Jumat, 11 Oktober 2013

KEDUTAAN AMERIKA



Oleh : Dr.H.K.Suheimi


Hari  ini  24  Juni 1994, saya berada  di  kedutaan  Amerika

Serikat,  baru sekali inilah saya melangkahkan kaki  ke  Kedutaan

Amerika  di  jalan Merdeka Selatan Jakarta untuk  mengurus  visa,

karena  saya  akan berangkat ke Amerika dan Canada  15  September

1994.  Untuk  mengurus visa ini tidak boleh  di  wakilkan,  harus

datang  menghadap sendiri untuk di lihat bentuk dan  wajah  kita,

serta  akan di wawancarai. Biasanya untuk mengurus visa,  seperti

dulu  saya  berangkat ke Australia dan New Zealand,  cukup  minta

tolong pada Biro perjalanan dan mengirimkan pasport, maka semuan­

ya beres, sudah menjadi tanggung jawab petugas di biro perjalanan

yang  akan  membawa kami ke negara tersebut.  Memang  salah  satu

syarat  kalau kita akan mengunjungi satu negara harus lebih  dulu

mempeoleh visa, bagaikan surat izin untuk memasuki negara itu dan

visa  di tempelkan dalam pasport. Naka untuk ke  Amerika  serikat

kita  harus  membuat surat permohonan dan jaminan bahwa  kita  ke

Amerika hanya untuk waktu yang di tentukan dan untuk urusan  yang

Tertentu dan mesti kembali lagi ke Indonesia, ada semacam jaminan

bahwa kita harus kembali, karena mereka orang Amerika itu  khawa­

tir kalau kita tinggal di Amerika, menetap disana, mencari  kerja

disitu  atau mungkin jadi gelandangan disana karena tak ada  uang

dan  tiket kembali yang nanti akan merepotkan pemerintah  Amerika

sendiri.  Maka mereka harus melihat wajah dan tampang orang  yang

akan memasuki negaranya serta mewawancarainya.

Nah  untuk  itulah, karena saya ingin pergi ke  Amerika  dan

terus  ke Canada menghadiri Kongres Ahli Kebidanan  dan  penyakit

Kandungan  di  Montreal, maka hari ini saya  berada  di  kedutaan

Amerika.  Banyak  orang yang akan berangkat ke Amerika,  sehingga

kita  harus  Antri di pintu gerbang  kedutaan,  melihatkan  kartu

penduduk  dan mengisi formolir dan membawa pasport. Setelah  foto

yang ada dalam pasport di cocokkan dengan wajah saya maka saya di

persilahkan  masuk ke ruang tunggu yang di dalamnya sudah  banyak

orang menunggu giliran untuk di panggil dan di wawancarai.  Ruang

tunggu  itu cukup besar dan disana disediakan tempat  duduk  yang

banyak,  namun tetap saja kursi yang tersedia tidak cukup  memam­

pung semua orang sehingga sebagaian kami terpaksa berdiri  berje­

jar di dalam ruang tunggu. Banyak pelajaran yang dapat saya petik

dalam  penantian  di ruang tunggu itu. Ruang tunggu  yang  sangat

sederhana segi empat tanpa hiasan tanpa lukisan dan tanpa ukiran-

ukiran.  Lantainyapun tidak pakai karpet dan juatidak  mengkilat,

tapi bersih dan rapi. 

    


 
Di  ruang tunggu itu tak ada TV yang akan di tonton dan  tak 

ada Radio atau tip yang akan di dengar, tak ada nyanyian tak  ada 

apa-apa, tapi ruangan itu terasa tentram dan tak ada kebisingian. 

Ruangan  ini  juga tanpa AC,  walaupun Jakarta  panas,  namun  di 

ruang  tunggu  itu tak terasa panas atau  gerah,  mungkin  karena 

jendelanya  besar, sehingga ventilasinya baik dan  di  halamannya  
ð73[1] 
 
ð73[1] Štumbuh pohon-pohon dan tanaman yang menyegarkan. Padahal kami  di 

ruang  tunggu  itu penuh sesak, namun tak resah dan  tak  gelisah 

dalam  penantian.  Suasana yang menyenangkan dan  menunggu  tanpa 

kekesalan.  Sering orang berkata menungu itu  sangat  membosankan 

dan mengesalkan dan waktu terasa berjalan lama, tapi di  kedutaan 

Amrika, walaupun saya menunggu cukup lama tapi tak terasa. 

    


 
Begitupun orang-orang yang antri, semuanya orang  Indonesia, 

tapi  suasananya  sudah terasa seperti di  Amerika,  mereka  pada 

sabar,  tidak mau mendahului yang lain. Seorang ibu  yang  hampir 

bersamaan  sampainya dengan saya di Kedutaan itu,  saya  silahkan 

dia lebih dulu, tapi dengan halus dia menolak, "bapak saja, bapak 

sedikit lebih dulu dari saya". Padhal saya ingin berbuat baik dan 

mempersilahkan perempuan lebih dulu, namun si ibu tetap mematuhui 

antrian. Kami tidak berdesak-desak dan tidak berebutan, pada gil­

rannya  kita akan sampai dan akan di panggil. Saya  lihat  orang-

orang Indonesia yang ada dalam ruang tunggu di kedutaan  Amerika, 

dengan sendirinya mencoba mematuhui tata tertib yang ada di ruang 

ini. Karena di papan yang tergantung dalam ruang tunggu itu,  ada 

petunjuk  untuk  memperoleh visa dan semua yang  di  ruangan  itu 

memamatuhui  semua  yang  tertulis, sehingga  terasa  tertib  dan 

melegakan.  Petugas di kedutaan itupun seperti tidak  lelah-lelah 

nya, selalu berada di tempatnya dan selalu segar, tak saya  lihat 

dia  sebentar kesana atau kesini atau ke cafetaria makan  lontong 

atau minum kopi. Mereka sangat asyik dengan kerja dan tugas  yang 

di  pikulnya dan tidak mengeluh letih. Sekian banyak  orang  yang 

dilayaninya  setiap  hari namun badan  dan  penampilannya  selalu 

prima.

 
ð73 Š
    


 
Di kedutaan itu tak saya lihat adanya cafetaria, sebagaimana 

di  kantor-kantor  lain  selalu ada  cafetaria  dan  cafetarianya 

selalu  penuh,  lebih penuh dari dan lebih sibuk  dari  kantornya 

sendiri. Sampai-sampai ada urusan di bicarakan dan di  selesaikan 

di  cafetaria.  Dan kalau kita mencari seseorang di meja  dan  di 

kursi  tempat  seharusnya dia mangkal, sering jawaban  yang  kita 

terima,  bapak  sedang minum atau sedang makan lontong  pecal  di 

cafetaria. Pada hal diatas mejanya juga tersedia segelas air  dan 

makanan kecil. Namun untuk mencarinya harus ke cafetaria.

    


 
Sekian  banyak orang yang mengurus visa di hari  itu,  tepat 

selesai  pada  waktunya, dan pertanyaan yang diajukanpun  to  the 

point.  Kepada  saya hanya di tanya, mengapa dan  apa  tujuan  ke 

Amerika. Setelah saya jelaskan bahwa tujuan saya sebenarnya ingin 

ke Canada untuk kongres dan ke Amerika hanya untuk  Holiday. Lalu 

dia tanya : kenapa Holidaynya ke Seatle ? Kan jarang orang  pergi 

kesana" Saya jawab singkat :"Pak harto kan baru-baru ini juga  ke 

seatle  bersama  dengan Clinton, pasti disana  ada  sesuatu  yang 

istimewa dan saya ingin melihat yang istimewa itu". Apakah  sebe­

lumnya pernah ke Amerika?' Tanya lagi. "belum " kata saya  dengan 

lugu. "Sebagusnya kalau anda ke Amerika", jelasnya lagi "Sebaikn­

ya perki ke New York Washington, Orlando,  Holly Wood, California 

dan  Los Angles". Dalam hati saya berkata "Oh, tentu, tentu  saya 

ingin  kesana, jika ada waktu luang nanti tempat-tempat  tersebut 

akan  saya kunjungi".  Setelah wawancara selesai,  saya  teringat 

pesan semua orang, bahwa untuk urusan visa kita sediakan uang  40 

dollar,  kira-kira RP 100.000,-  Saya lihat sebagian  orang  yang 

sudah di wawancarai sudah membayar, tapi kok saya tidak membayar. 
 
ð73 ŠLalu  saya hubungi petugas yang mangkal di situ dan  saya  tanya, 

kenapa  saya tidak membayar 40 dollar, sedangkan orang lain  mem­

bayar?.  Maka  petugas itu menjawab :"Anda kan  mau  berlibur  ke 

Amerika, tentu anda akan berbelanja di sana, itu artinya keuntun­

gan  untuk  Amerika,  maka anda di bebaskan dari  biaya  yang  40 

dollar  itu". 

    


 
Saya mengerti tapi di sepanjang jalan pulang saya tak  habis 

fikir,  petugas yang menolak uang dan tak mau menerima 40  dollar 

yang  sudah  saya sediakan. Bahkan menerangkan  pula  bahwa  saya 

sebagai  tamu  di  Amerika dan kedatangan saya  ke  Amerika  akan 

menguntung  Amerika, ulasnya. Agaknya sikap dan pribadi  demikian 

yang  belum  menjadi kebiasaan petugas-petugas  di  kantor-kantor 

bangsa kita. Kadang-kadang yang tidak wajar di bayarpun harus  di 

bayar,  macam-macam  saja alasannya sehingga setiap  mereka  yang 

datang berurusan harus di kenakan cukai ini dan itu.

    


 
Di kedutaan Amerika saya sudah sediakan uang dan saya  sudah 

relakan akan meninggalkan uang itu, mengingat pelayanan yang saya 

terima  dan  pelajaran yang saya peroleh, namun uang  itu  sampai 

sekarang  tetap utuh dalam dompet saya. Setiap kali saya  membuka 

dompet  selalu  saja dalam itu tampak uang 40 dollar  yang  tidak 

jadi saya berikan untuk mengurus visa di kedutaan Amerika. 

    


 
Oh  betapa ingin dan rindunya saya akan suasana  yang  demi­

kian, tercipta didalam kantor-kantor lain. Apalagi banyak kantor-

kantor  yang menghias wajahnya dengan ukiran dan  lukisan,  foto-

foto  pejabat  yang besar-besar tergantung didindingnya,  dan  di 

setiap dada dan bahu petugas ada atribut dan lambang-lambang yang 

arti  dan maknanya bukan main. Dan didada kiri setiap  petugaspun 

ada  namanya  masing-masing.  Tentu dengan  harapan  setiap  yang  
ð73[1] 
 
ð73[1] Šmemikul  atribut,  lambang dan nama dirinya  akan  memperlihatkan 

bahwa  mereka adalah yang terbaik dan akan melayani setiap  orang 

yang datang dengan sebaik-baiknya.

    


 
Lalu saya teringat bahwa banyak perusahaan sekarang yang  di 

rubah jadi PT. Banyak yang di swastanisasikan. Kalau dulu monopo­

li, kalau berusan sesuatu harus kepadanya, maka sekarang bisa  ke 

tempat-tempat lain. Kalau dulu mereka menguasai sesuatu, sekarang 

sudah  ada  saingan. Dulu saya teringat, kalau  menghidupkan  TV, 

yang  terpampang di layar kaca hanya siaran TVRI, sekarang  sudah 

bisa  pilih  yang  bermacam-macam saluran. Dulu  kalau  mau  naik 

pesawat harus dengan Garuda, sekarang sudah bisa banyak  pilihan. 

Siapa tahu masa datang untuk Listrik, untuk telepon kitapun  bisa 

memilih,  karena  banyak  yang telah di robah  jadi  PT.  Artinya 

tadinya  mereka penguasa, sekarang di robah jadi pengusaha.  Akan 

jauh  sekali  berbeda sikap antara seorang penguasa  dan  seorang 

pengusaha.  Sebagai pengusaha tentu dia akan berusaha  memberikan 

pelayanan  yang sebaik-baiknya, dan agar kita merasa  puas  tentu 

bisa  memilih siapa yang bisa memberikan pelayanan yang  terbaik. 

Untuk  itu  saya  teringat pesan Tuhan "Irhammu  Fil  Ardh",  Yar 

hamkum  Fis samak" Bila kamu mengasihi yang di dunia,  maka  yang 

dilangit akan mengasihimu!". Lalu saya teringat akan pesan  Rasul 

:"Lapangkanlah  nanti kamu akan di lapangkan, mudahkanlah,  nanti 

kamu akan di mudahkan!".



P a d a n g 24 Juni 1994

Tidak ada komentar:

Posting Komentar