Selasa, 22 Oktober 2013

BATU KRETA



Oleh : Dr.H.K.Suheimi

Waktu  kecil, hampir tiap minggu saya di bawa ayah  ke  batu

kreta,  makan-makan dan memancing disana. Itulah saat-saat  baha­

gia,  gembira  berkumpul bersama ayah ibu dan  adik-adik.  Betapa

asyiknya  sewaktu kail dilarikan ikan, dan betapa lezatnya  hasil

pancingan itu di bakar di tempat itu dan dilahapnya juga  disitu.

Maka  bagi kami sekeluarga batu kreta adalah tempat  yang  takkan

mungkin dilupakan, seribu kenangan dan seribu nostalgia  terting­

gal  di  batu  kreta. Batu kreta, entah kenapa  pulau  kecil  itu

bernama batu kreta saya ngak tahu, biasanya pulau-pulau di  Indo­

nesia namanya sesuai dengan keadaan kampungnya, tapi pulau  kreta

mempunyai nama tersendiri, saya teringat akan kepulauan kreta  di

Yunani.  Mungkin  yang memberi nama batu kreta  ini  bukan  orang

awak.  Mungkin nama batu kreta ini di beri  oleh  Belanda  karena

konon kabarnya Belanda yang pertama kali menginjakkan kakinya  di

Sumatera Barat ini adalah didaerah Painan yaitu di Pulau  Cingkuk

didekat Batu Kereta itu.

Di batu Kreta itu ada satu goa bagaikan celah,seperti tempat

duduk alam, bagaikan singgasana, diatasnya ada tempat melengkung,

sebagai  tempat  berteduh  dari teriknya  matahari  dan  lebatnya

hujan. Didalamnya ada tempat duduk bagaikan kursi yang hanya muat

untuk 2 orang. Enak sekali duduk di singgasana itu sambil merasa­

kan  tiupan angin laut dengan mata yang lepas ke laut luas.  Tali

pancing  di pegang juga, ikan di pandang jua, karena terkenal  di

sana  banyak sekali ikan Karang. Ikan-ikan yang  beraneka  warna,

dan beraneka rupa, ikan-ikan yang lincah dan liar, bagaikan ikan-

ikan  hias  yang bermain diantara bunga-bunga karang.  Tak  puas-

puasnya  mata memandang dan menatap ikan-ikan  disana.  Ikan-ikan

itu  jelas terlihat bermain di kedalaman laut jernih dan  membiru

itu. Kata setengah orang , kalau ingin menghilangkan dan menjauh­

kan  stress,  tataplah ikan yang sedang bermain.  Tempo-tempo  di

tengah-tengah  lautan luas tampak ikan Lumba-lumba yang  mengham­

burkan badannya ke permukaan laut.

Kalau pasang lagi surut, kita dapat berlari-lari menuju batu

Kreta.  Satu  kali kami pergi kesana dalam keadaan  pasang  surut

sekali,  sehingga rumput-rumput laut tampak mencuat keatas.  Rupa

nya  diantara  rumput laut itu banyak ikan-ikan  yang  terkurung.

Ikan-ikan  yang  waktu pasang naik  mereka  bermain  disitu,  dan

sewaktu  pasang  surut mereka tertinggal dan  terkurung  diantara

rumput-rumput laut, tinggal kami memilih dan memasukkan ikan-ikan

itu ke dalam rantang. Penuh juga sejenjeng rantang, alhamdulillah

rezki yang tak diduga-duga.

Hari  ini  saya datang lagi ke sini, ke Batu  Kreta,  tempat

saya bermain dan memancing di waktu kecil. Kembali saya coba  dan

ulangi  lagi memancing, dapat beberapa ekor, tapi  ikan  sekarang

tidak sebanyak dulu. Lebih banyak saya bermenung dari pada memba­

las dan menarik tali pancing yang sedang di makan ikan, ikan yang

saya tangkap sekarang tidak sebanyak dulu.

Dalam  renungan itulah, saya lihat dan saya perhatikan  satu

demi satu batu karang dan batu-batu yang bertebaran di Batu kreta

itu, terlihat semua batu itu berwarna hitam, berbeda  dengan batu

dipulau-pulau  yang lainnya. Diatas batu hitam itu  pulalah  saya

duduk  bermenung dan merenung, banyak sekali batu-batu hitam  ini

di  sepanjang pulau dan di sepanjang jalan akan sampai  ke  pulau

itu, sebagaimana banyaknya batu hitam yang saya jumpai di  daerah

Lumpo.  Kalau kita tarik garis antara lumpo sampai ke Painan  dan

terus ke P. Kreta dan lanjut ke P. Cinggkuk yang banyak batu-batu

hitam  itu. Lalu saya ber angan-angan, jangan-jangan  batu  hitam

yang  saya  saksikan itu adalah batu bara. Karena  ternyata  batu

bara  yang terdapat di Lumpo. Dimana yang kali penambangannya  di

lakukan  oleh  Belanda  dan baru-baru ini juga  di  tambang  oleh

rakyat  setempat.  Ternyata  Batu Bara di Lumpo itu  adalah  Batu

Bara  yang  sangat  baik, jauh lebih baik  di  bandingkan  dengan

batubara-batubara di tempat lain,  kalau di bakar, akan menimbul­

kan  api  yang berwarna biru, yang berarti enersi  yang  dihasil­

kannya  sangat  tinggi. Oh Kalau-kalau di sepanjang  jalan  antar

lumpo,  painan  dan  Batu kereta di penuhi oleh  Batu  bara  yang

bermutu tinggi?, berarti kekayaan yang di kandung di dalam  tanah

itu tak ternilai. Saya ndak dapat bayangkan kekayaan yang terpen­

dam, bagaikan harta karun, tapi selama ini hanya kita injak-injak

dan belum di manfaatkan.

Agaknya  perlu penelitian untuk mengetahui berapa  juta  Ton

Batu bara yang mengendap dan tersimpan di daerah ini.  Sebagaima­

na,  berapa  banyaknya emas yang juga  terpendam  di  Bukit-bukit

Salido  Kecil dan sekitarnya, sehingga di Zaman penjajah  Belanda

daerah  ini  di jadikan sebagai tempat tambang emas  dan  tambang

batu bara. Mungkin di zaman dulu, Belanda telah mempunyai  titik-

titik tertentu, daerah-daerah dimana terdapat tingginya kandungan

barang  tambang itu. Sehingga kalau kita lihat,  didaerah  inilah

cukup banyak peninggalan-peninggalan Belanda ; Seperti Benteng di

Pulau  Cingkuk,  Pemandian  di Bayang Sani  serta  Pusat  listrik

Tenaga Air di salido Kecil, serta bekas-bekas tambang emas  disi­

ni.  Tinggal kita saja lagi sebagai penduduk negeri ini,  menimba

dan  menggali  kekayaan  alamnya.  Jangan  sampai  penduduk  yang

menghunyi lahan dan tanah yang penuh harta karun itu, hidup dalam

nestapa kemiskinan.

Salah  satu cara kita mensyukuri nikmat Allah  ialah  dengan

memanfaatkan  apa-apa  yang  di turunkan dan  di  beri_Nya  untuk

hamba_Nya.  Dia  telah turunkan nikmat  yang  sebanyak-banyaknya,

kenapa  kita membiarkan dan tidak memanfaatkannya? Didalam  batu,

didalam  perut bukit ternyata banyak harta dan kenikmatan.  Tuhan

selalu  suruh  kita agar berusaha, memecah batu,  menggali  bukit

agar kita dapat memetik sesuatu dari padanya. Bahkan sewaktu kaum

nabi musa dalam kehausanpun Tuhan menyuruh Nabi Musa untuk  memu­

kul  batu.  Untuk  semua itu saya  teringat  akan  sebuah  Firman

suci_Nya  dalam  Al_Qur'an surat Al-Baqarah  ayat  60  :"Ingatlah

ketika  Musa  memohon  air untuk  kaumnya,  lalu  Kami  berfirman

:"Pukullah  batu  itu dengan tongkatmu".  Lalu  memancarlah  dari

padanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengeta­

hui  tempat  minumnya (Masing-masing). Makan dan  minumlah  rezki

yang  di  berikan Allah, dan janganlah kamu berkeliaran  di  muka

bumi dengan membuat kerusakkan".


P a d a n g  8 September 1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar