Senin, 28 Oktober 2013

IDUL FITRI 2



 Oleh : Dr.H.K.Suheimi

 Allahuakbar 9 X

Takbir dan Tahmid berkumandang  melepas Ramadhan yang  telah
menempa   dan  mengasah jiwa kita  dan kita  menyambut  1  syawal 
dengan  kelahiran pribadi muslim  dengan segala  atributnya  yang
indah.  Dengan takbir dan tahmid kita lepaskan  bulan  kesembilan
Hijriah dengan takbir dan tahmid pula kita sambut kelahiran  itu,
Sebagaimana  dulu  pada saat kelahiran   kita   setelah  sembilan
bulan dalam kandungan ibu, kita pun disambut dengan takbir,  azan
dan  qamat di telinga kanan  dan kiri , sebagai rasa  syukur  dan
pengakuan   akan  kebesaran Allah swt. Dahulu  kita  lahir  tanpa
membawa  dosa, kinipun demikian setelah berpuasa dengan iman  dan
ihklas , seperti saat dilahirkan ibu.

Id  berarti  kembali. Fithr atau fitrah berarti  kesucian  ,
agama  yang benar atau asal kejadian . Apabila kita duduk  terme­
nung  seorang  diri, pikiran melayang, Disaat   kesibukkan  hidup
atau  keharuan  hati telah teratasi terdengaralah  suara   nurani
mengajak   berdialog  mendekat atau menyatu  dengan sesuatu  yang
mutlak,  ialah  Allah , mengantar kita  untuk  menyadari   betapa
lemahnya  manusia dihadapan Nya dan betapa kuasa dan perkasa  Dia
Yang  Maha  Agung itu. Suara yang kita dengar itu   adalah  suara
lahiriah  .  Setiap orang memiliki fitrah itu  ,  karena  terbawa
serta  olehnya  sejak lahir walau sering kali, karena  kesibukkan
dan  dosa  ia terabaikan sehingga suaranya demikian  lemah  tidak
terdengar  lagi . Suara fitrah itulah yang di  kumandangkan  pada
hari  lebaran   Allahu  akbar   alahu akbar .  Bila  kalimat  itu
benar-benar  tertancap  di dalam jiwa  akan hilanglah  segala  ke
tergantungan kepada unsur-unsur  lain kecuali kepada Allah  sema­
ta. Tiada tempat bergantung dan tiada tempat menitipkan  harapan,
tiada  tempat mengabdi kecuali kepadaNya semata . Tiada ada  lagi
rasa  takut  yang menghantui dan mencekam tiada pula  rasa  sedih 
yang akan mengindap dan mencekam.

Cobalah  beridul  fitri  cobalah kembali   kepada  fitrah  ,
rasakan  kebesaran  dan kekuasaan Allah.  Sadari  kelemahan   dan
kebutuhan  anda di hadapanNya . Maka ketika itu kita akan  merasa
berani  walau sendirian, aman walaupun tanpa kawan,  dan  bahagia
walau  hampa  tangan . Orang-orang beriman  merasa  tentram  jiwa
mereka karena mengingat  Allah , begitu pesan kitab suci
Dengan  beridul  fitri dalam arti kembali  kepada  kesucian,
jiwa kita kembali sebagaimana keadaannya  sebelum di nodai dosa ,
prasangka buruk dendam kesumat, dengki, culas dan khianat. Dengan
kesucian jiwa kita akan memandang segala sesuatu dengan pandangan
positif.  Kita selalu berusaha  mencari yang baik yang benar  dan
yang  indah.  Mencari yang indah  melahirkan seni.  Mencari  yang
baik  akan  melahirkan etika , mencari  yang  benar  menghasilkan
ilmu  .  Beridul  fiti pada hakekatnya  mengantar  kita   menjadi
seniman, budiman  dan ilmuwan


Kalau  idul fitri di fahami  sebagai kembali   kepada  agama 
yang  benar  ,  ini menuntut insan  yang  merayakannya   menjalin
keserasian  hubungan   karena keserasian tersebut  adalah   tanda
keberagaman  yang  benar, agama menuntut keserasian   hubungan  .
Makna  tersebut   juga  menuntut lahirnya  upaya  menasehati  dan
tenggang  rasa  sehingga setiap yang beridul fitri   harus  sadar
bahwa  masing-masing  dapat melakukan kesalahan dan dari kesadar­
annya ini ia bersedia menerima nasehat , serta memohon maaf.

Dari sini lahir kesungguhan melakukan shilaturrahim.  Shilat 
berarti menyambung  dan menghimpun. Ini berarti hanya  yang putus
dan terserak  yang di tuju oleh shilat itu. sedangkan rahim  pada
mulanya  berarti  kasih sayang ,  kemudian  berkembang   sehingga
berarti pula kandungan- karena anak yang di kandung selalu menda­
patkan  curahan  kasih sayang . Bukan  bersilatur  rahim  namanya 
orang   yang membalas kunjungan  atau pemberian, yang  bersilatur
rahim adalah  yang menyambung apa yang pernah putus
Kata maaf asalnya  berarti "Menghapus" karena yang memaafkan  
menghapus  bekas-bekas  luka di hatinya. Bukanlah memaafkan  nama
nya   apabila  masih tersisa bekas-bekas  di dalam  hati  apalagi
bila masih ada dendam membara

Cobalah  beridul fitri dalam makna ini kita  akan  merasakan 
ketenangan  hidup dan kebahagiaan yang tiada taranya  ,  sehingga
dapat mengantar anda meneteskan air mata keharuan cinta yang  tak
terbendung
Ber idul fitri dalam arti kembali  ke asal kejadian  mengan­
tarkan  kita akan kesadaran bahwa manusia adalah  mahkluk  rohani
dan jasmani bahwa mereka semua adalah ber asal dari satu kejadian 
dan  kesemuanya menghimpun satu umat . Karena itu setiap  manusia
di wajibkan memikirkan kesejahteraan orang lain  bahkan di wajib­
kan  bermurah hati kepada semua wujud

Allahu akbar 3 X

Perintah  Tuhan  pada manusia adalah  seperti  yang  tertera 
dalam  sebuah  FirmanNya. "Katakan ya Muhammad, hanya  satu  saja 
perintahKu  pada kamu sekalian, hendaklah Kamu  berdiri  seorang-
seorang  atau  berdua-dua menyembahku dan  kamu  berfikir"  Dalam 
perintah  ini tertera bahwa perintahNya yang satu ialah  berzikir 
dan  berfikir. Begitupun dalam ayat yang pertama  diturunkan  itu 
adalah perintah untuk mengingat Allah atau berzikir dan berfikir. 
Maka  Zikir dan berfikir adalah perintah Tuhan yang pertama  pada 
manusia.
   


 
Terlihat  bahwa  orang yang berkualitas  adalah  orang  yang 
zikir dan berfikir. Orang yang berfikir ini juga di suruh  berfi­
kir  dengan  menghitung laba rugi. "Hisab  dan  hitunglah  dirimu 
sebelum  datang  hari  perhitungan". Marilah  kita  coba  membuat 
neraca,  apakah  selama ini kita beruntung  atau  merugi.  Jangan  
ð73 Šsampai, "dihitung dagangan berlaba, rupanya pokok yang termakan"
   


 
Karena  orang  yang rugi adalah  orang-orang  yang  waktunya 
berlalu, tapi keimanannya tidak bertambah. Ialah 0rang-oang  yang 
waktunya berlalu tapi amalnya tidak bertambah; Ialah  orang-orang 
yang waktunya berlalu,  tapi kebenarannya tidak bertambah.  Ialah 
orang-orang yang waktunya berlalu tapi  kesabarannya tak  bertam­
bah. Sebetulnya bulan  Ramdahan adalah bulan yang memberi peluang 
untuk menambah pahala, pahala hanya dapat di jemput dengan  amal, 
amal di bulan puasa dinilai dan diberi penghargaan sangat tinggi, 
maka tiap detik waktu dalam bulan Ramadhan adalah waktu dan detik 
yang sangat berharga, maka tak ada alasan di bulan Ramadhan boleh 
menunda-nunda  pekerjaan,  berpuasa  bukanlah  berarti  kita   ke  
hilangan  etos kerja. Jadi disamping pekerjaan sehari-hari  untuk 
memenuhi  kebutuhan  hidup  yang tak boleh  di  tinggalkan  harus 
ditambah dengan pekerjaan ekstra dan pekerjaan tambahan lain yang 
akan  menambah  nilai  dan kualitasnya  sebagai  manusia.  Banyak 
rangkaian  amalan yang justru dianjurkan dalam bulan  puasa,  ada 
nilai   tambah dangan nilai tambah amalan, maka rangkaian  amalan 
inilah yang secara beruntun membimbing dan membawa kearah perole­
han  pahala  yang banyak, makanya amal dan  kerja  telah  dimulai 
sejak  mulai sahur, subuh pagi... dst, setiap detik adalah  detik 
yang  harus di pertanggung jawabkan. Makanya siang dan  malam  di 
bulan  Ramadhan adalah ada amal tambahan, seperti juga  ibadahnya 
bertambah  dengan  shalat Tarwih, tadarus, berzakat  dll.  Dengan 
demikian  kita  raih pahala, dan orang yang paling  banyak  dapat 
meraih  pahala  dialah yang di sebut  Pahlawan.  Karena  Pahlawan 
adalah  mereka  yang banyak memperoleh pahala.  Pahlawan  berasal 
kata dari pahala.
   


 
Puasa,  imsak, menahan dan mengendalikan diri,  pengendalian 
yang  datang dari dalam diri sendiri. Memang mudah  mengendalikan 
orang  lain,  memberi perintah, menyuruh dan  memberi  instruksi, 
tapi  betapa sukarnya memerintah dan mengendalikan  diri  sendiri 
dan  mengerjakan  apa yang di suruh kan pada  orang  lain  supaya 
dikerjakan oleh diri sendiri lebih dulu.
   


 
Di  bulan Ramadhan dianjurkan memulai usaha  berangkat  dari 
mesjid,  dan  melekatkan hati di Mesjid. karena mesjid  di  zaman 
Rasul  bukan hanya untuk shalat saja, tapi juga  untuk  amal-amal 
nyata  yang  lain. Dan ada satu hadis Rasul yang  berkesan  ialah 
:"Di  akhirat kelak. Disaat tidak ada perlindungan, disaat  tidak 
kemana lagi untuk mencari perlindugan, maka yang masih di lindun­
gi  dan dapat perlindungan adalah pemuda yang hatinya terkait  di 
Mesjid",  tentu bukan berarti tidur-tiduran didalam mesjid,  tapi 
adalah  bekerja,  menuntut ilmu akhirat dan  ilmu  duniawi  serta 
menghasilkan kerja  yang bermanfaat dan berguna untuk  meningkat­
kan kemampuan diri dan untuk lingkuangannya, sehingga pemuda  ini 
lahir sebagai manusia yang bermanfaat dan berkualitas tinggi.
   


 
Puasa bertujuan meningkatkan iman, meningkatkan amal, menja­
di orang yang lebih berguna, menjadi orang yang berkualitas yaitu 
menjadI  orang yang taqwa, karena disisi Tuhan, tinggi  rendahnya 
seseorang  itu  tergantung dari  ke  takwaan  serta  pengabdianya 
untuk sesama dan untuk Tuhannya. Manusia yang berkualitas  adalah 
manusia  yang bermanfaat bagi sesamanya.
   


 
Sebetulnya tidak ada alasan didalam bulan puasa boleh  meun­
da-nunda pekerjaan dan bermalas-malasan, membuang-buang hari  dan 
membuang-buang umur, merintang-rintang puasa. Peluang dan  kesem­
ð73 Špatan  yang terbuka luas di bulan ini adalah  untuk  dimanfaatkan 
dan di perhitungkan sebaik-baiknya. Siapa yang berpuasa di  bulan 
Ramadhan  dengan  penuh ke imanan dan penuh perhitungan  akan  di 
ampuni  dosa-dosanya yang lalu. Jangan sampai yang di  perolehnya 
hanya sekadar haus dan lapar.
   


 
Orang  yang  rugi  adalah  orang-orang  yang  waktu-waktunya 
berlalu, tapi kebenanarannya tidak bertambah. Seharusnya kebenar­
an itu sebanding dengan umur, makin bertambah umur makin  bertam­
bah  kebenaran, namun masih ada kita lihat, makin bertambah  umur 
makin  membenarkan semua cara, tidak bisa membedakan  halal  atau 
haram,  sama  saja baginya yang yang benar dan yang  salah.  Asal 
tujuannya tercapai, semua di halalkan. Seharusnya semakin  tinggi 
kedudukan seseorang semakin bertambah kebenaran yang di  anutnya, 
tapi  masih terlihat orang yang berkedudukkan  tinggi  melecehkan 
nilai-nilai kebenaran.
   


 
Orang  yang rugi adalah orang=orang yang  waktunya  berlalu, 
tapi keasabarannya tak bertambah, karena tak sedikit pula  terja­
di,  semakin tua semakin pemarah, semakin nyinyir, suka  mencari-
cari  kesalahn orang lain, berfikiran negatif, dan  berprasangka, 
sehingga kalau di ukur banyak yang menderita tekanan darah  ting­
gi.  Mudah tersinggung, pembantu tidak hormat dan tidak  menjong­
kok,  dia  tersinggung, kurang bawahan melapor di hardik  dan  di 
maki. Di bulan Puasa yang seharusnya bisa mengendalikan diri  dan 
lebih  sabar,  tapi yang terjadi justru  sebaliknya.  seakan-akan 
puasa  dijadikan  alasan untuk dapat membenarkan  boleh  marah  , 
boleh menunda pekerjaan dan boleh bermalas=malas. Agaknya  penda­
pat dan cara yang demikian adalah keliru.
   


 
Orang  yang  rugi adalah orang yang menipu  dan  orang  yang 
tertipu.  Orang yang menipu juga rugi, salah satu contoh  menipu, 
ialah sewaktu ada yang berikrar mengatakan :"Inna Shalati Wanusu­
ki,  wa mahyaya, wamamatii, Lilahirabbil  'alamin".  sesungguhnya 
shalatku,  ibadahku hidupku dan matiku hanya  semata-mata  karena 
Allah seru sekalian alam. Tentu dia dikatakan menipu kalau  semua 
itu tidak di amalkannya. Maka banyak para ulama menganjurkan do'a 
iftitah  yang di baca itu di ganti dengan "Allahumma bait,  baini 
wa baina dst" Ya Allah jauhkanlah antara diriku dan  kesalahanku, 
sebagaimana Engkau menjauhkan Timur dan Barat dst....".
   


 
Orang  yang merugi adalah mereka yang berpusa, tapi yang  di 
perolehnya hanya sekedar lapar dan dahaga. Ini dapat di ukur  dan 
dilihat  dari perangainya sesudah bulan puasa, apakah  sama  saja 
perangai dan tingkah lakunya, sebelum dan sesudah bulan Ramadhan. 
Ramdhan  baginya  berlalu begitu saja, tanpa  merubah  sikap  dan 
perangainya.
   


 
Kita  berharap kiranya bulan puasa ini dapat  merubah  nafsu 
amarah  dan  nafsu  lawwamah menjadi  nafsu  mutmainah,  sehingga 
sewaktu  menghadap Tuhan kelak, kita di panggil dengan  panggilan 
:"Ya aiya tu hai nafsu mutmainnah..... Wahai jiwa yang tenang dan 
tentram,  kembalilah  kepada Tuhanmu dalam keadaan Ridha  dan  di 
Ridhai.  Masuklah  ke dalam golongan hamba-hambaku  dan  masuklah 
kedalam syorgaku.
Allahu akbar 3 X walilahilham

M a g e k  3 Maret 1995
 
ð73

Tidak ada komentar:

Posting Komentar