Jumat, 25 Oktober 2013

PERSAUDARAAN



Oleh : Dr.H.K.Suheimi 

Kamu saling bersaudara pesan Rasul. Persaudaraan Alangkah indahnya kata itu. Sering sesudah di timpa bencana dan musibah persaudaraan orang semakin  kuat. Setelah di timpa Tsunami, semua orang  tersentak, ternyata semua kita bersaudara. Sehingga tahun 2005 ini dianggap tahun persaudaraan . Untuk itu saya teringat akan siaran Radio Nederland yg mengulas tentang persaudaraan ini.seperti  Walikota Amsterdam Job Cohen dalam pidato tahun baru mengimbau agar 2005 menjadi tahun persaudaraan. Sebuah imbauan yang indah, bagi kita semua. Apa arti persaudaraan? Saling kasih, saling jujur, saling menghargai, saling membantu, solider. Dan itulah yang saya saksikan dalam waktu-waktu belakangan setelah bencana tsunami yang maha dahsyat.
Di Sri Lanka Mohammed Yunoos, yang beragama Islam dengan teman-temannya yang selamat menolong para nelayan Kristen. Mereka memberi makan dan pakaian pada yang selamat dan mengebumikan saudara-saudara mereka yang Kristen, korban tsunami lengkap dengan salib dari bambu yang mereka buatkan.
Sebaliknya orang-orang Kristen di mancanegara mengumpulkan dana untuk para korban di Aceh yang umumnya Islam. Dan masih banyak kisah-kisah semacam itu. Persaudaraan yang tiba-tiba menjadi nyata setelah suatu tempat tertimpa malapetaka.
Apakah kita manusia, memerlukan malapetaka dulu sebelum tanpa pamrih mau bersaudara? Namun berapa lamakah persaudaraan itu bisa berlangsung atau dipertahankan??? Kalau persaudaraan itu abadi, maka bagi saya, bencana alam pada hari Natal Kedua 2004 ada hikmahnya. Setelah tsunami yang melahap dan menerjang semua yang ia jumpai, maka terjadi tsunami uang di mana-mana. Di Belanda misalnya dalam waktu singkat masyarakat di Belanda berhasil mengumpulkan lebih dari 112 juta Euro. Jumlah rekor yang tidak pernah dikenal Belanda. Kedermawanan semacam ini juga tampak di negara-negara lain di Eropa, Jerman, Inggris, Belgia, juga di Jepang dan Cina sekalipun siap memberi bantuan.
Kalau dipikirkan kembali, apakah saudara-saudara kita di Aceh itu memang betul membutuhkan bantuan? Tentu saja. Bencana dan kesengsaraan yang mereka derita harus mendapat perhatian dunia dan oleh karena itu bersama mereka, juga para korban di negara-negara lain layak mendapat bantuan.
Namun apakah Aceh senantiasa akan memerlukan bantuan? Propinsi ini punya cukup banyak sumber daya alam. Cukup kaya. Ke manakah kekayaan itu? Kalau saja kekayaan itu adalah untuk penduduknya, maka orang Aceh juga bisa mengatakan: kami sanggup membangun kembali dengan tenaga sendiri. Maka mereka bisa mempertahankan harga diri mereka.
Thailand menolak bantuan luar negeri, mereka bisa membangun kembali dengan tenaga sendiri. Sumber pemasukan dari industri pariwisata harus dibenahi maka setelah itu, para korban akan bisa hidup berdikari lagi.
Seorang nelayan di Sri Lanka mengatakan: yang saya butuhkan hanya perahu dan jala. Maka saya akan kembali mencari nafkah sebagai nelayan, tidak perlu hidup dari sedekah.
Lumrahnya manusia tidak ingin hidup sebagai pengemis. Dilahirkan dan tinggal di daerah kaya namun dipaksa menjadi pengemis. Ayam mati di lumbung padi. Jangan biarkan saudara kita miskin di dalam kekayaan mereka.
Kemarin saya baca berita di Harian Singgalang, tentang 27 Orang Mahasiswa dari Aceh butuhkan bantuan. Memang saya lihat mereka yg selamat hingga bias melanjutkan kuliahnya kembali di Fakultas Kedokteran Unand, adalah orang orang yg betrul2 dapat rahmat Illahi. Betapa tidak ada yg dihanyutkan sejauh 3 km, disamping kiri dan kanan penuh mayat kalau dia selamat. Kepada tiap mahasiswa yg selamat ini mengaku hanya kebesaran dan pertolongan Tuhan yg menyelamatkan. Ada saja tangan-tangan kuat yg menarik mereka dari dalam gelombang. Bermacam kisah yg saya dengar, dan semua mereka bersyukur.  Ini satu mukjizat kata mereka bersama. Mereka berterima kasih pada rakyat Sumbar  yg telah menampung mereka . Mereka berterima kasih pada Unand dan Fak Kedokteran yg menerima dan membebaskan dari Uang kuliah. Tapi sebagian dari mereka yg sampai di Padang ini hanya membawa pakaian saja. Semua buku-buku mereka hanyut, Semua catatan dan kenangan kuliahnya  telah larut bersama air. Bukan hanya itu, saudara-saudaranyapun banyak yg wafat.
Waktu sampai di Padang mereka tak punya biaya untuk kost dan juga kekurangan dalam mencari makanan. Banyak sekali kekurangan mereka.. Saya terkesima, lalu saya coba kumpulkan kenalan saya. Alhamdulilah ada beberapa yg mau menjadi orang tua asuh, menyediakan kamar dan makanan kepada saudaranya yg menderita di Aceh. Saya yg tinggal di Rumah Sakit Bundapun menampung mereka 2 orang . Dan saya merasa bahagia dapat melapangkan dan meringankan beban saudara saya yang  sedang menderita. Irhamu fil Ardh yarhamkum fissamak. Kasihanilah yg didunia maka yang dilangit akan mengasihimu
Bersama kami bahagia dan bersama kami bisa
Untuk itu ingin saya petikkan sebuah Firman suciNya dalam Al Qur'an
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang:"Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh". Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. 3:156)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar