWT.
Manusia terdiri dari dua unsur
yang berasal dari alam yang berbeda,
yaitu jasad manusia yang berasal dari alam material
(syahadah)
dan ruh manusia dari alam
(ruhaniyah). Kemuliaan manusia terletak
pada unsur ruhaniyah itu, sedangkan unsur
materi manusia tidak
memiliki banyak kelebihan dibandingkan mahluk-mahluk hidup lain
yang yang ada di bumi.
Pikir adalah
aktivitas akal dan
zikir adalah aktivitas
rasa/syu'ur. Pikir mengasah kepekaan akal sehingga
menjadi akal
yang cerdas,
sedangkan zikir mengasah kepekaan
rasa, sehingga
sensitif dan mudah menangkap nur Ilahi yang tak
dapat dijangkau
melalui akal.
Zikir juga merupakan aktivitas
untuk mengasah
kepekaan terhadap
sifat-sifat yang mulia seperti
adil, indah,
sabar, bijaksana
dan lain sebagainya.
Seseorang yang terlalu
mengutamakan pikir (berat di
kepala) dan melupakan zikir berarti
melupakan keterbatasan pikir itu
sendiri, sehingga sulit menang
kap fenomena-fenomena yang
sifatnya di luar
ruang lingkup
akal--dan sayangnya orang-orang yang demikian ini
menutupi keku
rangannya dengan membuat justifikasi bahwa sesuatu yang
di luar
daya pikir tidak bernilai sama
sekali--dan seringkali orang-orang
yang "berat
di kepala" ini mengakali sesuatu yang tidak
masuk
akal, sehingga jadi akal-akalan.
Sebaliknya orang yang terlalu
mengutamakan zikir (berat di dada)
telah melupakan karunia Allah
yang sangat besar yaitu akal. Akal
adalah pemberian Allah untuk
manusia yang di beri tanggung jawab
sebagai Khalifah
di bumi. Dengan akal kemampuan
manusia dapat
berkembang untuk
hidup sesuai dengan
hukum-hukumNya
(sunnatullah). Orang-orang yang berat di dada ini lupa
mengapa
kata pertama yang diturunkan Allah kepada
Rasulullah SAW adalah
"iqra". Iqra adalah input akal dan input ini tidak
akan berguna
kalau tidak diproses dengan
pikir.
Zikir adalah
suatu aktivitas yang
mempertahankan komunikasi
dengan Allah melalu kesadaran di
setiap tempat dan di setiap wak
tu. Berzikir
kepada Allah pada keadaan berdiri,
duduk ataupun
berbaring yang artinya kontak dengan Allah di
setiap waktu dan
tempat. Zikir seringkali
dipersempit ma'nanya hanya kepada memba
ca asma Allah (asmaulhusna)
berulang-ulang, bahkan dengan metode
khusus pada jumlah yang khusus
pula. Memang tidak salah melakukan
hal yang demikian, bahkan semakin banyak
disebut semakin baik,
karena sesuatu
yang disebut berulang-ulang berpotensi
untuk
meresap dalam sanubari. Tetapi meresap saja
tidak cukup.
Makna zikir
lebih dari itu, yaitu berusaha
meniru sifat-sifat
Allah yang
tercermin dalam asma'ul husna
yang dibaca. Meniru
berari berusaha mewujudkan
sifat-sifat yang mulia tersebut dalam
kehidupan sehari-hari dalam
perbuatan (amal). Zikir juga berarti
kontak kepada Allah dan sadar
betul bahwa Allah selalu memperha
tikan gerak-gerik kita, sehingga
orang yang benar-benar berzikir
akan selalu
membersihkan jiwanya dari penyakit-penyakit yang
dapat mengotorinya.
Dengan demikian zikir dapat
membersihkan
jiwa. Jiwa menjadi sensitif terhadap signal-signal yang
datang
dari Allah.
Dalam kehidupan
sehari-hari yang kita saksikan,
makna zikir
dipersempit dengan menghitung buah tasbih. Berhenti
disitu. Dan
ini tentu tidak dapat menyadap
keuntungan berzikir. Tetapi orang
yang melakukan ini masih jauh
lebih baik bila dibandingkan dengan
orang yang
sama sekali tidak melakukannya, atau
hanya melaku
kannya pada saat-saat kritis
saja.
Perlu diingat kembali bahwa zikir pada prinsipnya
kontak dengan
Allah, oleh
karena itu shalat-pun adalah salah
satu aktivitas
zikir. Oleh karena itu camkan
betul kalau lagi shalat bahwa anda
sedang berkomunikasi
dengan Allah. Bila shalatnya
betul dapat
mencegah dari perbuatan yang keji dan munkar (QS
29:54). Sayang
dalam kehidupan sehari-hari di
negeri nusantara tercinta misalnya
di mana banyak yang shalat tetapi
banyak pula korupsinya. Ramai-
ramai membangun
rumah ibadah di berbagai
perkantoran, namun
korupsinya dalam berbagai bentuk
semakin menjadi, itu disebabkan
shalatnya belum mampu mencegah perbuatan yang keji dan
munkar,
jadi shalatnya belum benar. Ini
satu bukti lagi zikir, dalam hal
ini shalat, ruhnya harus dicamkan
dan dilaksanakan dalam aktivi
tas sehari-hari,
bukan hanya pada waktu formal yang
lima kali
itu.
Singkatnya, zikir dan pikir keduanya
harus berjalan bersama.
Marilah kita telaah ayat
al-Qur'an yang sangat terkenal tentang
seseorang yang memiliki kemampuan
mengintegrasikan zikir dan pikir
yaitu surat Ali-Imran(3) ayat
190-191. Bunyi kedua ayat tersebut
terjemahannya sbb:
[1]"
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi
serta pergan
tian malam dan siang, terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfi
kir (ulil
albaab); (yaitu) mereka
yang senantiasa berzikir
kepada Allah baik dalam posisi berdiri,
duduk atau berbaring. Dan
mereka juga
selalu bertafakkur
(berpikir) tentang penciptaan
langit dan
bumi, dan berkata: "Ya Robb
kami, tidaklah Engkau
menciptakan semua ini dengan sia-sia, SubhanaLlah,
jauhkanlah
kami dari azab neraka."
P a d a n g 23 Juli 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar