Selasa, 22 Oktober 2013

MASA DEPAN KOPERASI JEMAAH MESJID



    Oleh : Dr.H.K.Suheimi

[1]

    


 
Saya  teringat  akan masjid di kampung,  ketika  kecil  saya 

sering bermain dan menghabiskan waktu disana. Mesjid yang  sangat 

sederhana, hanya ruang lepas tanpa pembatas dan dapat di  masukki 

oleh  siapa saja dan kapan saja. Masjid ini sangat  akrab  dengan 

penduduk  di kampung itu, apa saja upacara sering di  lakukan  di 

mesjid. Karena sederhananya maka Masjid ini cocok untuk  penduduk 

kampung  yang juga sederhana. Di mesjid kampung itu tak ada  batu 

pualam dan tidak ada hiasan yang menjolok dan berlebihan-lebihan. 

Mungkin  karena  ia tak berdiri untuk kasih  ujud  apapun  selain 

sebagai  tempat  ibadah . Ia merupakan cerminan  dari  masyarakat 

yang  tak merasa perlu pamer karenanya ia intim  dengan  penduduk 

disekitarnya.  Masjid  di kampung kita juga bukan  masjid  tempat 

menyimpan makam dan kuburan orang besar, dalam kandang yang kokoh 

dan wangi-wangian yang di kotori taburan uang penderma, ia  bukan 

gemerlap, sementara orang di luar hidup zuhud atau papa.

    


 
Masjid  di kampung kita bukan melambang kekuasaaan   dan  ke 

wibawaan  serta  keangkuhan dan kepngahan, tempat  berbangga  dan 

membanggakan diri.

    


 
Sedangkan  sekarang di Mesjid-mesjid megah biasanya  bertemu  
ð73[1] 
 
ð73[1] Škekuasaan  para  pembesar agama dengan pembesar  negeri.  Kadang-

kadang pertemuan itu mulia, kadang-kadang tidak. Dan yang ulaman­

ya  se akan harus menyebut bahwa Mesjid ini berdiri  oleh  karena 

bantuan  dan  sumbangan  para pembesar dan  orang-orang  kaya  di 

negeri  ini, sambil mencantumkan menyodorkan daftar  nama  orang-

orang  yang memberi bantuan itu kepada setiap tetamu yang  datang 

dan berdecah kagum. 

    


 
Bangunan memang mencerminkan sikap orang yang mendirikannya.  

Sebagai contoh lihatlah, Mesjid Sultan Harun di Kairo yang sering 

di  sebut  sebagai teladan arsitektur Islam  yang  elok,  seorang 

arsitek Mesir sendiri pernah berkata "Bila saya sendiri di Masjid 

Sutah Harun, dimanakah tempat saya?".Ia mengakui Betapa  monumen­

talnya bangunan itu, tapi ia mencatat bahwa masjid itu di  bangun 

untuk  lambang  kekuasaan dan ke wibawaan Sultan  dan  pemerinta­

hannya.  Justru  ketika pemikiran dan peradaban  Islam  di  titik 

terendah dan sangat statis.

    


 
Namun  bangunan-bangunan besar  sering hanya bisa di  topang 

oleh kekuasan yang mutlak dan menghabiskan dana yang mencekik.

    


 
Mesjid,  memang  bisa jadi sesuatu yang  berlebihan,  sebuah 

isyarat tentang iman, tapi juga kepongahan.

    


 
Saya  teringat akan sebuah kisah, seorang miskin  yang  papa 

ingin  melaksanakan shalat Jum'at di sebuah Mesjid  besar.  Namun 

karena ke papaannya dia ragu dan termangu-mangu di depan  Masjid. 

Pakaiannya  yang  lusuh dan baunya yang tak  sedap  tidak  sesuai 

dengan  jemaah  yang  shalat di Mesjid itu  dan  lebih-lebih  tak 

sesuai dengan ke indahan dan keagungan Masjid yang berlpis pualam 

dan berukir air emas. Betapa inginnya si papa bersuhud  menyembah 

Allah  di  Mesjid  yang megah itu, namun dia  tak  memiliki  kain  
ð73[1] 
 
ð73[1] Šsarung, auratnya tak tertutup. Dalam ia ragu, termangu-mangu  dan 

ingin beribadah menyembah Tuhannya dengan tulus dan ihklas,  pada 

saat  itu pula datang seorang kaya dengan wewangian  di  tubuhnya 

dengan pakain yang gemerlap dan indahnya. Dan dengan kasarnya  si 

kaya  ini menegur si papa :"Eh mengapa kamu disini,  mau  mencuri 

sandal  ya  !". Betapa iba hati si papa, ia  ingin  mendekat  dan 

beribadah  di Mesjid, tapi dia di hina dan di tuduh mencuri  sen­

dal.    Pelan-pelan   mesjid   itu   di   tinggalkannya,    iapun 

berlalu,"Memang tempatku bukan disini" desahnya pelan.Iia mengadu 

kepada  Tuhannya  dan  ia ingin selalu  medekatkan  dirinya  pada 

Tuhan.  Tuhanpun mengiringi kepergiannya dan Tuhan selalu  bersa­

manya, akhirnya dia shalat sendirian ditepi  sungai, dengan Tuhan 

di  hatinya, terasa saat Shalat sendirian di tepi  sungai  seakan 

Tuhan  sangat dekat dan bertambah dekat, dan Tuhan tidak  mening­

galkannya, Tuhanpun ada disitu di dekatnya. Orang papa itu  pergi 

meninggalkan mesjid dan orang kaya yang sombong dan kasar itu, di 

temani  oleh Tuhan. Dan Tuhanpun meninggalkan orang kaya  itu  di 

Mesjid  yang  mewah. Apakah Tuhan juga meninggalkan  Masjid  yang 

berisi ke angkuhan dan kesombongan serta isinya yang serba pamer, 

kita ndak pernah tahu.

    


 
Lalu  saya berfikir bagaimana usaha agar si papa tidak  lagi 

meninggalkan Mesjid, dan si papa dapat kita rangkul bersama, agar 

kitapun  memperoleh do'anya? sehingga Tuhanpun selalu bersama  si 

papa dan bersama kita?. 

    


 
Banyak  Masjid  yang mewah dan megah tapi tak  berjiwa,  tak 

bersemangat,  kurang darah., lesu tak ada kegiatan, tak ada  apa-

apanya. Kadang-kadang terkunci, karena takut kalau ada  pencoleng 

yang masuk Masjid. Seperti kuburan cina saja, megah, mewah mahal,  
ð73[1] 
 
ð73[1] Štapi  didalamnya  hanya  ada bangkai yang tak  bernyawa  dan  tak 

berjiwa.

    


 
Di  Masjid tempat berkumpulnya penduduk di  sekitarnya.  Dan 

setiap penduduk yang masuk Masjid ingin berbuat baik dan  beramal 

serta  beribadah. Artinya di Masjid lebih mudah menghimpun  orang 

dan lebih mudah memilih orang-orang yang terbaik dan  orang-orang 

yang  mau  bekerja dan berkorban. Ini adalah  modal  yang  sangat 

besar. Ditunjang lagi oleh suasana mesjid yang luas, aman tentram 

dan pekarangan yang luas. Letak sebuah Masjid biasanya di tengah-

tengah pemukiman penduduk, maka komunikasi dengan penduduk  seki­

tarnya  sangat  mudah di laksanakan. Di  Masjid  airnya  mengalir 

dengan  lancar  dan  bersih, dan harga air  melalui  PDAM  adalah 

dengan  tarif sosial, sangat murah dan mudah.  Begitupun  Listrik 

juga dengan tarif yang sangat rendah. Dan setiap apapun yang akan 

di  kerjakan dan di amalkan di Mesjid sangat mudah  di  beritakan 

dan di pasarkan apalagi jika di embel-embel dengan kata amal  dan 

ibadah di ujungnya. Dengan potensi dan aset yang demikian,  sebe­

tulnya  di Masjid harus bisa banyak dikerjakan hal-hal yang  mena 

rik hati masyarakat. Dan yang lebih penting lagi, apapun usaha di 

Masjid,  angka penyelewengannya jauh lebih rendah,  hampir-hampir 

tidak ada atau nol. Maka pemuda yang di besarkan di pekerjakan di 

Masjid akan lebih rendah penyelewengannya dan lebih mudah mengem­

bleng  pribadinya,  sebagai yang di contohkan  Rasul  mengembleng 

pemuda  di  dalam Masjid. Mengajarnya memanah,  berkuda,  berolah 

raga dan mencari kehidupan melalui Masjid.

    


 
Misalnya dengan harga listrik yang rendah, tempat yang tidak 

perlu menyewa, serta belum di incar oleh pajak dan dapat  memilih 

tenaga  yang  baik dan trampil di tambah dengan  ujungnya  adalah  
ð73[1] 
 
ð73[1] Šibadah,  maka  pekerjaan-pekerjaan  di bawah  ini  agaknya  dapat 

segera di mulai untuk meramaikan Measjid di masa depan.

    


 
1.  Foto Copy, harga listrik murah, tempat  tidak  membayar, 

kejujuran  bisa di dapat. Pasaran adalah semua yang masuk  Mesjid 

di  minta untuk memfoto copy semua kegiatannya di Masjid, dan  di 

niatkan  sebagai Ibadah untuk menolong pemuda yang putus  sekolah 

dan meanmbah lapangan kerja serta meningkatkan SDM dalam  mengen­

taskan  kemiskinan.  Pemuda yang bekerja di Masjid  ini  otomatis 

akan bersedia membersihkan Masjid, karena Masjid juga di  samping 

berfungsi  sebagai pendamai hati, tapi juga  tempat  menentramkan 

perut.  Maka ia akan sungguh-sungguh karena di Masjid ada  periuk 

nasinya, dan mereka inipun setiap waktu shalat akan  menghidupkan 

Shalat berjemaah.

    


 
2.  Mesin Jahit, atau mesin jahit pinggir  yang  menggunakan 

listrik,  karena  banyak jahitan di pasar  yang  mencari  tukang-

tukang jahit. Dan selama mesin jahit ini berjalan dan berbunyi di 

Masjid  maka  selama itu pulalah pahalanya akan  mengalir  kepada 

orang yang mendermakannya bagi orang-orang miskin yang selama ini 

susah mendapatkan pekerjaan dan penghasilan.

    


 
3. Mendirikan toko koperasi yang menjamin kebutuhan  sehari-

hari  para penduduk di sekitar Masjid. Sehingga masyarakat  tidak 

perlu jauh-jauh mencarai kebutuhannya ke Pasar yang sudah  kurang 

aman serta jauh, perlu  parkir lagi dst. Dan sekalian  ditanamkan 

bahwa  dengan berbelanja di koperasi masjid akan menambah  ibadah 

karena dilaksanakan dalam rangka memajukan Masjid.. Koperasi  itu 

adalah milik mereka dan mereka merasa memiliki dan ingin  memaju­

kan koperasinya sendiri. 

    


 
Karena koperasi ini di Masjid, biasanya untuk membeli  bahan  
ð73[1] 
 
ð73[1] Šapakah  melalui  dolog dll lebih mudah dan  murah,  dan  pasarnya 

sudah  jelas dari kita untuk kita, dari pada harus jauh-jauh  dan 

memperkaya orang yang beda agama dengan agama kita.

    


 
4.  Mesjid  akan  bertambah ramai jika  di  lengkapi  dengan 

perpustakaan.  Untuk buku-bukunya, cukup minta bantuan ke  pener­

bit-penerbit, biasanya buku akan dapat di peroleh  atau ke  dewan 

dakwah  di jln Matraman Raya no 45. Atau dari donatur-donatur  di 

sekitar  mesjid untuk menyumbangkan buku-bukunya.  Dengan  embel-

embel, setiap kali buku itu di baca orang, amalnya akan  mengalir 

kepada  yang  mendermakan, sekalipun bangkainya  telah  luluh  di 

dalam  kubur.  Tapi kebanyakan perpustakaan  Masjid  yang  tampak 

selama ini adalah bagaikan gudang buku. Buku-buku disana menumpuk 

tak  pernah di baca, karena lemari pustakanya di kunci, dan  kun­

cinya  di  simpan dan di bawa pergi oleh garin yang  berdinas  di 

luar,  sehingga buku itu berdebu sebagai bukti tidak di baca  dan 

tidak  di  buka oleh jemaah. Padahal perpustakaan  adalah  tempat 

yang strategis untuk menimba ilmu dan berdiskusi.

    


 
5.  Karena  Listrik harganya murah, bisa di buat  mesin  air 

listrik,  dan  airnya dapat di buat kolam. Saya  terkesan  dengan 

Masjid  di  Mlaysia yang membuat kolam di  tengah-tengah  Masjid, 

sehingga  susananya menjadi dingin dan sejuk, orang  di  dalamnya 

merasa  nyaman.  Dan ikan-ikan yang di pelihara dalam  kolam  itu 

dapat pula jadi sumber dana untuk pembanguanan Masjid.

    


 
Jadi  bagi  mereka yang di percayakan jadi  pengurus  Mesjid 

terbuka  peluang  dan  kesempatan untuk  memakmurkan  Masjid  dan 

memakmurkan penduduk sekitarnya. Kesalahan kita selama ini adalah 

tidak melihat peluang dan tidak memanfaatkan peluang yang  sangat 

besar dan berharga ini.  
ð73 Š
    


 
Dari sini dan dengan cara beginilah agaknya akan menimbulkan 

kecintaan orang pada Masjid, dan Masjidnya berjiwa karena  banyak 

gerakkan  dan  kegiatan  yang dapat di tampung  di  dalam  sebuah 

Masjid ternyata sangat banyak dan berdampak positif.

    


 
Sebagai penutup. Masjid akan jadi ramai apabila Masjid dapat 

memenuhi  dan  menjawab  kebutuhan penduduk  di  sekitarnya,  dan 

penduduk  betul=betul merasakan bahwa Masjid adalah miliknya  dan 

berusaha  memelihara, meramaikan dan memakmurkan Masjid dan  juga 

memakmurkan  penduduk sekitarnya. Untuk semua itu  saya  teringat 

akan sebuah Firman suci Nya dalam surat At Taubah ayat 18 :

    


 
"Hanya  yang  memakmurkan Masjid-Masjid Allah  ialah  orang-

orang  yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,  serta  tetap 

mendirikan  Shalat,  menunaikan  zakat dan  tidak  takut  (Kepada 

siapapun)  selain kepada Allah, maka merekalah  orang-orang  yang 

diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk".





Dibacakan Pada Diskusi Umum Jemaah Masjid di Masjid Raya Ganting

14-15 Mei 1994. Padang
















 
ð73[1]
 
ð73[1] Š

Tidak ada komentar:

Posting Komentar