Rabu, 30 Oktober 2013

ISTIQOMAH


Oleh :Dr.H.K.Suheimi
[1]
Mesjid di simpang sawahan itu namanya Istiqomah. Di Mesjid inilah 
dulu  saya  belajar bersama Yunizar Paraman.  Mardin  Khatib  dan 
banyak lagi yang lain menjadi kader didikan subuh yang di gerakan 
oleh  pak Alimunir. Itu sudah lama sekali, disaat pak  zen  arief 
dengan gigihnya membawa ummat untuk membangun mesjid yang  cantik 
itu.  Jemaahnya selalu ramai. Buletin yang tiap hari  diterbitkan 
oleh para kader yang di motori oleh Yunizar Paraman tanpa mengen­
al  letih.  Ketika itu terasa benar perjuangan dan  terasa  benar 
Istiqomah.

Sampai saat ini saya berusaha mencari pengertian Istiqomah, teguh 
pendirian. Dan hari ini saya dapatkan sebuah artikel yang menarik 
tentang Istiqomah melalui jaringan internet. Karena ingin berbagi 
ilmu, dan perintah "Sampaikanlah walau satu ayat", maka yang saya 
baca  hari  ini  ingin saya sebarkan pada  para  pembaca,  sambil 
kenangan saya terbayang ketika awal-awal pendirian mesjid Istiqo­
mah.

Langit  diatas kita yang terbentang sejauh ufuk memandang  terka­
dang  ia berwarna biru cerah dan terkadang awan-awan berarak-arak 
menghiasinya, indah dan  menyejukkan, namun ia terkadang  menghi­
tam gelap menakutkan dan serasa kurang bersahabat. Dan ia  adalah 
ciptaan Allah.....

Demikian pula bumi yang kita injak-injak, kita ludahi, kita penuh 
sesaki  dengan  sampah dan kotoran, adakalanya  ia  begitu  indah 
menawan,   menentramkan hati  dan adakalanya pula ia serasa  men­
jauh,   menolak  kehadiran   kita,   dan  iapun   ciptaan   Allah 
juga.....Mereka adalah diantara ciptaan-ciptaan Allah yang  tidak 
pernah lepas dari orbit kepatuhan, lintasan keta'atan dan  posisi 
kepasrahan.  Alangkah  indahnya  istiqomah  mereka.....Ketundukan 
mereka akan perannya begitu wajar, keta'atan mereka adalah  tidak 
dipaksakan. Tulus...Kita...??Bagaimana dengan kita...???

Meneguhkan pendirian bahwa Rabb kita adalah Allah dan  memelihara 
eksistensi  kita sebagai hamba sahaya diantara hamba-hamba  Allah 
lainnya   adalah  pejuangan yang berat. Dan seringkali  ia  harus 
dibayar  mahal dengan menetes kan airmata, mengeluarkan  keringat 
dan  mengucurkan darah. Mungkin perjuangan untuk tetap  istiqomah 
harus  berakhir  dengan   hancur remuknya tubuh  di  tiang  salib  
ð73 Š(Khubaib bin 'Ady), atau dijerumuskan kedalam penggorengan  panas 
yang  telah  penuh dengan minyak mendidih (Siti  Masithoh),  atau  
boleh   jadi  dengan  rusaknya tubuh  karena  dipanggang  dipanas 
matahari,  dihantam habis-habisan dan ditusuk dengan tombak  dari 
pangkal  paha  hingga ujung kepala  (Sumaiyyah).  Namun....Mereka 
telah merasakan semerbaknya pengorbanan dan memetik buahnya  yang 
ranum  dan  wangi. Mereka telah mereguk  telaga  kebahagiaan  dan  
meraih  kenyamanan taman syurgawi yang keni'matannya tak  mungkin 
tertandingi   oleh  kehidupan  kita sekarang.  

Lantas,  bagaimana kita...? Rasanya ketika diperintah oleh  Rasu­
lulLaah  SAW untuk 'Amantu bi 'l-Laahi, tsumma  'staqoomu',  maka 
sikap  kita mungkin akan sama seperti Sufyaan bin 'Abdi  'l-Laahi 
yaitu  dengan  statement ini kita akan sibuk  dan  terlalu  sibuk 
untuk tetap  berupaya istiqomah dengan keimanan kita.  Pernyataan 
keimanan  itu memerlukan konsekwensi, meminta bukti dan  menuntut 
'amal  sholih.

Memang  pembuktian itu tidak harus selalu identik dengan  kekera­
san, teror atau penyiksaan bahkan pembunuhan, namun kalaupun  itu 
terjadi maka sudah sewajar nyalah kita menerimanya dan  meni'mati 
pengorbanan  itu. Pengorbanan (At-Tadhhiyyah) adalah  hak  setiap 
muslim.  Setiap muslim sudah sewajarnya menuntut hak dirinya  dan 
merelakan  tubuhnya  menjadi bukti  pengorbanannya  dalam  rangka 
istiqomah  dengan keimanannya kepada Allah. Allah  SWT yang  men­
ciptakan,   memberikan  rizqi  sekaligus  membeli   setiap   diri 
kita.

Istiqomah merupakan bukti tekad untuk tetap berjalan fii  Sabiili  
'l-Laah  serta perwujudan akhlaqu 'l-kariimah. Ia adalah  konsis­
ten,  resisten  dan persisten. Alangkah indahnya jika  kita  bisa 
mengakhiri  kehidupan yang penuh  sandiwara dan  fatamorgana  ini 
dengan  istiqomah di jalanNya. Jalan  yang  telah  ditempuh  oleh 
para  Nabi dan Rasul dan penerus-penerusnya. Jalan  yang  menurut 
budak-budak nafsu dan hamba-hamba syetan adalah jalan yang  penuh 
onak  duri, menyengsarakan,  dan bodoh, namun... Menurut kami  ia 
adalah  satu-satunya jalan yang mengantarkan kami  kepada  mardho 
ti 'l-Laah, jannahNya dan sudah pasti jalan yang indah...

[1]"Diantara orang-rang yang beriman ada  orang-orang  benar  dengan 
janjinya kepada Allah. Diantara mereka ada yang telah  menunaikan 
janjinya (menemui syahadahnya) dan diantara mereka ada yang masih 
menunggu-nunggu  (untuk  menemui  syahadahnya)  dan  sama  sekali 
mereka tidak mengubah janjinya." (QS. Al-Ahzab:23)
 Alangkah indahnya istiqomah itu...
[1]
Melalui  tulisan ini tertompang salam rindu kangen  jumpa  dengan 
para kader didikian subuh diawal-awal berdirinya.

P a d a n g  20 Juli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar