Kamis, 14 November 2013

P U Y U H



Oleh : Dr. H. K. Suheimi

Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Ungka­

pan  itu  tepat rasanya bagi puyuh. Dulu saya tak kenal  dan  tak

tahu serta tak memgerti puyuh, tapi ketika pekan yang lalu  seor­

ang pasien memberi 200 ekor puyuh berikut sarangnya, barulah saya

mengerti. 

"Cobalah  pelihara  puyuh ini, pak !".  Katanya  bersemangat 

"Nanti  bapak akan rasakan betapa banyak faedahnya".  "Puyuh  ini

tak pernah sakit pak, tidak seperti ayam, yang kalau sakit seekor

diikuti  oleh  yang lain, sehingga bisa-bisa sekandang  ayam  itu

musnah,  tapi  puyuh  tak pernah sakit, asal  tidak  kena  hujan"

Ulasnya  lagi. "Karenanya tidak perlu di suntik dan tak perlu  di

immunisassi".Komentarnya, "Dan puyuh ini tiap hari bertelur  Pak"

cilotehnya dengan bersemangat dan membakar semangat saya yang  di

lihatnya masih ragu-ragu.


Sejak  hari  itu,  minggu yang lalu  saya  mulai  memelihara 

Burung  puyuh  sebanyak 200 ekor didalam  sebuah  kandang  ukuran

panjang 120 cm, lebar 90 cm dan tinggi 150 cm, cukup kecil  hanya

memakai tempat sesudut kecil dari pekarangan. Memang seperti yang

di katakannya. Hari pertama puyuh itu bertelur sebanyak 93  buah,

besoknya  110  buah  dan sekarang rata-rata  puyuh  itu  bertelur

sebanyak  128  buah setiap hari. Betapa enak  dan  asyik  memilih

telur-telur  puyuh sebanyak itu. Lalu saya teringat petuah  orang

tua-tua  dahulu. "Kalau kamu sedang lesu, tak  bertenaga,  kurang

gairah,  makanlah telur puyuh". Ternyata telur puyuh  itu  lezat,

tidak  berbau  anyir dan tidak terasa pahit  seperti  telur-telur

yang  lain. Walaupun ketika mentah, separo matang atau  waktu  di

rebus  dan  di goreng atau di jadikan seperti "bak  so"  atau  di

campurkan  kedalam  sup, ternyata lezat dan gurih.  Apa  yang  di

katakan oleh orang tua itu saya rasakan, sewaktu selesai  melahap

telur  puyuh  badan  terasa lebih kuat, sehat  dan  segar  dengan

gairah  yang  tinggi.  Saya ngak tahu zat  dan  hormon  apa  yang

terkandung  dalam telur puyuh, tapi begitulah yang saya  rasakan.

Apalagi  ketika saya saksikan puyuh-puyuh itu tak pernah  istira­

hat,  berlari kesana kemari, sangat lincah , sangat aktif,  gesit

dan  siang  malam bergerak, siang malam, makan  dan  siang  malam

berkawin, juga ngak pernah sakit-sakitan, kata si pembawa  puyuh.

Akhirnya saya tertarik dan suka menyantap telur-telur puyuh. Yang

saya  rasakan seperti apa pituah orang tua-tua.  Disaat  semangat

kendor,  badan letih dan lesu, gairah kerja menurun,  maka  telur

puyuh agaknya dapat membantu dan merubah suasana yang demikian.

Yang  paling terasa manfaatnya puyuh-puyuh ini adalah  untuk 

anak saya Irdhan yang sekarang sedang duduk di bangku SMP I kelas

II.  Karena puyuh ini dia yang memeliharanya berdua  adiknya  Ir­

syad.  Tiap  pagi  dia bekerja membersihakan  kandang  puyuh  dan

kotoran puyuh itu di simpannya dalam sebuah lobang  selama  semi­

nggu, kemudian dapat di olah menjadi pupuk yang sangat baik untuk

menyuburkan   bunga  dan tanaman serta bisa pula di  serakkan  ke

dalam kolam sebagai makanan ikan. Dua kali sehari Irdhan  memberi

makan  puyuh dan menambah airnya yang sudah kering. Dan dua  kali 

sehari  pula dia memilih telur-telur yang berserakkan di  masing-

masing  sarang puyuh itu. Dengan demikian waktunya terisi.  Seka­

lian  dalam  dirinya terbit rasa  menyayangi  binatang,  terutama 

puyuh.  Selalu di monitornya kalau-kalau ada puyuh yang  terjepit 

dan  tersepit  atau yang tampak kurang sehat.  Memang  menanamkan 

rasa sayang pada binatang pada anak-anak perlu, bisa dengan  cara 

dia di serahi tanggung jawab mengontrol dan mengamati hewan piara 

annya.  Di tangannya ada sebuah buku, didalam buku  itu  tercatat 

berapa telurnya per hari dan berapa makanan yang di berikan,  dan 

berapa keiuntungan yang di peroleh. Secara tak langsung dia sudah 

belajar  pembukuan  sederhana. Yang paling penting  saya  rasakan 

adalah  waktunya  jadi banyak di rumah.  Karena  untuk  anak-anak 

sebesar  Irdhan kelas 2 SMP sampai kelas 2 SMA  adalah  masa-masa 

rawan  bagi remaja. Dan saya takut kalau ada  diantara  anak-anak 

ini  yang terperosok kedalam pergaulan yang mengerikan. Maka  un­

tuknya saya berikan tugas yang mengasyikkan, sekaligus menyenang­

kan  serta mendatangkan hasil. Ternyata dari  penghasilannya  dia 

dapat  memmenuhi  kebutuhan  hari-harinya  dan  sedikit  memenuhi 

kebutuhabn sekolahnya. Saya cuma ingin mengajarkan hidup  mandiri 

padanya.  Terasa benar puyuh-puyuh ini memberikan  manfaat  untuk 

pendidikan anak serta mengajar dia jadi pengusaha  kecil-kecilan, 

dari pada dia membuang waktunya secara tak keruan.

Kemarin hati saya gundah, fikiran ini kacau. Maka saya  coba 

menghibur hati ini dengan  berdiri di depan kandang puyuh. Dengan 

menyaksikan  puyuh yang berlompatan, berlarian,  lincah  bergelut

sesama  teman, dan ada juga yang mencoba terbang.  Dan  mendengar

kokok  dan bunyi-bunyi puyuh jantan yang ribut  dan  menmgasyikan

menyebabkan  saya terhibur di depan kandang puyuh.  Sejenak  saya 

dapat  melepaskan  kelehan jiwa dan keresahan yang  tak  menentu. 

Saya  larut meyaksikan permainan-permainan puyuh itu. Cukup  lama 

saya di depan kandang puyuh, dan selepas menyaksikan  puyuh-puyuh 

itu  terasa  beban yang menyesak itu jadi reda,  persoalan  makin 

berkurang  dan  fikiranpun menjadi jernih.  Banyak  'iktibar  dan 

ajaran  yang  di persdapat dari mengamati  puyuh-puyuh.  Ternyata 

puyuh  bisa  jadi  obat stress, ternyata  puyuh  dapat  menghibur 

disaat  tidak  menemui hiburan lain. Dan  akhirnya  saya  semakin 

menyayangi puyuh-puyuh itu. Baunyapun tidak sebusuk bau ayam, dan 

makannannyapun  tidak sebanyak makanan ayam. Merawatnyapun  tidak 

sepayah  merawat ayam. Ruangan yang di perlukanpun tidak  sebesar 

kandang ayam. Untuk 200 ekor cukup memakan tempat 90 X 120 X  150 

Cm.  Begitu  umur puyuh itu 41 hari, dia mulai  bertelur.  Setiap 

hari  dia  bertelur sampai umurnya 2 tahun, apalagi  kalau  dapat 

makanan  Comfeed  yang tidak mahal tapi  merangsang  nafsu  makan 

puyuh  dan  merangsang keinginannya untuk bertelur  setiap  hari. 

Saya  tak tahu, mulanya saya tidak mengenal puyuh,  tapi  setelah 

memliharanya,  ternyata  dia  sangat  bermanfaat.   Kadang-kadang 

timbul keinginan saya mengajak para orang tua yang punya  masalah 

dalam  mendidik anak-anak dan punya masalah dalam  membayar  uang 

pendidkan  anak-anak.  Agaknya puyuh merupakan  satu  alternatif. 

Dengan sedikit ruang di sudut pekarangan bisa membantu dan menye­

lesaikan masalah rumit itu. Juga bagi mereka yang sering menderi­

ta  stress,  agaknya puyuh dapat sedikit  meringankan  beban  dan 

penderitaan  itu. Saya teringat kepada Nabi Sulaiman  yang  Tuhan 

telah  berikan ilmu mengenai burung-burung ini.  Sehingga  dengan
memanfaatkan  burung-burung nabi Sulaiman jadi berjaya  dan  jadi 

kaya.  Dan semua ilmu yang di peroloeh oleh NAbi Sulaiman  adalah 

dalam rangka bertasbih dan mengingat Tuhan. Dengan demikian  nabi 

Sulaiman  selalu dekat dengan Tuhannya. Dan  sayapun  mengucapkan 

puji syukur pada Tuhan yang telah memberikan nikamt dan  ilmu_Nya 

melalu  puyuh-puyuh  ini. Yang jelas saya senang dan  saya  lega. 

Puas  melihat hasil yang di capai dan di peroleh. Untuk itu  saya 

teringat  akan  sebuah Firman Suci_Nya dalam Al_Qur'an  surat  Al

Anbiyaa' ayat 79:

"Maka  Kami  telah  memberikan  pengertian  kepada  Sulaiman

tentang hukum. dan kepada masing-masing mereka  telah Kami  beri­

kan  hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan  gunung-gunung  dan

burung-burung.  Semua  bertasbih bersama Daud. Dan  Kamilah  yang

melakukannya".

P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar