Kamis, 21 November 2013

TIKUS DAN KUCING



 Oleh :Dr.H.K.Suheimi


  Satu  hal yang menarik dalam peristiwa Nuzul Qur'an  adalah,

diam dan membisunya Nabi Muhammad sewaktu Malaikat Jibril  datang

dan  berkata :"Iqra' Ya Muhammad". "Maa anna bi Qaari'  ".  "Saya

tidak  mampu  dan tidak mau membaca". Jawab Nabi  Muhammad.  Lalu

Nabi  Muhammad di rangkul di peluk erat oleh Jiril,  sampai  Nabi

Muhammad  terengah-engah, sesak nafasnya, dan  berkeringat  serta

letih, dan di letakkan lagi Oleh Jibril. Berulang kali  peristiwa

itu  berlangsung, namun Nabi Muhammad tetap diam  mambisu  seribu

bahasa.

  Banyak ahli tafsir membahas kenpa Nabi Muhammad diam membisu

tak  mau  berkata. Nabi Muhammad tak mau  membaca  dan  mengulang

kembali apa yang diucapkan Jibril, karena disaat itu Nabi  Muham­

mad  di  liputi oleh keraguan tentang siapa yang datang  dan  apa

tujuan  membaca,  Nabi Muhammad  tak  mau  menggerakkan  lidahnya

kalau  ndak jelas untuk apa lidah itu digerakkan dan karena  apa. 

Tapi  begitu Jibril menyambung Iqra'  bismiirabbikallazii  khalaq

dst  ..."  Langsung Nabi Muhammad mengikuti karena Nabi  meyakini

dan  tahu bahwa membaca itu atas nama Allah, karena  Allah  untuk

Allah.  Jadi untuk membaca dan menggerakkan lidahpun  Nabi  tidak

mau kalau tak jelas untuk apa, tapi begitu di ketahui Untuk Allah

barulah  beliau  mau mengulang dan  mengikuti  Jibril.  Begitupun

semua ucapan, perbuatan dan tingkah laku beliua selalu di sesuai­

kan  dengan kemaun Allah, yaitu perbuatan yang di  Redhai  Allah.

Karena "Tidaklah di ciptakan Jin dan manusia itu melainkan  untuk

menyembah Allah".

  Iqra'  ada  yang mengartikan, membaca,  manyimak,  merenung,

memikirkan dan meneliti. Jadi  membaca, manyimak, merenung, memi­

kirkan  dan  meneliti itu yang berdasasrkan karena  Allah,  untuk

Allah.  Maka kita lihat dalam ayat yang pertama turun itu, ada  2

kata-kata Iqra' yaitu  Iqra' bismirabbikallazii Khalaq dan  Iqra'

warabbukal  Akram.  Bagi siapa yang membaca  karena  Allah,  maka

Allah  akan berikan ilmu yang dibacanya dan diberikan  kemuliaan.

Juga ada dua kata-kata " 'alamal"  Yaitu 'Alamal insana bil qalam

dan  'Alamal insana maalam ya'lam"  mengajar manusia dengan  pena

dan mengajar manusia apa-apa yang tak diketahuinya. Dengan  demi­

kianbagi  mereka  yang mengajar yang berdiri didepan  kelas,  dan

bagi  mereka yang belajar, dituntut untuk setiap  kali  memasukki

kelas  dan memulai satu pelajaran dengan  menyebut  lebih  dahulu

nama-Nya.  Supaya  guru dan murid akan mendapat berkah  dari  apa

yang  dituntutnya.  Dan dianjurkan pada setiap guru  yang  sedang

mengajar  merasakan  kehadiran dan kebesaran Allah  dalam  setiap

mata ajarannya. Paling kurang kata-kata diakhir kuliahnya  adalah

kata-kata  yang  mengatakan betapa besarnya Allah  dengan  segala

ciptaannya  ini  dalam  ilmu yang baru saja  di  terangkan.  Agar

supaya  ilmu yang di berikan itu berbobot, berisi,  bernilai  dan

adaberkahnya, agar jangan sampai ilmu yang di berikan itu  hilang

tak  berkesan tak terikat oleh ungkapan bahwa semua itu tak  lain

hanya karena kebesaran Tuhan adanya.


  Pada ayat yang pertama diturunkan itu adalah oerintah  untuk

mengingat Allah atau berzikir dan berfikir. Maka Zikir dan berfi­

kir adalah perintah Tuhan yang pertama pada manusia.

  Terlihat  bahwa  orang yang berkualitas  adalah  orang  yang

zikir dan berfikir. Orang yang berfikir ini juga di suruh  berfi­

kir  dengan  menghitung laba rugi. "Hisab  dan  hitunglah  dirimu

sebelum  datang  hari  perhitungan". Marilah  kita  coba  membuat

neraca,  apakah  selama ini kita beruntung  atau  merugi.  Jangan

sampai, "dihitung dagangan berlaba, rupanya pokok yang termakan"

  Karena  orang  yang rugi adalah  orang-orang  yang  waktunya

berlalu, tapi keimanannya tidak bertambah. Ialah 0rang-oang  yang

waktunya berlalu tapi amalnya tidak bertambah; Ialah  orang-orang

yang waktunya berlalu,  tapi kebenarannya tidak bertambah.  Ialah

orang-orang yang waktunya berlalu tapi  kesabarannya tak  bertam­

bah. Sebetulnya bulan  Ramdahan adalah bulan yang memberi peluang

untuk menambah pahala, pahala hanya dapat di jemput dengan  amal,

amal di bulan puasa dinilai dan diberi penghargaan sagat  tinggi,

maka tiap detik waktu dalam bulan Ramadhan adalah waktu dan detik

yang sangat berharga, maka tak ada alasn di bulan Ramadhan  boleh

menunda-nunda  pekerjaan,  berpuasa  bukanlah  berarti  kita   ke 

hilangan  etos kerja. Jadi disamping pekerjaan sehari-hari  untuk

memenuhi  kebutuhan  hidup  yang tak boleh  di  tinggalkan  harus

ditambah dengan pekerjaan ekstra dan pekerjaan tambahan lain yang

akan  menambah  nilai  dan kualitasnya  sebagai  manusia.  Banyak

rangkaian  amalan yang justru dianjurkan dalam bulan  puasa,  ada

nilai   tambah dangan nilai tambah amalan, maka rangkaian  amalan

inilah yang secara beruntun membimbing dan membawa kearah perole­

han  pahala  yang banyak, makanya amal dan  kerja  telah  dimulai

sejak  mulai sahur, subuh pagi... dst, setiap detik adalah  detik

yang  harus di pertanggung jawabkan. Makanya siang dan  malam  di

bulan  Ramadhan adalah ada amal tambahan, seperti juga  ibadahnya

bertambah dengan shalat Tarwih, tadarus, berzakat dll.

  Puasa,  imsak, menahan dan mengendalikan diri,  pengendalian

yang  datang dari dalam diri sendiri. Memang mudah  mengendalikan

orang  lain,  memberi perintah, menyuruh dan  memberi  instruksi,

tapi  betapa sukarnya memerintah dan mengendalikan  diri  sendiri

dan  mengerjakan  apa yang di suruh kan pada  orang  lain  supaya

dikerjakan oelh diri sendiri lebih dulu.

  Di  bulan Ramadhan dianjurkan memulai usaha  berangkat  dari

mesjid,  dan  melekatkan hati di Mesjid. karena mesjid  di  zaman

Rasul  bukan hanya untuk shalat saja, tapi juga  untuk  amal-amal

nyata  yang  lain. Dan ada satu hadis Rasul yang  berkesan  ialah

:"Di  akhirat kelak. Disaat tidak ada perlindungan, disaat  tidak

kemana lagi untuk mencari perlindugan, maka yang masih di lindun­

gi  dan dapat perlindungan adalah pemuda yang hatinya terkait  di

Mesjid",  tentu bukan berarti tidur-tiduran didalam mesjid,  tapi

adalah  bekerja,  menuntut ilmu akhirat dan  ilmu  duniawi  serta

menghasilkan kerja  yang bermanfaat dan berguna untuk  meningkat­

kan kemampuan diri dan untuk lingkuangannya, sehingga pemuda  ini

lahir sebagai manusia yang bermanfaat dan berkualitas tinggi.

  Puasa bertujuan meningkatkan iman, meningkatkan amal, menja­

di orang yang lebih berguna, menjadi orang yang berkualitas yaitu

menjadI  orang yang taqwa, karena disisi Tuhan, tinggi  rendahnya

seseorang  itu  tergantung dari  ke  takwaan  serta  pengabdianya

untuk sesama dan untuk Tuhannya. Manusia yang berkualitas  adalah

manusia  yang bermanfaat bagi sesamanya.

  Sebetulnya tidak ada alasan didalam bulan puasa boleh  meun­

da-nunda pekerjaan dan bermalas-malasan, membuang-buang hari  dan

membuang-buang umur, merintang-rintang puasa. Peluang dan  kesem­

patan  yang terbuka luas di bulan ini adalah  untuk  dimanfaatkan

dan di perhitungkan sebaik-baiknya. Siapa yang berpuasa di  bulan

Ramadhan  dengan  penuh ke imanan dan penuh perhitungan  akan  di

ampuni  dosa-dosanya yang lalu. Jangan sampai yang di  perolehnya

hanya sekadar haus dan lapar.

  Orang  yang  rugi  adalah  orang-orang  yang  waktu-waktunya

berlalu, tapi kebenanarannya tidak bertambah. Seharusnya kebenar­

an itu sebanding dengan umur, makin bertambah umur makin  bertam­

bah  kebenaran, namun masih ada kita lihat, makin bertambah  umur

makin  membenarkan semua cara, tidak bisa membedakan  halal  atau

haram,  sama  saja baginya yang yang benar dan yang  salah.  Asal

tujuannya tercapai, semua di halalkan. Seharusnya semakin  tinggi

kedudukan seseorang semakin bertambah kebenaran yang di  anutnya,

tapi  masih terlihat orang yang berkedudukkan  tinggi  melecehkan

nilai-nilai kebenaran.

Orang  yang rugi adalah orang=orang yang  waktunya  berlalu,

tapi keasabarannya tak bertambah, karena tak sedikit pula  terja­

di,  semakin tua semakin pemarah, semakin nyinyir, suka  mencari-

cari  kesalahn orang lain, berfikiran negatif, dan  berprasangka,

sehingga kalau di ukur banyak yang menderita tekanan darah  ting­

gi.  Mudah tersinggung, pembantu tidak hormat dan tidak  menjong­

kok,  dia  tersinggung, kurang bawahan melapor di hardik  dan  di

maki. Di bulan Puasa yang seharusnya bisa mengendalikan diri  dan

lebih  sabar,  tapi yang terjadi justru  sebaliknya.  seakan-akan

puasa  dijadikan  alasan untuk dapat membenarkan  boleh  marah,  

boleh menunda pekerjaan dan boleh bermalas=malas. Agaknya  penda­

pat dan cara yang demikian adalah keliru.

  Orang  yang  rugi adalah orang yang menipu  dan  orang  yang

tertipu. Betapa pedihnya sewaktu kita tertipu oleh anggunan  yang

di jadikan syarat untuk meminta kredit, ternyata anggunan  palsu.

Kita  tertipu, uang kita dicuri, bank kita di rampok.  Uang  yang

selama  ini  bersusah payah dan bersulit-sulit di kumpul  dan  di

tabungkan,  lalu  hanya dengan kertas kecil saja  di  bobol  oleh

orang-orang yang tak bertanggung jawab dengan tindakkan yang  tak

terpuji.  Mereka adalah tikus-tikus yang masuk ke  lumbung  padi.

Padi  kita telah di makannya, bukan hanya padi yang mengisi  lum­

bung,  tapi  berikut dengan lumbung-lumbungnya  di  makan  tikus.

Tikus busuk yang rakus ini, makin serakah, bukan janya padi  yang

disikatnya,  berikut lumbungnyapun diludeskannya. Kita  kehabisan

lumbung,  kita kehabisan padi. Padi yang seharusnya  bisa  memak­

murkan  dan melenyapkan orang miskin di seluruh Indonesia,  telah

di makan oleh tikus-tikus.

  Dulu  orang  tua kita memelihara kucing  untuk  memburu  dan

memusnahkan  tikus. Tapi kini kita tak tahu lagi,  apakah  kucing

sekarang  masih  sama sifatnya dengan kucing yang  dulu,  ataukah

kucing  sekarang sudah terlalu kenyang karena  banyak  makan  se­

hingga  tidak  bernafsu memburu tikus, atau  karena  teralalu  ke    

nyang,  kerjanya hanya tidur melulu, walaupun telah  melintas  di

depan  hidungnya tikus, tidak tergerak hatinya  untuk  menangkap,

Atau  beberapa kemungkinan lain yang kita takutkan telah  terjadi

didiri kucing sekarang.  Kita takut kalau kucing sudah bersahabat

dengan  tikus atau kucing menjadi satpam tikus, disuruhnya  tikus

me lobangi lumbung padi dan kucing melingungi dan menjaga kesela­

matan  tikus  dari luar. Kalau ada orang yang ingin  mencari  dan

membru  tikus, maka kucing akan segera melindungi  dan  menolong 

nya.  Atau antara kucing dan tikus telah terjadi  percintaan  dan

mereka berkasih sayang. Kita takut kalau semua ini terjadi,  kita

tak  tahu semua tak tahu, agaknya jawabnya dapat kita simak  dari

sebyah lagu yang berjudul "Mana kutahu"

  Kalau  kucing  dan  tikus sudah berkasih  sayang  maka  akan

hilanglah  kepercayaan pada  kucing, seperti sekarang  yang  kita

alami  adalah adanya krisis kepercayaan, baik orang  luar  negeri

maupun  dari  rakyat  sendiri, kalau  krisis  kepercayannya  yang

terjadi, kita ngak tahu mau kemana dan akan bagaimana negara kita

ini. Sebagaimana tergambar dalam sebuah pantun :

Anak urang solok salayo

pulang baralek nan dari Padang

Dimalah urang nan kapicayo

Tikus dan kucing berkasih sayang

  Bukan seribu dua ribu, tapi ber triliyun-triliyun uang  kita

di  rampok  dan di gunakan untuk hal-hal maksiat.  Di  kalengkong

pengkongkan, kita tertipu. Betapa pedih tertipu, itu baru  diatas

dunia,  apalagi kalau kita baru tahu bahwa kita telah tertipu  di

akhirat kelak. Disana baru di beri tahu dan di bukakan bahwa kita

telah  tertipu dan terpedaya oleh kehidupan didunia, disana  baru

penyesalan  terbit. Tapi memang penyesalan selalu datangnya  ter­

lambat disaat segalanya sudah tak berguna lagi, terlambat  sudah,

pingin  minta pada Tuhan agar di kembalikan lagi ke  dunia  untuk

memperbaiki kesalahan, pintu sudah tertutup, untuk bertobat tidak

mungkin lagi. Resiko harus di tanggung. Tanggunglah betapa  pana­

snya  api neraka yang akan membakar untuk selama-lamanya.  Meraka

jahannam  Khalidina  fiha abda, kekal  untuk  selalam-lamanya  di

panggang dalam api dan cairan logam yang mendidih. Nau  zubillahi

min zalik.

  Orang yang menipu juga rugi, salah satu contoh menipu, ialah

sewaktu ada yang berikrar mengatakan :"Inna Shalati Wanusuki,  wa

mahyaya, wamamatii, Lilahirabbil 'alamin". sesungguhnya shalatku,

ibadahku  hidupku dan matiku hanya semata-mata karena Allah  seru

sekalian  alam. Tentu dia dikatakan menipu kalau semua itu  tidak

di  amalkannya. Maka banyak para ulama menganjurkan do'a  iftitah

yang di baca itu di ganti dengan "Allahumma bait, baini wa  baina

dst" Ya Allah jauhkanlah antara diriku dan kesalahanku,  sebagai­

mana Engkau menjauhkan Timur dan Barat dst....".

  Orang  yang merugi adalah mereka yang berpusa, tapi yang  di

perolehnya hanya sekedar lapar dan dahaga. Ini dapat di ukur  dan

dilihat  dari  peangainya sesudah bulan puasa, apakah  sama  saja

perangai dan tingkah lakunya, sebelum dan sesudah bulan Ramadhan.

Ramdhan  baginya  berlalu begitu saja, tanpa  merubah  sikap  dan

perangainya.

  Kita  berharap kiranya bulan puasa ini dapat  merubah  nafsu

amarah  dan  nafsu  lawwamah menjadi  nafsu  mutmainah,  sehingga

sewaktu  menghadap Tuhan kelak, kita di panggil dengan  panggilan

:"Ya  ayuhaitu nafsu mutmainnah..... Wahai jiwa yang  tenang  dan

tentram,  kembalilah  kepada Tuhanmu dalam keadaan Ridha  dan  di

Ridhai.  Masuklah  ke dalam golongan hamba-hambaku  dan  masuklah

kedalam syorgaku.



Disampaikan pada peringatn Nuzul Qur'an di Fakultas kedokteran


P a d a n g  27 Februari 1994

Tidak ada komentar:

Posting Komentar