Jumat, 18 Oktober 2013

D E N G K I


Oleh Dr.H.K.Suheimi


Saya  iba,  saya  kasihan kepada  orang-orang  yang  dengki,
karena  mereka sedang sakit, dengki adalah penyakit  yang  sangat
susah  dan  sukar  mengobatinya. Orang dengki  selalu  resah  dan
gelisah.  Resah melihat kelebihan orang, gelisah melihat  kebaha­
giaan orang, matanya liar mengintip kelebihan  yang menimpa orang
lain  dan dia cemburu, Telinganya di buka lebar-lebar ingin  tahu
rahasia  orang,  mulutnya "monyong" komat  kamit  dan  bergunjing
kasana  sini,  mempergunjingkan dan kalau perlu  memfitnah  orang
yang di dengkinya. Dia susah tidur, fikirannya selalu pada  orang
lain, dan fikirannya  tak pernah merasa puas dan di dalam hatinya
tak  ada  rasa syukur. Dia ndak bisa konsentrasi,  dia  tak  bisa
menyatukan dan mengarahkan fikirannya, karena fikiran dan hatinya
selalu terbelah, terbelah karena ingin "mencikaroi" orang lain.

Saya  lebih kasihan lagi karena orang pendengki  tak  pernah
tenang dan tentram, matanya telinganya dan hatinya di penuhi oleh
debu-debu  kedengkian.  Tak boleh melihat orang lebih.  Dia  akan
berusaha  melalui ucapan dan perbuatannya untuk  menjatuhkan  dan
mencelakakan  orang lain. Kalau tak mampu sendiri dia minta  ban­
tuan  pada orang lain.Kalau orang lain juga tak mampu  dia  minta
pertolonganapada mahkluk halus dan pada syetan. Kalau perlu  biar
sama-sama  tidak mendapat atau sama-sama kehilangan,  asal  orang
yang  di dengki itu jatuh dan celaka. "Ndak lalu dandang  di  aie
didarek di tajakkan juo"

Saya  teringat  cerita seorang teman  tentang  seorang  yang
dengki  ndak  boleh melihat tetangganya berlebih. Satu  kali  dia
dapat keberuntungan , dia boleh minta apa saja pasti  dikabulkan,
"memintalah"  kata  sang dewa "Kau boleh meminta apa  saja,  tapi 
ingat  setiap kali kau meminta "satu", aku akan  beri  tetanggamu
"dua".  Lantas dia berfikir kalau aku meminta sebuah mobil  tentu
tetangga  akan dapat dua mobil. Kalau aku minta rumah satu  tentu
dewa akan memberi tetangga dua buah rumah. Setelah dia  berfikir-
fikir, lalu dia meminta dan berdo'a : "Butakanlah mataku sebelah,
agar  tetangga  bisa buta kedua matanya". Biar dia  "Celek"  asal
tetangganya "Buta". Kira-kira begitulah penyakit yang diidap oleh
si  pendengki. Dia menghancurkan dan merusak dirinya sendiri  dan
juga  menghabcurkan dan merusak orang yang di dengkinya.  Berbulu
matanya  dan berbulu hatinya melihat kelebihan orang  lain.  Baru
senang hatinya kalau orang lain sengsara dan dia selalu  berlebih
dari orang lain.

Saya lebih kasihan lagi sewaktu mendengar petuah sang  guru.
"Si pendengki itu bagaikan sedang menyalakan kayu api yang mersik
untuk membakar segala amal kebaikan yang pernah di kerjakannya".
Oh  betapa ibanya kita pada orang yang sedang di  timpa  penyakit
dengki.  Dia  sudah payah-payah membuat amal  kebaikan,  kemudian
dalam  waktu sekejap semua amal kebajikan itu ludes dimakan  api,
sebagaimana api sedang membakar kayu yang mersik.

Hasad berarti berbuat dengki, pelakunya di sebut hasid yaitu
orang  yang  pendeki.  Lalu kata guru saya  dengki  ini  termasuk
tatanan penyakit mental.

Stadium pertama dari penyakit mental ini disebut dengan  iri
hati, yaitu tak senang melihat orang lain mendapat  kenikmatan  ,
hatinya berbulu, kalau  tak segera di sembuhkan maka penyakit ini
meningkat dan naik jadi hasad, yaitu iri hati plus ia ingin  agar
kesenangan orang itu lenyap dari orang itu. Pada taraf Ini syetan
sudah  bersarang dan bertahta dalam lubuk jiwanya.  dan  berharap
dan  berupaya supaya kesenangan yang di rasakan orang  lain  itu,
hilang  pada  orang  itu dan kesenangan  itu  berpindah  padanya.
Stadium  ketiga kata guru saya adalah dendam. yaitu dengki  plus.
Dimana timbul keinginan menyakiti orang itu.

Semua  penyakit  ini, iri, dengki dan dendam,  pada  awalnya
berasal dari ria. Ria adalah rasa pamer ingin memperlihatkan  apa
yang  ada  pada  dirinya, suka menceritrakan apa  yang  ada  pada
dirnya  agar  dia dapat pujian. Komplikasi ria  ini  adalah  iri,
dimana dia takut kalau orang lain yang di puji. Orang Ria,  kagum 
pada  diri  sendiri dan dia menuntut agar orang  lain  juga  ikut
memujinya. Komplikasi berikutnya adalah dengki. Maka ia  berupaya
agar kesenangan itu hilang dari orang. Ini sudah merusak  pergau­
lan.

Yang ke tiga ialah takabur, sifat merasa dirinya besar. yang
lain  kecil. Orang lain kecil remeh. Yang hebat, yang  cakap  dan
yang berarti hanya aku.

Orang menjadi pendeki karena dia hanya tahu penomena  karena
tak  sanggup mencari hakekat. Ia hanaya tahu kulit tapi tak  tahu
isi. Dia mengerti kwantita tapi tak tahu kualita.

Orang  yang  tak  tahu hakikat ini gampang  iri  dengki  dan
dendam.  Karena  tak dapat mebedakan kuantita  dan  kualita.  Dia
mengalami proses pendangkalan iman, erosi iman.

Memang diantara berbagai penyakit ruhani, dengki atau  hasad
adalah salah satu yang paling berbahaya  untuk kehidupan manusia.
Kita  disebut   dengki kepada seseorang  jika kita  tanpa  alasan
yang  jelas,  apalagi alasan yang adil, serta  merta  tak  senang 
kepada segala kelebihan  atau keutamaan  yang di punyainya,  Ber­
bareng dengan itu kita terdorong melakukan firnah yi berita buruk
yang  tak  benar atau palsu. Jadi kedengkian  adalah  pertarungan 
sepihak  yi  si  pendengki menyerang sasaran  tanpa  sasaran  itu
mengetahui  apalagi  berdaya  mengelak dan  melawan.  Karena  itu
kedngkian  acap kali  benar-benar mencelakakan  atau  menjatuhkan
orang yang menjadi sasaran itu

Saya teringat pesan Rasulullah "Jauhilah olehmu kedengkian ,
sebab kedengkian itu  memakan segala kebaikan  seperti api  mema­
kan kayu bakar yang kering ". Kerna dalam kedengkian itu   dengan

sendirinya tersembunyi keinginan agar orang lain celaka,  sebagai
bukti ada kepalsuan dalam perbuatan baik kita, karenanya  seluruh
perbuatan baik kita akan musnah, ibarat rumah kertas yang dilahap
api  kedengkian  sendiri sebab apalah arti  kebaikan  jika  tidak
dilandasi oleh itikad kebaikan, semua amal tergantung pada niat.
Dengki dapat menjadi pangkal kesengsaraan  orang bersangkutan 
sendiri. Dan memang tak ada orang yang dengki yang tidak menang­
gung  jenis kesengsaraan  tertentu . Mengapa? Sebab perasaan  
benci kita  kepada seseorang  yang menjadi sasaran kedengkian 
kita justru kebahagiaan  orang lain.
    


 
Berarti  bahwa "Kebahagiaan " orang lain itu hanyalah  hasil 
refleksi   atau  pantulan kaca situasi batin  yang  merasa  tidak 
bahagia.   "Rumput  di balik pagar sendiri nampak  lebih  segar". 
Jadi  dibalik, berarti rumput dalam pagar sendiri  selalu  nampak 
lebih layu. Akibat rasa rendah diri, tapi dapat lebih gawat yaitu 
akibat   ke  tidak mampuan bersyukur kepada  Allah.  Itu  berarti 
bahwa   secara  tidak sadar  kita mendefinisikan  kehidupan  kita 
pada kehidupan orang lain , jika ia bahagia kita merasa sengsara, 
dan  jika ia sengsara kita merasa bahagia, maka  seorang  pendeki 
dengan  sendirinya   selalu gelisah, karena  di  hantui   perasan 
kalah dengan orang lain. dan kesengsaraan itu menjadi-jadi ketika 
kedengkian  nya  itu membuat nya bertindak hanya  sekedar  hendak 
mengalahkan orang lain. Itu tindakkan tidak sejati  dan tindakkan 
tak  sejati mustahil membaewa ke bahagiaan. Maka untuk  menangkal 
kedengkian,kita harus selalu pandai bersyukur kepada Alah. Dengan 
memnajatkan puji syukur dan mensyukuri apa-apa yang telah di beri 
dan di tentukan Tuhan untuk kita, akan mengurangi dan menhilanga­
kan rasa dengki dan iri. Disamping itu kita uga minta  perlindun­
gan pada Allah terhadap orang-orang yang Hasid apabila dia  deng­
ki.
    


 
Untuk  semua itu saya teringat akan sebuah  Firman  Suci_Nya 
dalam  Al_qur'an   surat Al Falaq ayat 5  :"Aku  berlindung  dari 
kejahatanorang yang dengki apabila ia dengki ".


P a d a n g   5 Februari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar