Oleh :Dr.H.K.Suheimi
"Kami ini adalah kawanan musik anak
jalanan" kata seorang
pemuda tanggung bergaya seniman
dengan rambut sebahu, penuh
hormat dan sopan. Caranya mereka memperkenalkan
diri dengan pakai
Assalamualaikum, mebikin saya tertarik
padanya. Diawali dengan
kata-kata pembukaan "mohon maaf, seandainya
kami menganggu kete
nangan dan ketentraman, bapak ibu, kakak-kakak
kami penompang Bus
NPM ini, juga tak lupa terima kasih pada pak sopir
dan kondektur
yang telah memberi kesempatan pada kami
menyenandungkan lagu di
atas bus ini". Dengan sedikit berbasa
basi, diawalinya nyanyian
dengan lagu "Mata dewa dan Pak
tua" ciptaan Iwan Fals, kemudian
diiringi dengan lagu-lagu Franki dan diakhiri
dengan sebuah lagu
minang kesayangan ialah "Pasan
Mande". Menyimak dan merenung
syair dan untaian kata yang di senandungkan, pakai
suara satu dan
suara dua menambah ke kaguman saya pada sang
pengamen ini. Ram
butnya panjang sebahu, pakaiannya persis seniman,
gitarnya usang
tapi suaranya masih bagus, tutur katanya lembut;
saya berkesimpu
lan bahwa mereka anak-anak muda ini adalah
anak-anak yang berpen
didikan dan ramah serta sopan. Cuma
kehidupanlah yang agaknya
telah membanting mereka, hingga mereka
terseok-seok dan terpaksa
mencari kehidupan dengan jalan jadi
pengamen. Tanpa terasa Bus
yang cukup padat itu telah
sampai di tujuan yaitu B.Tinggi.
Seperti biasa mereka mengedarkan kotak
celengan, hampir semua
penumpang Bus itu dengan rela , mengeruk
saku mengisi celengan,
sebagai rasa
terima kasih atas hiburan yang telah di nikmati.
ð73 ŠSaya intip isi celengan itu, lumayanlah penghasilan mereka se
trip itu.
„
„
Sebelum turun bus NPM, merekapun dengan hormat
menyampaikan
kata-kata perpisahan dengan doa, agar setiap
penompang selamat
sampai ke tujuan dan sukses dalam usaha yang
di jalankan. Saya
tak mengira ucapan kata-kata yang
manis itu keluar dari mulut
seorang pengamen, yang kalau di lihat selintas,
berambut gondrong
kayak pareman. Saya nikmati perjalan Padang
- B.Tinggi hari ini
diatas Bus NPM yang sopirnya tidak ngebut, dan
sejak dari Padang
Pak sopir sudah menstel kaset dengan
nyanyian-nyanyian yang merdu
dari petikkan kaset Sweet memory. Sama seperti
kaset yang ada di
mobil dan di kamar kerja saya,
memang dari dulu saya senang
mendengar nyanyian-nyanyian lama yang
terhimpun dalam "Sweet
Memory" kenangan yang teramat manis.
Seperti itu pulalah kesan
yang saya peroleh sewaktu naik Bus NPM ini,
sehabis kaset sweet
memory, di Padang Panjang naik dua orang pemuda
bergitar, beram
but gondrong berpakaian seniman. Jadi dalam
perjalanan ini, mata
asyik memandang keindahan alam, karena
cuaca pagi ini memang
sangat cerah, telingapun sejuk
mendengarkan lagu-lagu merdu.
Disana senang, disini senang,
dimana-mana hatiku senang, kata
sebuah syair Orangpun merogoh sakunya
dengan senang hati, tak
terasa bahwa untuk setiap syair
yang di dengarnya dia harus
hargai dan bayar.
Saya hitung-hitung penghasilan
sang pengamen itu dalam
sehari cukup lumayan, karena dia pulang
pergi saja setiap waktu
antara B.Tinggi dan Padang Panjang.
Dan sayapun salut padanya
yang telah bekerja sambil berdendang, ini adalah
lapangan peker
jaan yang baru, yaitu membikin orang
senang dan menyenangkan
orang lain sambil mencari rezki yang halal. Karena
tidak sedikit
pula pemuda-pemuda yang seusia mereka justru
membuang-buang waktu
ke tempat-tempat yang tak menentu dan sering
menimbulkan kericu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar