Senin, 11 November 2013

PENDEKATAN POSITIF TERHADAP KAUM REMAJA DALAM MENGEJAR CITA-CITA KEHIDUPANNYA



Oleh Dr.H.K.Suheimi

Ihsan sedang asyik bermain di pekarangan tetangga dan  tanpa
sengaja menyentuh tonggak jemuran, tiba-tiba tali jemuran  putus,
jemuran  terserak. Ihsan takut dan bersama teman-teman  melarikan
diri. Dalam ketakutan dan kebingungan Ihsan mengadu pada Ibunya.
"Bu apa yang akan dilakukan  bila sedang bermain di halaman orang
lain  kemudian  memutuskan tali jemuran di  situ?;"  Kamu  nampak
gelisah" jawab sang ibu.  "Ya saya tidak tahu siapa yang memutus­
kan  tapi   ihsan ikut lari". Kata ihsan tampak  ketakutan  "Kamu
takut   karenanya  ikut-ikutan lari?". "Bukan, tapi  ihsan  takut ukum  oleh ibuk Bariah". "Kamu takut di hukum ibu Bariah  yang 
jemurannya  putus?".  "Ya  ihsan takut kalau  ibu  Bariah   sudah
menemukan bahwa jemurannya putus.  Ihsan harus berlaku  bagaimana
ibu?. Kalau ibu jadi ihsan apa yang akan ibu kerjakana?.
"Kalau  ibu jadi kamu" kata ibu sambil menjelaskan  sesuatu  "ibu
mungkin  memupunyai  beberapa pilihan. Pertama.  Ibu  bisa  saja, 
melupakanya, dan karena bu Bariah tak ada ketika tali jemuran itu 
putus,  ia  tak  akan tahu siapa yang berbuat.  Kedua,  ibu  akan 
meminta tolong pada ayah untuk memperbaikinya. Yang ke tiga,  ibu 
pergi memberi tahu bu Bariah bahwa ibu telah memutus  jemurannya, 
dan senang bila boleh mencoba memperbaikinya. Ibu Juga akan minta
bantuan teman-teman yang ikut bermain menolong . Ibu pikir banyak 
yag  dapat  kita kerjakan, tapi terus terang ibu tak  tahu  mana
yang  harus  ibu  pilih"  Ihsan termenung  dan  bermenung  sambil 
berfikir.

Ihsan kemudian masuk keruang keluarga dan mencoba nmenonton­
TV.  Cukup lama ihsan disitu, tiba-tiba ia bangkit dan  keluar  .
Kira-kira  15 menit kemudian Ihsan masuk rumah setengah  berlari.
Ia tampak gembira sekali. "Bu Ihsan, memutuskan untuk pergi mene­
mui  bu Bariah dan mengatakan bahwa Ihsan yang  telah  memutuskan
tali  jemurannya.  Ihsan minta maaf dan menyatakan  akan  mencoba
memperbaiki  nya.  Tapi  Bu Bariah baik sekali   Ah  jemuran  itu
memang  sering putus . Jangan di kuatirkan. terima  kasih  karena
kamu sudah memberi tahu ibu. Dia baik sekali kan?, bu?.
Ketika ayahnya  pulang, Ihsan yang sudah merasa lega  dengan
bersemangat  berceritra  pada ayahnya mengenai  kejadian  tadi  ,
Ihsan  tampak  bahagia sekali . Ihsan bangga kepada  dirinya.  Ia
mampu  membuat keputusan sendiri tanpa di paksa oleh orang  lain. 
Contoh  diatas memperlihatkan bagaiamana orang tua  dapat  menyo­
dorkan  beberapa cara pemecahan kepada anak, tapi tanggung  jawab
untuk  memutuskan tetap pada mereka, kalau ada yang dapat  mereka
terima . Mula-mula ibu Ihsan dengan efektif menggunakan mendengar
aktif  untuk membantunya mendifinisikan masalah .  Akan  kemudian
dia  ia memilih untuk berperan serta dalam langkah itu.

Mengevaluasi cara pemecahan  membuat keputusan tentang mana
cara yang terbaik dan mengimplementasikan  cara pemecahan terse­
but. Contohnya menyangkut anak kecil, remaja, ada kalanya orang
tua perlu menawarkan contoh-contoh  cara pemecahan yang mungkin
belum terfikirkan  oleh mereka. Kendatipun demikian biasanya
lebih baik bila orang tua menunggu lebih dahulu  dan melihat
dahulu apakah anak -anak sanggup menemukan cara pemecahannya
sendiri.
Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anak-anak adalah
manusia juga yang mempunyai kemampuan . Mereka hanyalah anak-anak
dan anak-anak sering di sejajarkan  dengan ke tidak mampuan untuk
mengarungi hidup

Bedanya  remaja  dan orang tua adalah. Remaja  belum  pernah
mengalami jadi orang tua, sedangkan orang tua pernah menjadi  dan
mengalami masa ramaja. Makanya remaja tak dapat di paksa mengala­
mi  masa  tua,  namun orang tua harus  mengerti  perangai  remaja
dengan  segala  kelebihan  dan kekurangannya.   Jangan  di  paksa
remaja  untuk bisa mengerti orang tua.  tapi  justru  sebaliknya.
Cuma  dalam kenyataan sering terlihat orang tua  yang  memaksakan
kehendaknya  pada remaja. Pada hal orang tualah  yang  semestinya
bisa menyesuaikn diri, bukankah orang tua menanggung ragam?

Remaja adalah merupakan masa peralihan antara masa anak-anak
dan  dewasa. Sebagai peralihan seseorang secara  berangsur-angsur
memperlihatkan  ciri-ciri  seorang  wanita  atau  lelaki,  sampai
tercapai  kematangan biologik. Jiwanyapun berkembang dari  kanak-
kanak  menjadi  dewasa dan sosio ekonominyapun  beralih  dari  ke
tergantungan pada orang tua menjadi ber angsur-angsur bebas.

Masalah  utama yang di hadapi generasi muda saat ini  adalah
makin  cepatnya datang usia reproduksi. Bila dulu seorang  wanita
mendapat haid pertama pada usia 17 tahun, maka pada saat ini usia
rata-rata seorang mendapat haid pertama adalah 12 tahun. Terlihat
bahwa  usia datang haid yang pertama cendrung menurun,  sedangkan
persyaratan  untuk kawin semakin berat, sehingga berakibat  ialah
adanya celah dan jurang yang terbentang antara kematangan  sosial
dan  kematangan seksual. Kalau aktifitas seksual antara  generasi
muda  juga  meningkat karena kebutuhan biologiknya  harus  tersa­
lurkan, maka akibatnya jelas lahirnya anak-anak yang tidak berba­
pak  semakin banyak. Padahal agama kita selalu  menjunjung  tingi
hal keturunan ini, siapa bapaknya. Agama selalu menjunjung tinggi
kehormatan  seseorang,  menganjurkan supaya  seorang  menghormati
kehormatan  orang lain. Apakah di tubuh ini yang lebih  terhormat
dari  pada kehormatan?. Makanya meletakkan kehormatan  di  tempat
yang  terhormat dan di hormati adalah sopan santun  dalam  agama.
Sebaliknya melecehkan kehormatan orang lain dianggap sebagai satu
dosa,  dosa itu semakin besar bila kehormatan seseorang di  jalin
dengan  kehormatan orang lain, tanpa melalui  norma-norma  agama,
tanpa satu akad dan nikah. Maka perbuatan itu dikutuk dan  sangat
terkutuk,  sehingga  yang melakukan perbuatan itupun  di  kenakan

sangsi di dunia dan akhirat.

Maka  sering terlihat lahirnya remaja atau calon  bapak  dan 
ibu  yang belum bisa bertanggung jawab, tapi harus memikul  tang­
gung jawab.

Sunguh  berbeda ketika orang tua meihat tanda-tanda   bahaya
yang datang . Perilaku yang tidak di dapat diterima dan mencemas­
kan bermunculan, para remaja mulai berbuat sesuka hati, anak-anak
semakin  bahagia dengan diri sendiri, orang tua semakin tak  ber­
daya   dalam  menghadapi konflik yang tiap  hari  terjadi  dengan
anak,  orang  tua mulai tidak berguna dan  tidak  berdaya   dalam
menghadapi konflik yang terjadi setiap hari.

Seorang ibu berkata :"Setiap kali  saya mengomeli mereka dan
saya sadar melakukannya tapi tidak merasa perlu berhenti  berbuat
demikian.  Saya  merasa  bahwa menjadi ibu   berarti  siap  untuk
mengomel  sepanjang hari  . Apa saja ang membuat anda  mengomel?.
"Ya Tuhan hampir semua hal" Hal-hal sepele   sehari-hari  seperti
menggosok gigi, cuci kaki sebelum tidur misalnya.
Bagaimana  perasaan  anda?. "Marah sekali.  Marah  kepada  mereka 
juga marah pada diri kami sendiri".

Mereka  berpijak  pada persepsi  bahwa  keadaan   sudah  tak
terkendali  serta pada keyakinan bahwa  dalam keluarga  semestin­
ya   keributan  tak mestinya  menjadi  menu  sehari-hari.  Banyak
orang  tua  yang gagal mengambil  tindakaan -tindakan  pembetulan
ketika peingatan -peringatan  dini ini muncul. Mereka membenamkan
kepala mereka kedalam pasir, dengan harapan bahwa tanda-tanda dan
gejala-gejala  tadi   akan  hilang  dengan  sendirinya.  Akhirnya
ketidak  berdayaan   berubah  jadi  ke  putus  asaan,  kekecewaan 
berubah jadi cara memandang masalah  secara salah  dan tugas jadi
orarng tua  menjadi suatu beban, bukannya anugerah yang dapat  di
nikmati.

Bagi  sebagian orang tua , segala sesuatu berubah jadi  kri­
tis,  masalah-masalah  kecil  berubah  menjadi  serius,  konflik-
konflik  meningkat  menjadi  pertarungan  ,  kekesalan  meningkat
menjadi kemarahan yang tak terkendali . Orang tua merasa  kehabi­
san  akal  , sementara anak-anak merasa  terjajah,  adu  kekuatan
semakin sering.  Komunikasi terputus, anak-anak jadi  pemberontak
atau  jadi  penyendiri.  dalam kasus demikian  sering  orang  tua
membawa  anak   ke psikiater, psikolog atau  penasehat  keluarga,
dengan  harapan  anak  itu dapat di  rubah   atau  di  kendalikan
"Kejalan  yang  lurus  dan yang benar". .  Sayang  sekali  banyak
psikolog  menkonsentrasikan   upaya mereka  pada  anak  sementara
usaha  membantu orang tua  agar mereka juga merubah diri terabai­
kan.

Banyak orang menunggu terlalu lama sebelum berusaha  mendapat
pertolongan.  Yang umumnya terjadi orang tua   mencoba  menangani
sendiri   masalah  mereka,  sering kali  dengan  cara   coba-coba
berdasarkan   pengetahuan yang sedikit sekali   tentang  dinamika
hubungan mereka  dengan anak-anak

Rasa prihatin sang ibu karena "Indri tidak hidup dengan cara 
yang  di harapkan " sama dengan rasa prihatin yang  dialami  oleh
ribuan  orang  tua   lain di keluarga  dan di  seluruh  dunia   .
ketika remaja  mereka mulai menganut gaya hidup yang berbeda dari 
gaya hidup orang tua . Perbenturan sikap  sistem nilai ini   bisa 
menjadi virus yang ganas bagi kebanyakan keluarga, tanpa  ketram­
pilan  untuk  menanganinya secara konstruktif,  orang  tua  tanpa
dapat  di  elakkan  akan terlibat  dalam  pertempuran-pertempuran 
sengit yang berakhir dengan kekalahan dipihak orang tua. Hubungan
diantara mereka hancur, anak-anak tidak lagi mendengar orang  tua
, mereka hidup tanpa tegur sapa.

Keluhan  seorang ibu lain:" Begitu mereka meningkat  remaja,
disaat saya seharusnya melepaskannya, saya justru semakin  ketat.
Dengan adanya ancaman bahaya narkotik, minuman keras, seks bebas.
saya  merasa bahwa jika saya tidak ketat dan  tidak  mengawasinya
kami akan terjerumus kemasalah berat".

Kebanyakkan  orang  tua  tidak paham  sejak  anak  meningkat
remaja  dan  bertubuh makin besr- mengapa  kewibawaan  orang  tua 
yang  sebelumnya  berperan  sangat baik  ketika  anak-anak  masih
kecil,  tiba-tiba  jadi  tidak efektif lagi  untuk  masalah  yang
sederhana  pun  tampaknya orang tua  habis  kekuasaan.  Anak-anak
remaja  tak mau lagi tunduk kepada orang tua . Ketika  menghadapi
ulahnya .
Untuk  semua itu di tuntut orang tua yang mau mengerti  ten­
tang  remaja  yang sedang bertumbuh dan berkembang.  Yang  sedang
bergejolak  perangai, bergejolak pertumbuhan dan bergejolak  hor­
monnya.  Gejolak-gejolak dan benturan-benturan inilah yang  perlu
di perhatikan dan di pahami, sehingga orang tua dapat mengendali­
kan  dan  mengarahkan  remaja dalam  mencapai  cita-cita  danmasa
depannya.

Untuk  semua itu saya teringat sebuah Firman Suci_Nya  dalam
al-Qur'an surat Al_Kahfi ayat 10 yang artinya:

"Ingatlah keyika orang muda itu berlindung  dalam gua,  lalu
mereka berdo'a :"Ya tuhan kami, berilah kami Rahmat dari  sisi_Mu
dan siapkan untuk kami petunjuk dalam urusan kami".

P a d a n g. Pangeran beach 9 Maret 1995
Dibacakan dalam seminar menjadi orang tua efektif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar