Oleh :Dr.H.K.Suheimi
Satu hal yang menarik dalam peristiwa
Nuzul Qur'an adalah,
diam dan membisunya Nabi Muhammad sewaktu Malaikat Jibril datang
dan berkata :"Iqra' Ya Muhammad". "Maa anna bi Qaari'
". "Saya
tidak mampu dan tidak mau membaca". Jawab Nabi
Muhammad. Lalu
Nabi Muhammad di rangkul di peluk erat oleh Jiril, sampai
Nabi
Muhammad terengah-engah, sesak nafasnya, dan berkeringat
serta
letih, dan di letakkan lagi Oleh Jibril. Berulang kali peristiwa
itu berlangsung, namun Nabi Muhammad tetap diam mambisu
seribu
bahasa.
Banyak ahli tafsir membahas kenpa Nabi
Muhammad diam membisu
tak mau berkata. Nabi Muhammad tak mau membaca dan
mengulang
kembali apa yang diucapkan Jibril, karena disaat itu Nabi Muham
mad di liputi oleh keraguan tentang siapa yang datang dan
apa
tujuan membaca, Nabi Muhammad
tak mau menggerakkan lidahnya
kalau ndak jelas untuk apa lidah itu digerakkan dan karena
apa.
Tapi begitu Jibril menyambung Iqra' bismiirabbikallazii
khalaq
dst ..." Langsung Nabi
Muhammad mengikuti karena Nabi meyakini
dan tahu bahwa membaca itu atas nama Allah, karena Allah
untuk
Allah. Jadi untuk membaca dan menggerakkan lidahpun Nabi
tidak
mau kalau tak jelas untuk apa, tapi begitu di ketahui Untuk Allah
barulah beliau mau mengulang dan mengikuti Jibril.
Begitupun
semua ucapan, perbuatan dan tingkah laku beliua selalu di sesuai
kan dengan kemaun Allah, yaitu perbuatan yang di Redhai
Allah.
Karena "Tidaklah di ciptakan Jin dan manusia itu melainkan untuk
menyembah Allah".
Iqra' ada yang mengartikan, membaca, manyimak,
merenung,
memikirkan dan meneliti. Jadi
membaca, manyimak, merenung, memi
kirkan dan meneliti itu yang berdasasrkan karena Allah,
untuk
Allah. Maka kita lihat dalam ayat yang pertama turun itu, ada 2
kata-kata Iqra' yaitu Iqra'
bismirabbikallazii Khalaq dan Iqra'
warabbukal Akram. Bagi siapa yang membaca karena
Allah, maka
Allah akan berikan ilmu yang dibacanya dan diberikan kemuliaan.
Juga ada dua kata-kata " 'alamal"
Yaitu 'Alamal insana bil qalam
dan 'Alamal insana maalam ya'lam" mengajar manusia dengan pena
dan mengajar manusia apa-apa yang tak diketahuinya. Dengan demi
kianbagi mereka yang mengajar yang berdiri didepan kelas,
dan
bagi mereka yang belajar, dituntut untuk setiap kali
memasukki
kelas dan memulai satu pelajaran dengan menyebut lebih dahulu
nama-Nya. Supaya guru dan murid akan mendapat berkah dari
apa
yang dituntutnya. Dan dianjurkan pada setiap guru yang
sedang
mengajar merasakan kehadiran dan kebesaran Allah dalam
setiap
mata ajarannya. Paling kurang kata-kata diakhir kuliahnya adalah
kata-kata yang mengatakan betapa besarnya Allah dengan
segala
ciptaannya ini dalam ilmu yang baru saja di
terangkan. Agar
supaya ilmu yang di berikan itu berbobot, berisi, bernilai
dan
adaberkahnya, agar jangan sampai ilmu yang di berikan itu hilang
tak berkesan tak terikat oleh ungkapan bahwa semua itu tak lain
hanya karena kebesaran Tuhan adanya.
Pada ayat yang pertama diturunkan
itu adalah oerintah untuk
mengingat Allah atau berzikir dan berfikir. Maka Zikir dan berfi
kir adalah perintah Tuhan yang pertama pada manusia.
Terlihat bahwa orang
yang berkualitas adalah orang yang
zikir dan berfikir. Orang yang berfikir ini juga di suruh berfi
kir dengan menghitung laba rugi. "Hisab dan
hitunglah dirimu
sebelum datang hari perhitungan". Marilah kita
coba membuat
neraca, apakah selama ini kita beruntung atau
merugi. Jangan
sampai, "dihitung dagangan berlaba, rupanya pokok yang termakan"
Karena orang yang rugi
adalah orang-orang yang waktunya
berlalu, tapi keimanannya tidak bertambah. Ialah 0rang-oang yang
waktunya berlalu tapi amalnya tidak bertambah; Ialah orang-orang
yang waktunya berlalu, tapi
kebenarannya tidak bertambah. Ialah
orang-orang yang waktunya berlalu tapi
kesabarannya tak bertam
bah. Sebetulnya bulan Ramdahan
adalah bulan yang memberi peluang
untuk menambah pahala, pahala hanya dapat di jemput dengan amal,
amal di bulan puasa dinilai dan diberi penghargaan sagat tinggi,
maka tiap detik waktu dalam bulan Ramadhan adalah waktu dan detik
yang sangat berharga, maka tak ada alasn di bulan Ramadhan boleh
menunda-nunda pekerjaan, berpuasa bukanlah berarti
kita ke
hilangan etos kerja. Jadi disamping pekerjaan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang tak boleh di tinggalkan
harus
ditambah dengan pekerjaan ekstra dan pekerjaan tambahan lain yang
akan menambah nilai dan kualitasnya sebagai
manusia. Banyak
rangkaian amalan yang justru dianjurkan dalam bulan puasa,
ada
nilai tambah dangan nilai
tambah amalan, maka rangkaian amalan
inilah yang secara beruntun membimbing dan membawa kearah perole
han pahala yang banyak, makanya amal dan kerja
telah dimulai
sejak mulai sahur, subuh pagi... dst, setiap detik adalah detik
yang harus di pertanggung jawabkan. Makanya siang dan malam
di
bulan Ramadhan adalah ada amal tambahan, seperti juga ibadahnya
bertambah dengan shalat Tarwih, tadarus, berzakat dll.
Puasa, imsak, menahan dan
mengendalikan diri, pengendalian
yang datang dari dalam diri sendiri. Memang mudah mengendalikan
orang lain, memberi perintah, menyuruh dan memberi
instruksi,
tapi betapa sukarnya memerintah dan mengendalikan diri
sendiri
dan mengerjakan apa yang di suruh kan pada orang
lain supaya
dikerjakan oelh diri sendiri lebih dulu.
Di bulan Ramadhan dianjurkan
memulai usaha berangkat dari
mesjid, dan melekatkan hati di Mesjid. karena mesjid di
zaman
Rasul bukan hanya untuk shalat saja, tapi juga untuk
amal-amal
nyata yang lain. Dan ada satu hadis Rasul yang berkesan
ialah
:"Di akhirat kelak. Disaat tidak ada perlindungan, disaat
tidak
kemana lagi untuk mencari perlindugan, maka yang masih di lindun
gi dan dapat perlindungan adalah pemuda yang hatinya terkait di
Mesjid", tentu bukan berarti tidur-tiduran didalam mesjid,
tapi
adalah bekerja, menuntut ilmu akhirat dan ilmu
duniawi serta
menghasilkan kerja yang bermanfaat
dan berguna untuk meningkat
kan kemampuan diri dan untuk lingkuangannya, sehingga pemuda ini
lahir sebagai manusia yang bermanfaat dan berkualitas tinggi.
Puasa bertujuan meningkatkan iman,
meningkatkan amal, menja
di orang yang lebih berguna, menjadi orang yang berkualitas yaitu
menjadI orang yang taqwa, karena disisi Tuhan, tinggi rendahnya
seseorang itu tergantung dari
ke takwaan serta pengabdianya
untuk sesama dan untuk Tuhannya. Manusia yang berkualitas adalah
manusia yang bermanfaat bagi
sesamanya.
Sebetulnya tidak ada alasan didalam
bulan puasa boleh meun
da-nunda pekerjaan dan bermalas-malasan, membuang-buang hari dan
membuang-buang umur, merintang-rintang puasa. Peluang dan kesem
patan yang terbuka luas di bulan ini adalah untuk
dimanfaatkan
dan di perhitungkan sebaik-baiknya. Siapa yang berpuasa di bulan
Ramadhan dengan penuh ke imanan dan penuh perhitungan
akan di
ampuni dosa-dosanya yang lalu. Jangan sampai yang di perolehnya
hanya sekadar haus dan lapar.
Orang yang rugi
adalah orang-orang yang waktu-waktunya
berlalu, tapi kebenanarannya tidak bertambah. Seharusnya kebenar
an itu sebanding dengan umur, makin bertambah umur makin bertam
bah kebenaran, namun masih ada kita lihat, makin bertambah umur
makin membenarkan semua cara, tidak bisa membedakan halal
atau
haram, sama saja baginya yang yang benar dan yang salah.
Asal
tujuannya tercapai, semua di halalkan. Seharusnya semakin tinggi
kedudukan seseorang semakin bertambah kebenaran yang di anutnya,
tapi masih terlihat orang yang berkedudukkan tinggi
melecehkan
nilai-nilai kebenaran.
Orang yang rugi adalah orang=orang yang waktunya berlalu,
tapi keasabarannya tak bertambah, karena tak sedikit pula terja
di, semakin tua semakin pemarah, semakin nyinyir, suka mencari-
cari kesalahn orang lain, berfikiran negatif, dan berprasangka,
sehingga kalau di ukur banyak yang menderita tekanan darah ting
gi. Mudah tersinggung, pembantu tidak hormat dan tidak menjong
kok, dia tersinggung, kurang bawahan melapor di hardik dan
di
maki. Di bulan Puasa yang seharusnya bisa mengendalikan diri dan
lebih sabar, tapi yang terjadi justru sebaliknya.
seakan-akan
puasa dijadikan alasan untuk dapat membenarkan boleh
marah,
boleh menunda pekerjaan dan boleh bermalas=malas. Agaknya penda
pat dan cara yang demikian adalah keliru.
Orang yang rugi adalah
orang yang menipu dan orang yang
tertipu. Betapa pedihnya sewaktu kita tertipu oleh anggunan yang
di jadikan syarat untuk meminta kredit, ternyata anggunan palsu.
Kita tertipu, uang kita dicuri, bank kita di rampok. Uang
yang
selama ini bersusah payah dan bersulit-sulit di kumpul
dan di
tabungkan, lalu hanya dengan kertas kecil saja di
bobol oleh
orang-orang yang tak bertanggung jawab dengan tindakkan yang tak
terpuji. Mereka adalah tikus-tikus yang masuk ke lumbung
padi.
Padi kita telah di makannya, bukan hanya padi yang mengisi lum
bung, tapi berikut dengan lumbung-lumbungnya di
makan tikus.
Tikus busuk yang rakus ini, makin serakah, bukan janya padi yang
disikatnya, berikut lumbungnyapun diludeskannya. Kita kehabisan
lumbung, kita kehabisan padi. Padi yang seharusnya bisa
memak
murkan dan melenyapkan orang miskin di seluruh Indonesia, telah
di makan oleh tikus-tikus.
Dulu orang tua kita
memelihara kucing untuk memburu dan
memusnahkan tikus.
Tapi kini kita tak tahu lagi, apakah kucing
sekarang masih sama sifatnya dengan kucing yang dulu,
ataukah
kucing sekarang sudah terlalu kenyang karena banyak makan se
hingga tidak bernafsu memburu tikus, atau karena
teralalu ke
nyang, kerjanya hanya tidur melulu, walaupun telah melintas
di
depan hidungnya tikus, tidak tergerak hatinya untuk
menangkap,
Atau beberapa kemungkinan lain yang kita takutkan telah terjadi
didiri kucing sekarang. Kita takut
kalau kucing sudah bersahabat
dengan tikus atau kucing menjadi satpam tikus, disuruhnya tikus
me lobangi lumbung padi dan kucing melingungi dan menjaga kesela
matan tikus dari luar. Kalau ada orang yang ingin mencari
dan
membru tikus, maka kucing akan segera melindungi dan
menolong
nya. Atau antara kucing dan tikus telah terjadi percintaan
dan
mereka berkasih sayang. Kita takut kalau semua ini terjadi, kita
tak tahu semua tak tahu, agaknya jawabnya dapat kita simak dari
sebyah lagu yang berjudul "Mana kutahu"
Kalau kucing dan
tikus sudah berkasih sayang maka akan
hilanglah kepercayaan pada
kucing, seperti sekarang yang kita
alami adalah adanya krisis kepercayaan, baik orang luar
negeri
maupun dari rakyat sendiri, kalau krisis
kepercayannya yang
terjadi, kita ngak tahu mau kemana dan akan bagaimana negara kita
ini. Sebagaimana tergambar dalam sebuah pantun :
Anak urang solok salayo
pulang baralek nan dari Padang
Dimalah urang nan kapicayo
Tikus dan kucing berkasih sayang
Bukan seribu dua ribu, tapi ber
triliyun-triliyun uang kita
di rampok dan di gunakan untuk hal-hal maksiat. Di
kalengkong
pengkongkan, kita tertipu. Betapa pedih tertipu, itu baru diatas
dunia, apalagi kalau kita baru tahu bahwa kita telah tertipu di
akhirat kelak. Disana baru di beri tahu dan di bukakan bahwa kita
telah tertipu dan terpedaya oleh kehidupan didunia, disana baru
penyesalan terbit. Tapi memang penyesalan selalu datangnya ter
lambat disaat segalanya sudah tak berguna lagi, terlambat sudah,
pingin minta pada Tuhan agar di kembalikan lagi ke dunia
untuk
memperbaiki kesalahan, pintu sudah tertutup, untuk bertobat tidak
mungkin lagi. Resiko harus di tanggung. Tanggunglah betapa pana
snya api neraka yang akan membakar untuk selama-lamanya. Meraka
jahannam Khalidina fiha abda, kekal untuk
selalam-lamanya di
panggang dalam api dan cairan logam yang mendidih. Nau zubillahi
min zalik.
Orang yang menipu juga rugi, salah
satu contoh menipu, ialah
sewaktu ada yang berikrar mengatakan :"Inna Shalati Wanusuki, wa
mahyaya, wamamatii, Lilahirabbil 'alamin". sesungguhnya shalatku,
ibadahku hidupku dan matiku hanya semata-mata karena Allah seru
sekalian alam. Tentu dia dikatakan menipu kalau semua itu tidak
di amalkannya. Maka banyak para ulama menganjurkan do'a iftitah
yang di baca itu di ganti dengan "Allahumma bait, baini wa baina
dst" Ya Allah jauhkanlah antara diriku dan kesalahanku, sebagai
mana Engkau menjauhkan Timur dan Barat dst....".
Orang yang merugi adalah
mereka yang berpusa, tapi yang di
perolehnya hanya sekedar lapar dan dahaga. Ini dapat di ukur dan
dilihat dari peangainya sesudah bulan puasa, apakah sama
saja
perangai dan tingkah lakunya, sebelum dan sesudah bulan Ramadhan.
Ramdhan baginya berlalu begitu saja, tanpa merubah
sikap dan
perangainya.
Kita berharap kiranya bulan puasa
ini dapat merubah nafsu
amarah dan nafsu lawwamah menjadi nafsu
mutmainah, sehingga
sewaktu menghadap Tuhan kelak, kita di panggil dengan panggilan
:"Ya ayuhaitu nafsu mutmainnah..... Wahai jiwa yang tenang
dan
tentram, kembalilah kepada Tuhanmu dalam keadaan Ridha
dan di
Ridhai. Masuklah ke dalam golongan hamba-hambaku dan
masuklah
kedalam syorgaku.
Disampaikan pada peringatn Nuzul Qur'an di Fakultas kedokteran
P a d a n g 27 Februari 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar