Oleh Dr.H.K.Suheimi
Ihsan sedang asyik bermain di pekarangan tetangga
dan tanpa
sengaja menyentuh tonggak jemuran, tiba-tiba tali
jemuran putus,
jemuran terserak. Ihsan takut dan bersama
teman-teman melarikan
diri. Dalam ketakutan dan kebingungan Ihsan
mengadu pada Ibunya.
"Bu apa yang akan dilakukan bila sedang bermain di halaman orang
lain kemudian memutuskan tali jemuran
di situ?;" Kamu nampak
gelisah" jawab sang ibu. "Ya saya tidak tahu siapa yang memutus
kan tapi
ihsan ikut lari". Kata ihsan tampak ketakutan
"Kamu
takut
karenanya ikut-ikutan lari?". "Bukan, tapi
ihsan takut ukum oleh ibuk Bariah". "Kamu takut di
hukum ibu Bariah yang
jemurannya putus?". "Ya
ihsan takut kalau ibu Bariah
sudah
menemukan bahwa jemurannya putus. Ihsan harus berlaku bagaimana
ibu?. Kalau ibu jadi ihsan apa yang akan ibu
kerjakana?.
"Kalau ibu jadi kamu" kata ibu
sambil menjelaskan sesuatu "ibu
mungkin memupunyai beberapa pilihan.
Pertama. Ibu bisa saja,
melupakanya, dan karena bu Bariah tak ada ketika
tali jemuran itu
putus, ia tak akan tahu siapa
yang berbuat. Kedua, ibu akan
meminta tolong pada ayah untuk memperbaikinya.
Yang ke tiga, ibu
pergi memberi tahu bu Bariah bahwa ibu telah
memutus jemurannya,
dan senang bila boleh mencoba memperbaikinya. Ibu
Juga akan minta
bantuan teman-teman yang ikut bermain menolong .
Ibu pikir banyak
yag dapat kita kerjakan, tapi terus terang
ibu tak tahu mana
yang harus ibu pilih" Ihsan termenung dan bermenung
sambil
berfikir.
Ihsan kemudian masuk keruang keluarga dan mencoba
nmenonton
TV. Cukup lama ihsan disitu, tiba-tiba ia
bangkit dan keluar .
Kira-kira 15 menit kemudian Ihsan masuk
rumah setengah berlari.
Ia tampak gembira sekali. "Bu Ihsan,
memutuskan untuk pergi mene
mui bu Bariah dan mengatakan bahwa Ihsan
yang telah memutuskan
tali jemurannya. Ihsan minta maaf dan
menyatakan akan mencoba
memperbaiki nya. Tapi Bu Bariah
baik sekali Ah jemuran
itu
memang sering putus . Jangan di kuatirkan.
terima kasih karena
kamu sudah memberi tahu ibu. Dia baik sekali kan?,
bu?.
Ketika ayahnya
pulang, Ihsan yang sudah merasa lega dengan
bersemangat berceritra pada ayahnya
mengenai kejadian tadi ,
Ihsan tampak bahagia sekali . Ihsan
bangga kepada dirinya. Ia
mampu membuat keputusan sendiri tanpa di
paksa oleh orang lain.
Contoh diatas memperlihatkan bagaiamana
orang tua dapat menyo
dorkan beberapa cara pemecahan kepada anak,
tapi tanggung jawab
untuk memutuskan tetap pada mereka, kalau
ada yang dapat mereka
terima . Mula-mula ibu Ihsan dengan efektif
menggunakan mendengar
aktif untuk membantunya mendifinisikan
masalah . Akan kemudian
dia ia
memilih untuk berperan serta dalam langkah itu.
Mengevaluasi cara pemecahan membuat keputusan tentang mana
cara yang terbaik dan mengimplementasikan cara pemecahan terse
but. Contohnya menyangkut anak kecil, remaja, ada
kalanya orang
tua perlu menawarkan contoh-contoh cara pemecahan yang mungkin
belum terfikirkan
oleh mereka. Kendatipun demikian biasanya
lebih baik bila orang tua menunggu lebih
dahulu dan melihat
dahulu apakah anak -anak sanggup menemukan cara
pemecahannya
sendiri.
Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa
anak-anak adalah
manusia juga yang mempunyai kemampuan . Mereka
hanyalah anak-anak
dan anak-anak sering di sejajarkan dengan ke tidak mampuan untuk
mengarungi hidup
Bedanya remaja dan orang tua adalah.
Remaja belum pernah
mengalami jadi orang tua, sedangkan orang tua
pernah menjadi dan
mengalami masa ramaja. Makanya remaja tak dapat di
paksa mengala
mi masa tua, namun orang tua
harus mengerti perangai remaja
dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Jangan di
paksa
remaja untuk bisa mengerti orang tua. tapi justru sebaliknya.
Cuma dalam kenyataan sering terlihat orang
tua yang memaksakan
kehendaknya pada remaja. Pada hal orang
tualah yang semestinya
bisa menyesuaikn diri, bukankah orang tua
menanggung ragam?
Remaja adalah merupakan masa peralihan antara masa
anak-anak
dan dewasa. Sebagai peralihan seseorang
secara berangsur-angsur
memperlihatkan ciri-ciri seorang
wanita atau lelaki, sampai
tercapai kematangan biologik. Jiwanyapun
berkembang dari kanak-
kanak menjadi dewasa dan sosio
ekonominyapun beralih dari ke
tergantungan pada orang tua menjadi ber
angsur-angsur bebas.
Masalah utama yang di hadapi generasi muda
saat ini adalah
makin cepatnya datang usia reproduksi. Bila
dulu seorang wanita
mendapat haid pertama pada usia 17 tahun, maka
pada saat ini usia
rata-rata seorang mendapat haid pertama adalah 12
tahun. Terlihat
bahwa usia datang haid yang pertama cendrung
menurun, sedangkan
persyaratan untuk kawin semakin berat,
sehingga berakibat ialah
adanya celah dan jurang yang terbentang antara
kematangan sosial
dan kematangan seksual. Kalau aktifitas
seksual antara generasi
muda juga meningkat karena kebutuhan
biologiknya harus tersa
lurkan, maka akibatnya jelas lahirnya anak-anak
yang tidak berba
pak semakin banyak. Padahal agama kita
selalu menjunjung tingi
hal keturunan ini, siapa bapaknya. Agama selalu
menjunjung tinggi
kehormatan seseorang, menganjurkan
supaya seorang menghormati
kehormatan orang lain. Apakah di tubuh ini
yang lebih terhormat
dari pada kehormatan?. Makanya meletakkan
kehormatan di tempat
yang terhormat dan di hormati adalah sopan
santun dalam agama.
Sebaliknya melecehkan kehormatan orang lain
dianggap sebagai satu
dosa, dosa itu semakin besar bila kehormatan
seseorang di jalin
dengan kehormatan orang lain, tanpa melalui
norma-norma agama,
tanpa satu akad dan nikah. Maka perbuatan itu
dikutuk dan sangat
terkutuk, sehingga yang melakukan
perbuatan itupun di kenakan
sangsi di dunia dan akhirat.
Maka sering terlihat lahirnya remaja atau
calon bapak dan
ibu yang belum bisa bertanggung jawab, tapi
harus memikul tang
gung jawab.
Sunguh berbeda ketika orang tua meihat
tanda-tanda bahaya
yang datang . Perilaku yang tidak di dapat
diterima dan mencemas
kan bermunculan, para remaja mulai berbuat sesuka
hati, anak-anak
semakin bahagia dengan diri sendiri, orang
tua semakin tak ber
daya
dalam menghadapi konflik yang tiap hari terjadi
dengan
anak, orang tua mulai tidak berguna
dan tidak berdaya
dalam
menghadapi konflik yang terjadi setiap hari.
Seorang ibu berkata :"Setiap kali saya mengomeli mereka dan
saya sadar melakukannya tapi tidak merasa perlu
berhenti berbuat
demikian. Saya merasa bahwa
menjadi ibu berarti siap
untuk
mengomel sepanjang hari . Apa saja ang membuat anda mengomel?.
"Ya Tuhan hampir semua hal" Hal-hal
sepele sehari-hari seperti
menggosok gigi, cuci kaki sebelum tidur misalnya.
Bagaimana perasaan anda?. "Marah
sekali. Marah kepada mereka
juga marah pada diri kami sendiri".
Mereka berpijak pada persepsi bahwa keadaan sudah tak
terkendali
serta pada keyakinan bahwa dalam
keluarga semestin
ya keributan tak mestinya menjadi menu sehari-hari.
Banyak
orang tua
yang gagal mengambil tindakaan
-tindakan pembetulan
ketika peingatan -peringatan dini ini muncul. Mereka membenamkan
kepala mereka kedalam pasir, dengan harapan bahwa
tanda-tanda dan
gejala-gejala tadi akan hilang dengan
sendirinya. Akhirnya
ketidak berdayaan berubah jadi ke putus
asaan, kekecewaan
berubah jadi cara memandang masalah secara salah
dan tugas jadi
orarng tua
menjadi suatu beban, bukannya anugerah yang dapat di
nikmati.
Bagi sebagian orang tua , segala sesuatu
berubah jadi kri
tis, masalah-masalah kecil
berubah menjadi serius, konflik-
konflik meningkat menjadi
pertarungan , kekesalan meningkat
menjadi kemarahan yang tak terkendali . Orang tua
merasa kehabi
san akal , sementara anak-anak merasa
terjajah, adu kekuatan
semakin sering.
Komunikasi terputus, anak-anak jadi pemberontak
atau jadi penyendiri. dalam
kasus demikian sering orang tua
membawa anak
ke psikiater, psikolog atau penasehat keluarga,
dengan harapan anak itu dapat di
rubah atau di
kendalikan
"Kejalan yang lurus dan
yang benar". . Sayang sekali banyak
psikolog menkonsentrasikan upaya mereka pada anak
sementara
usaha
membantu orang tua agar mereka
juga merubah diri terabai
kan.
Banyak orang menunggu terlalu lama sebelum
berusaha mendapat
pertolongan. Yang umumnya terjadi orang
tua mencoba menangani
sendiri
masalah mereka, sering kali dengan
cara coba-coba
berdasarkan
pengetahuan yang sedikit sekali
tentang dinamika
hubungan mereka
dengan anak-anak
Rasa prihatin sang ibu karena "Indri tidak
hidup dengan cara
yang di harapkan " sama dengan rasa
prihatin yang dialami oleh
ribuan orang tua lain di keluarga dan di seluruh dunia .
ketika remaja
mereka mulai menganut gaya hidup yang berbeda dari
gaya hidup orang tua . Perbenturan sikap sistem nilai ini bisa
menjadi virus yang ganas bagi kebanyakan keluarga,
tanpa ketram
pilan untuk menanganinya secara
konstruktif, orang tua tanpa
dapat di elakkan akan terlibat dalam
pertempuran-pertempuran
sengit yang berakhir dengan kekalahan dipihak
orang tua. Hubungan
diantara mereka hancur, anak-anak tidak lagi
mendengar orang tua
, mereka hidup tanpa tegur sapa.
Keluhan seorang ibu lain:" Begitu
mereka meningkat remaja,
disaat saya seharusnya melepaskannya, saya justru
semakin ketat.
Dengan adanya ancaman bahaya narkotik, minuman
keras, seks bebas.
saya merasa bahwa jika saya tidak ketat dan
tidak mengawasinya
kami akan terjerumus kemasalah berat".
Kebanyakkan orang tua tidak
paham sejak anak meningkat
remaja dan bertubuh makin besr-
mengapa kewibawaan orang tua
yang sebelumnya berperan sangat baik ketika anak-anak
masih
kecil, tiba-tiba jadi tidak
efektif lagi untuk masalah yang
sederhana pun tampaknya orang tua habis kekuasaan. Anak-anak
remaja tak mau lagi tunduk kepada orang tua
. Ketika menghadapi
ulahnya .
Untuk semua itu di tuntut orang tua yang mau
mengerti ten
tang remaja yang sedang bertumbuh dan
berkembang. Yang sedang
bergejolak perangai, bergejolak pertumbuhan
dan bergejolak hor
monnya. Gejolak-gejolak dan
benturan-benturan inilah yang perlu
di perhatikan dan di pahami, sehingga orang tua
dapat mengendali
kan dan mengarahkan remaja dalam
mencapai cita-cita danmasa
depannya.
Untuk semua itu saya teringat sebuah Firman
Suci_Nya dalam
al-Qur'an surat Al_Kahfi ayat 10 yang artinya:
"Ingatlah keyika orang muda itu
berlindung dalam gua, lalu
mereka berdo'a :"Ya tuhan kami, berilah kami
Rahmat dari sisi_Mu
dan siapkan untuk kami petunjuk dalam urusan
kami".
P a d a n g. Pangeran beach 9 Maret 1995
Dibacakan dalam seminar menjadi orang tua efektif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar