Kamis, 28 November 2013

RENUNGAN 62 TAHUN R I


Oleh : K Suheimi

Dihari memperingati Ulang Tahun ke 62 Republik Indonesia, yang  hampir bersamaan dg usia  saya yang mulai senja, saya merenung

Kemerdekaan   yang dulu dilihat sebagai jembatan emas, kini ternyata  jembatan itu tak begitu rapi, labil dan penuh rayap.  Dia­tasnya  masih  bergentayangan orang Miskin, Orang  terlantar  dan orang-orang malang.

Allah pernah  berkata "Falaqtahammal Aqabah; Wama  Adraa Kamal Aqabah?;  Faqqu  Raqabah" Tapi mereka tiada  mau menempuh  jalan mendaki,  Tahukah kamu apa itu jalan mendaki.  Kamu  memerdekakan orang dari belenggu kemiskinan, memerdekakan orang dari  belenggu penderitaan, memerdekakan  orang dari belenggu kemelaratan  dan kesakitan, memerdekakan orang dari belenggu ke bodohan.

Inilah program kita Pengentasan kemiskinan. Pemberantasan kebodohan dan Peningkatan Infra struktur. Seakan  menjawab tantangan yg di tawarkan Allah dalam surat Al Balad.

Ya  Allah  berilah  kami kekuatan untuk  dapat memerdekakan dan meringankan  beban-beban orang yang terlantar miskin dan  malang itu.

Sebuah hari ulang tahun, terasa pada saat kita merasakan bagaimana  pentingnya  hidup dan hidup itu  ternyata begitu berarti bila di nikmati bersama  dan  sama-sama merasakan sakit dan senangnya. Sehingga Sukamu adalah sukaku jua
Sejarah  memang  banyak menyajikan kekecewaan. Impian semula  tak seutuhnya  terpenuhi.  Tidak sedikit revolusi di  khianati  oleh pendukung-pendukungnya sendiri. Sering terguncang dan salah arah.
Ya  Allah  Tunjukkilah kami jalanmu yang lurus  dan  yang benar, jalan orang-orang  yang telah Engkau beri  nikmat, bukan  jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan  orang-orang yang sesat.
Ya  Allah Kami sering merasakan Kegagalan kami  untuk memaafkan, walaupun  itu hanya soal kecil dan sepele, dendam selalu  membara di hati ini. Tolonglah ya Allah Engkau hapuskan dendam dan mudah­kanlah maaf dalam diri kami.

62 tahun yang silam , Masa silam itu terasa begitu  jauh, sehingga kami mudah melupakan jasa sang  pahlawan. Ingatkanlah kami  akan perjuangan para pahlawan yang rela mengorbankan  harta dan  jiwanya  untuk kebahagiaan kami sekarang.  Dan  tempatkanlah Para Pahlawan Kami pada tempat yang semulia-mulianya, yang  seba­hagia-bahagianya
Waktu mengalir terus, ia tahu banyak hal yang  hilang, dan banyak yang di peroleh. Orang yang rugi  ialah orang-orang yang  waktunya  berlalu tapi imannya  tidak bertambah, waktunya berlalu  tapi  amalnya  tidak bertambah,  waktunya berlalu  tapi kebenarannya tidak bertambah, waktunya berlalu tapi  kesabarannya tidak bertambah.  Ya Allah bimbinglah kami  dalam  setiap detik waktu yang kami lalui menjadi waktu-waktu yang bermanfaat.
Kami  sadari bahwa Tak semua orang bisa  jadi  pahlawan, juga  tak semua pahlawan di maksudkan untuk jadi  pahlawan terus menerus,  tapi jadikanlah kami  pahlawan  pendidikan, pahlawana kesehatan dan pahlawan kemanusiaan.
Kenyataan dan bukti yang tak dapat di ingkari ialah setiap hari yang di lalui, semakin bertambah umur dan setiap kali ulang tahun di rayakan, tampak wajah ini semakin jelek dan semakin mundur, mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, jelas dan kentara sekali perubahnnya. Setiap tahun yang di lewati, umur yang tersisapun semakin berkurang, sedangkan perangai dan doasa-dosa yang di kerjakan bertambah terus. Setiap matahari terbit ada-ada saja dosa yang dikerjakan, mulai dari dosa mata, dosa telinga dan dosa lidah dan banyak lagi dosa-dosa yang lain. Kemudian saya coba berhitung. Umur makin berkurang dan dosa makin bertambah, bentuk pun semakin jelek. Dalam perhitungan masa atau waktu, itu adalah satu kerugian. Ah dosa makin bertambah sedangkan umur makin berkurang, sudah masanya harus bertobat, sudah masanya menyadari dosa-dosa yang tak di sengaja atau yang di sengaja, dosa besar atau dosa kecil lalu dengan sungguh-sungguh minta ampun dan berjanji tidak akan mengulangi lagi dosa-dosa serat tak akan menambahnya. Dosa yang sudah ada saja demikian banyak, akankah di tambah juga lagi? Lihatlah tenaga sudah makin berkurang, kekuatan sudah mulai menurun, amal dan kerja tidak bisa sebanyak dulu lagi. Tidak ada jalan lain lagi selain, dosa jangan di tambah dan yang sudah dikerjakan di minta ampunkan denga Tobatan Nasyuha, tobat sebenar-benarnya tobat dan tak akan mengulanginya lagi.
Tiap hari berlalu, bentukmu semakin jelek, dan perangaimupun jangan ikut-ikut jelek. Imbanganilah wajahmu yang jauh berubah jadi jelek itu dengan perangai dan tingkah laku yang baik dan terpuji supaya jangan merugi betul. mengingatkan saya akan sebuah Firman suci_Nya dalam surat Wal Asyri ayat 1-4 yang artinya kira-kira sebagai berikut:"Demi masa. sesungguhnya manusia itu berada dalam merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan oarng yang ber amal saleh, berfatwa dengan kebenaran dan berfatwa dengan kesasbaran"

Sedang asyik menulis  tergiang  sebuah lagu  dari Ebiet G Ade:

''Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu.
Entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung.
Hanya atas kasihNya hanya atas kehendakNya.
kita masih bertemu matahari.
Kepada rumpun ilalang, kepada bintang gemintang.
Kita dapat mencoba meminjam catatannya''

''Sampai kapankah gerangan, waktu yang masih tersisa.
Semuanya menggeleng, semuanya terdiam
Semuanya menjawab tak mengerti.
Yang terbaik hanyalah segeralah bersujud.
Mumpung kita masih diberi waktu''

Hidup adalah anugerah karena itu marilah kita isi dengan kebaikan dan cinta kasih Kehidupan ini adalah laksana sebuah perjalanan Kita memulainya dari satu titik, dan kita akan mengakhiri perjalanan kita persis di titik yang sama, Dalam bahasa agama dikatakan bahwa kita berasal dari Tuhan dan kita akan kembali kepada Tuhan

Dahulu kita tidak ada dan nantinya juga tidak ada lagi. Kita memulai perjalanan kita dalam keadaan telanjang dan tidak memiliki apa-apa  Kita pun akan mengakhiri perjalanan kita dengan cara yang sama.
Semakin umur Anda bertambah, semakin pendeklah umur Anda dan semakin dekatlah Anda pada ketiadaan.

Sore tadi  saya  menatap sebuah  pohon  kayu yang sudah tua, daunnya  tidak  selebat  dulu lagi, rantingnya sudah banyak yang patah, pohonnya telah dihingga­pi benalu, badai yang berhembus kemarin mematahkan dahannya. Tapi yang saya saksikan keinginan untuk bertahan dan hidup terus masih tampak  pada pohon tua itu, karena masih saya lihat, di sebagian rantingnya  masih tampak daun-daun baru, tunas-tunas baru.  Kalau di  sebatang  pohon masih tumbuh daun-daun baru  dan  tunas-tunas baru, pertanda pohon itu masih panjang umurnya , karena dia masih produktif  menghasilkan tunas dan pucuk-pucuk baru.  Tapi  begitu dia tak bisa lagi menghasilkan tunas dan daun, maka sebentar lagi dia akan layu, terkulai dan mati. Agaknya  manusiapun demikian, setiap hari dia harus  produk­tif,  harus bisa dan mampu menghasilkan sesuatu. Kalau dia  tidak mampu  lagi, maka hidupnyapun tidak akan lama . Dan seseorang  di nilai dari produktifitasnya. Orang yang berkualitas adalah  orang yang bermanfaat bagi sesamanya, ialah orang yang bisa menghasil­kan  sesuatu di setiap saat dan setiap waktu. Kalau  tidak, maka demi waktu  mereka akan jadi orang-orang yang merugi. Yang  tidak merugi  ialah mereka yang selalu beriman mendekat pada  Tuhannya, ber amal atau selalu bekerja dan mengerjakan perbuatan yang baik, serta berfatwa untuk kebaikkan dan berfatwa dalam kesabaran.

"Ya Tuhanku,  tunjuk­kanlah  aku  untuk  mensyukuri ni'mat Engkau  yang  telah  Engkauberikan  kepadaku  dan kepada ibu bapakku, dan supaya  aku  dapat berbuat  amal  yang saleh yang Engkau ridhai,  berilah  kebaikkan kepadaku dengan (meberi kebaikkan) kepada anak  cucuku.  Sesung­
guhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".





Renungan di Ulang Tahun  RI ke 62

Tidak ada komentar:

Posting Komentar