Jumat, 25 Oktober 2013

L U B U K T E M P U R U N G



Oleh : Dr.H.K.Suheimi

Saya  tersentak terbangun dari tidur lelap.  Nyenyak  sekali
tidur  saya saat itu, tidur yang sangat nyenyak itu terusik  oleh

sebuah  daun  yang terbang melayang ke pipi. Saya  tersentak  dan

saya terkejut lalu terjaga. Anak saya Irsyad tertawa-tawa  karena
dialah yang melemparkan daun kayu untuk membangunkan saya. Teman-
teman  yang  lainpun ikut terkekeh. "Dengkur  bapak  hampir  sama
kerasnya dengan suara air sungai. Dari tadi kami perhatikan bapak
tidur sangat nyenyak ". Kata buyung; melihat  saya terkejut  ter­
bangun, di tepi sungai diatas sebuah batu besar yang licin. Semua
batu  ditempat itu licin dan sangat besar. Oh  betapa  nyenyaknya
tidur tadi. Betapa tidak , Ditengah hutan lebat, di bawah  pohon,
di tepi aliran sungai. Mendengar gemericik air, merasakan  tiupan
semilir angin di dedaunan, mendengar kicauan burung dan menikmati
uir-uir rimba yang bernyanyi, semua itu menyebabkan saya  terlena
tertidur   dengan lelapnya. Apalagi tadi baru saja  kami  selesai
berolah  raga  yang meletihkan. Bermula dari GOR  H  Agus  Salim,
selesai olah raga Aerobik, lalu Armijn Raymon dan Sulaiman  saleh
punya  ide untuk pergi ke Lubuk Tempurung di "Tampat  Guo"  belim 
bing kecamatan kuranji.

Mulai dari kepala bandar  kami selusuri jalan setapak menuju
"tampat guo", dimana orang sering melaksanakan "kaul"nya di bawah
pohon Beringin yang  besar dan rimbun. Dari sana kami daki  bukit
selama 30 menit perjalanan, lalu sampai ke lubuk tempurung, Lubuk
yang  benar-benar  seperti  tempurung.  Banyak  lubuk-lubuk  yang
pernah  saya kunjungi. Lubuk Paraku, lubuk  minturun,lubuk  puti,
lubuk  bonta, lubuk mata kucing, lubuk Selasih, lubuk begalung  ,
lubuk  alung, lubuk Basung dan pincuran lubuk. Namun  lubuk  yang
satu  ini  lubuk  tempurung bukan main,  membikin  saya  berdecah
kagum.  Air  terjun yang tercurah deras  membentuk  sebuah  lekuk
seperti tempurung, dia bergaung dan bagaikan Goa, Dalam  lengkung
itulah  terdapat lubuk yang biru, dalam, dengan air  yang  sangat
bening dan jernih. Menyaksikan tempat yang demikian indahnya kami
tak  tahan.  Segera membuka baju dan berhamburan  kedalam   lubuk
itu.  Adalah Irsyad yang pertama mencemplungkan dirinya ke  dalam
lubuk  diikuti,  Amin Leo, Ayub, nasrul,  piyan,  Buyung,  Armijn
Raymon  dan  Sulaiman Saleh. Sedangkan Ucu dan  Elmaneti  menjaga
pakain  di  pinggir, takut kalau-kalau pakaian ini di  curi  oleh
bidadari.  Karena kalau bidadari yang mandi, Malin Deman  mencuri
pakaian,  tapi jika Malin Deman yang mandi, tentu  Bidadari  pula
yang  akan  mencuri pakaian. Ternyata Sulaiman ingkar  janji  dia
ndak  kuat  berenang  dan ndak tahan berendam,  dia  keluar.  Dia
bertugas  menunggu  pakaian sambil mengintip, jika  ada  bidadari
yang  datang  mencuri, dia di tugaskan untuk  menangkap  bidadari
itu.

 Saya selami lubuk itu , ternyata didasarnya ada pemandangan
yang  sangat  bagus, bagaikan kawah gunung yang  di  hiasai  oleh
aneka  batu  yang berubah-rubah warna  nya.  Berulang  kali  saya
menyelam, sambil melatih kemampuan dan daya tahan paru-paru. Dari
kecil  memang  saya suka menyelaman dan  bertanding,  siapa  yang
paling  tahan  nafas dan paru-parunya. Dan dengan  menyelam  pula
saya tembus curahan air terjun yang deras, karena dari bawah  air
yang dalam ini hempasan dan terpaan Air terjun tak begitu terasa.
Masuklah  saya  ke balik Air terjun, dari balik ini  saya  seakan
terkurung oleh gemuruhnya air terjun. Saya nikmati betapa enaknya  
di kurung oleh air terjun.
   


 
Kemudian  kami  naik ke pinggir tempurung  dari  sana,  enak 
terjun.  Dulu  saya senang terjun loncat indah, tapi  kini  badan 
sudah  gemuk.  Saya coba menghayunkan  badan  tinggi-tinggi  lalu 
terjun kepala, dengan tangan di kembangkan , dengan gaya  terbang 
saya terjun, dengan jurus Elang menyambar ayam. Tapi karena sudah 
tua dan badan sudah gemuk, manuever  loncat indah yang saya laku­
kan  justru  mengundang ke lucuan,  teman-teman  tergelak  ketawa 
karena  kucu menyaksikan orang gemuk bergaya loncat  indah.  Kami 
terkekeh-kekeh.  Ah  berenang yang sangat mengasyikkan  di  Lubuk 
tempurung.
   


 
Kemudian semua teman mulai mendaki menyelusuri dinding  batu 
yang  terjal di samping air terjun. Sayapun tak mau  ketinggalan, 
tapi  saya  tak biasa mendaki di batu yang licin  dan  tak  punya 
peggangan. Karena takut saya memanjat tebing itu dengan hati-hati 
sekali. Tapi karena terlalu hati-hati, justru terpicak batu licin 
berair  serta berlumut, tak ayal lagi saya terluncur, saya  tergu 
ling-guling jatuh, teman-teman berteriak. "Hati-hati kata Armijn­
Raymon.  Bagaimana mau hati-hati orang sudah jatuh. Dibatu  licin 
itu  saya coba menggapai, namun tak satupun  tempat  berpenegang. 
Saya takut, ngeri pasti luka-luka atau patah. Untunglah   jatunya 
langsung masuk sungai sehinggat tubuh ini selamat. Andaikan  saya 
jatuh  terhempas ke  atas batu yang mengaga di bawah  tentu  saya 
sudah  luka-luka atau patah-patah. Teman-teman berteriak  kecema­
san.  "Ada yang patah atau luka". kata Sulaiman Saleh.  Untunglah 
Tuhan masih melindungi, saya hanya terbanting ke sungai.
   


 
Kami tak putus semangat. Memanjat terus di lakukan, Ternyata 
pemandangan yang lebih indah dan asyik, justru diatas dan di hulu 
lubuk  tempurung. Lubuk=lubuk kecil  yang indah  berwarna,  hijau 
dan  merah, karena dedaunan dan bunga yang yang larut  dalam  air 
yang bening dan jernih itu.
   


 
Karena  sudah  letih memanjat . Terjatuh  dan  terguling  di 
tebing  yang terjal, ditambah dengan suasana yang sangat  nyaman, 
asri dengan semilir angin di deaunan, diikuti desah air sungai di 
celah  batu-batu  besar, di tengah hutan lebat  itu,  menyebabkan 
saya  terlena  dalam tidur yang nyenyak. Ternyata  tidur  nyenyak  
tidak hanya di atas Alga Sring bed, tapi diatas batu tanpa  kasur 
dan  bantal  , juga sangat enak. Sehingga  saya  baru  terbangun, 
ketika Irsyad anak saya yang bungsu melempari saya dengan  dedau­
nan. Dia terkekeh dan teman-temanpun tertawa terbahak-bahak.  
ð73
Š
   


 
Jam  sudah  menunjukkan pukul 12 siang, kami  harus  pulang, 
dengan kenangan yang tak kunjung hilang dari ingatan. Bahwa lubuk 
tempurung, bukanlah sembarang lubuk, dia telah mengalahkan lubuk-
lubuk  yang lain. Dari dalam lubuk hati yang terdalam saya  kagum 
dan bersyukur pada Alllah, karena di lubuk itu terbayang  tangan-
tangan  dan tanda kebesaran Allah dalam ciptaannya  ini.  "Allahu 
Akbar,  Maha Besar Engkau Ya Allah yang telah menciptakan  tempat 
yang  se Indah ini" Di satu hari saya akan kembali dan saya  akan 
terjun  dan berenang lagi, seperti nikmatnya hari ini. Minggu  10 
Februari 1996.
   


 
Untuk semua itu saya panjatkan puji Syukur padanya dan  saya 
teringat  akan  sebuah  Firman  sucinya  dalam  Al-Qur'an   surat 
Al_Baqarah Ayat 74:
"Kemudian  hatimu telah menjadi keras seperti batu,  malah  lebih 
keras  (dari pada batu). Padahal diantara batu-batu itu,  sungguh 
ada  yang mengalir sungai-sungai, ada yang  terbelah-belah,  maka 
memancurlah  air,  dan ada pula yang turun  karena  takut  kepada 
Allah.  Dan Allah tiada lalai dari perbuatan-perbuatan yang  kamu 
lakukan".


P a d a n g  10 Februari 1996

Tidak ada komentar:

Posting Komentar