Jumat, 08 November 2013

N . E . M



Oleh : Dr.H.K.Suheimi


N.E.M  adalah singkatan dari Nilai Ebtanas Murni. Betulkah  nilai
itu  "MURNI".  Inilah yang selalu bergelut  dalam  fikiran  saya.
"Murnikah  hasil Ebtanas itu?". Saya ngak tahu, sayapun tak  tahu
kemana harus bertanya dan kepada siapa harus mengadu. Saya  takut
kalau NEM anak saya yang murni itu tercemar oleh hal-hal yang tak
murni.  "Karena setitik nila, rusak susu sebelanga" pepatah  yang
saya ingat ketika masih di SD dulu.

Sekarang anak saya Irsyad duduk di bangku SD. SD 05 Padang Pasir.
SD  teladan. Kalau ada kunjungan tamu-tamu, baik dari jakarta  SD
inilah yang jadi percontohan. Baik disiplinnya baik cara  gurunya
mengajar,  banyak  dapat penghargaan. Saya  senang  sekali  waktu
tahun  lalu diadakan pemilihan dan seleksi SD teladan se  Indone
sia. Ternyata SD 05 Padsang PAsir ini keluar jadi pemenang  nomor
2  di  seluruh Indonesia. Hanya SD di Yokya saja  yang  mengalah
kannya. Betapa senang dan bangganya saya karena anak saya sekolah
di sekolah teladan ini.

Lebih  bersyukur  saya  lagi ketika keluar NEM  nya.  saya  lihat
prestasi dan angka yang dicapai anak saya adalah tinggi.  Terbaca
dalam NEM itu Angka-angka sebagai berikut  9,82.. 9,63... 9,25...
9,10 .. dan 8,75.  Sehingga komulasinya NEMnya adalah 46,55. Saya
cium Irsyad saya beri kecupan penghargaan karena dia telah menga
lahkan saya. Saya ndak pernah mengondol angka sembilan.  Sebagai
mana  sewaktu  jadi dosen sekarangpun saya tak  dapat  memberikan
angka sembilan itu pada mahasiswa saya.

Saya  beri  dia  hadiah, saya bawa dia makan,  saya  belikan  dia
mainan, dia senyum dan diapun puas.
Dengan langkah pasti dan tegap saya bawa anak ini melamar ke  SMP
1,  karena rayonnya memang disitu. Dengan penuh  keyakinan,  saya
percaya  anak ini akan di terima. Betapa tidak, berasal  dari  SD
teladan  nomor  dua di seluruh Indonesia.  Mempunyai  nilai  yang
tinggi diantara teman-temannya. Makanya surat lamaran dan  formu
lir  pendaftaran  hanya saya isi untuk SMP 1, karena  memang  itu
rayonnya. Kalau pergi ke SMP lain tentu NEMnya harus lebih tinggi
lagi.

Tapi ternyata kegembiraan saya itu tidak berlangsung lama. Betapa
terhenyak dan terperangahnya saya ketika hari Jumat,  menyaksikan

papan  pengumuman di SMP 1 anak saya tidak  diterima.  "Anak-anak
kami, guru SMP 1 juga banyak yang ndak di terima". Kata buk  guru
SMP  1 yang mendampingi saya. Minimal NEM yang di  terima  adalah
46,95.  Saya terperanjat kok ada NEM anak SDF yang setinggi  itu.
Berarti  mereka punya angka sepuluh dalam NEM nya. Oh luar  biasa
pintarnya.

Saya  lebih  terkejut lagi sewaktu melihat  kenyataan,  dari  170
murid  yang di terima,  113 orang berasal dari sebuah  SD.  Tentu
NEM  SD tersebut adalah berkisar 48 dan 47. Oh  betapa  hebatnya.
Kenapa  dulu saya tak tahu bahwa ada SD yang sehebat itu?.  Kalau
saya  tehu  tentu kesanalah anak saya, saya masukkan  supaya  dia
bisa menembus SMP 1.

Tapi  salahkah  saya  memilih SD terbaik  menurut  penilaian  Tim
Nasional.  Atau salahkah TIM nasional menilai SD 05?. Dan  kesana
anak  saya  percayakan?. Saya tidak kecewa pada  anak  saya,  dia
telah  berusaha untuk mendapatkan NEM 46,55. Cuma nasibnya  belum
di terima di SMP 1. Mungkin anak saya yang berikutnya nanti  akan
saya  usahakan masuk ke SD yang hampir semua muridnya  memperoleh
NEM yang sangat tinggi.

Sipakakh  yang salah dan apakah yang salah, kata saya dari  dalam
hati.  Tidak ada yang salah, cuma nasib anak saya yang tak  dapat
sekolah  negeri, karena saya tidak mendaftarkannya ke SMP  negeri
yang lain.

Lalu saya dengar ceritra lain. "Sedih pak", kata seorang ibu. Ada
seorang  anak  yang juara sejak dari kelas satu SD  sampai  lulus
kelas 6. Cuma dia dapat NEM 46. Anak dengan bibit baik sejak awal
ini  di sekolah yang juga baik, tak dapat memilih sekolah  favor
itnya SMP 1.

Andaikan....  Saya  kadang-kadang suka  berandai-andai.  Andaikan
N.E.M  yang  singkatannya  adalah Nilai  Ebtanas  "Murni".  Diisi
dengan  nilai yang ternyata "tidak murni". Maka dari  lubuk  hati
yang dalam saya berdo'a, kiranya tangan-tangan yang mempermainkan
kemurnian  dari  satu nilai yang di junjung tinggi ini.  di  beri
balasan yang setimpal.

Untuk  semua itu saya teringat akan sebuah Firman Suci_Nya  dalam
Al_Qur'an surat An nisaa' ayat 79:
[1]"Apa  saja kebaikan yang engkau peroleh adalah dari  sisi  Allah,
dan  apa saja bencana yang menimpa engkau adalah akibat  (Kesala
han) dirimu sendiri...."P[1]


P a d a n g  6 Juli 1996

Tidak ada komentar:

Posting Komentar