Kamis, 17 Oktober 2013

MENGGELEPAR



Oleh : Dr.H.K.Suheimi

Mangkin kuat gelepar seekor ikan makin sehat ikan itu,  tapi

jika geleparnya sudah mulai kendor maka kendor pula kesehatannya,

sampai satu saat dia tidak menggelepar lagi sebagai pertanda nya­

wanya sudah berpisah dengan badannya, dia sudah mati. Kalau sudah

mati dia tak berharga lagi, sebentar kemudian ikan itupun  membu­

suk. Nikmatnya memancing justru terletak pada gelepar dan  tarik­

kan  ikan, semakin kuat dia menarik dan semakin  kencang  pancing

dilarikannya,  serta semakin keras geleparnya maka semakin  asyik

si  tukang  pancing, lepas candu dan  tagiahnya.  Menjelang  ikan

dapat,  menjelang  pancing  di sentuhnya saat  itu  pulalah  bagi

pemancing  saat-saat yang paling bahagia dan paling nikmat,  mem­

permainkan  ikan  dan menangkapnya. Tapi begitu ikan  itu,  sudah

mulai  menurut,  tak bertenaga, memancingpun  tak  begitu  nikmat

lagi, tak ada perlawanan.

Kenapa  mengeleparnya ikan pula yang jadi ceritra kali  ini,

adalah  karena  saya  saksikan ikan itu  mahalnya  terletak  pada

geleparnya, semakin mengelepar ikan itu semakin mahal nilainya.

Begitupun waktu saya di mekkah, waktu membeli ikan, ternyata

jauh  sekali  perbedaan harga antara ikan yang  sudah  lama  mati

dengan ikan segar, dan semakin mahal lagi perbedaan harga  antara

ikan  yang mati dengan ikan yang masih hidup, apalagi yang  masih

kuat  geleparnya. Perbandingan harga antara yang hidup  dan  yang

mati ini sampai 3 kali lipat. Rupanya di mana-mana begitu.  Teman

saya  Ir amris justru meng ekspor ikan-ikan mas hidup ke   Malay­

sia, dan di Malaysia ikan-ikan hidup itu tetap di usahakan hidup.

Dan  ikan-ikan  hidup inilah yang di konsumsi, ternyata  baik  di

Malaysia maupun di Singapura, banyak orang mencari ikan segar dan

ikan hidup walaupun harganya mahal. Lebih-lebih di Jepang ternya­

ta  ikan hidup ini menempati tempat yang lebih lagi dengan  harga

yang  jauh  lebih mahal. Waktu saya lihat ke  bungus,  ikan--ikan

yang layak untuk di ekspor ke jepang harus memenuhi  syarat-syar­

at,  antara lain ikan itu tak boleh rusak, tak boleh terluka  dan

tak  boleh yang banyak terhempas. Karena ikan yang terluka,  pro­

teinnya  akan rusak, protein yang rusak ini cepat  sekali  membu­

suknya.  Apalagi  pada  setiap sel yang sudah  mati,  disana  ada

proses  auto lisis dari enzym-enzym. Semakin rusak  ikan  semakin

hancur proteinya semakin bekerja enzym autolisis, Kalau autolisis

sudah  terjadi  tentu yang dimakan  adalah  protein-protein  yang

sudah rusak, yang sangat-sangat kurang bermanfaat di  bandiungkan 

dengan protein yang baik dan utuh. Makanya saya berfikir tentulah 

orang-orang  di luar negeri sangat menghargai kehidupan  dan  mau 

membayar  mahal ikan-ikan yang hidup. Lihatlah semakin lama  ikan 

mati semakin berubah bentuknya , berubah warnanya, berubah baunya 

dan  berubah  pula rasanya. Wajar  kalau  harganyapun  berbanding 

lurus  dengan lama kematian, semakin lama dia mati semakin  murah 

harga  nya.
ð73 Š
   


 
Lalu  saya teringat, di kampung saya banyak ikan-ikan  segar 

yang mengelepar, alangkah baiknya kalau masing-masing kita  mema­

kan ikan yang masih segar dan hidup-hidup, jauh lebih manis, jauh 

lebih  harum,  jauh  lebih gurih dan jauh  lebih  bermanfaat  dan 

sangat  baik untuk kesehatan. Bayangkan orang  mendatangkan  ikan 

dari Padang ke Malaysia pakai pesawat, berapa harganya itu, namun 

permintaan dari Malaysia tetap banyak, karena mereka tahu  betapa 

tingginya nilai ikan yang masih hidup. 

   


 
Saya teringat di sekitar kota padang banyak orang memelihara 

ikan-ikan  yang dapat kita ambil langsung ke tempatnya  dalam  ke 

adaan hidup dan segar. Alangkah beruntungnya kita di daerah  ini, 

bahwa ikan yang hidup itu tidak begitu mahal. Peluang dan  kesem­

patan untuk hidup sehat, bergizi dapat asam lemak tak jenuh  yang 

banyak pada ikan yang di kenal juga dengan nama omega.

   


 
Untuk  itulah  saya ingin memanggil semua  masyarakat  untuk 

lebih mengutamakan makan ikan yang sedang menggelepar dan memakan 

ikan  yang  sehat  dan segar. Caranya agaknya  bisa  saja  dengan 

membeli  ikan  di kolam-kolam kemudian  kita  istirahatkan  dalam 

kolam-kolam di rumah masing-masing yang untuk sewaktu-waktu dapat 

kita  nikmati, sehingga yang kita makan adalah betul-betul  ikan-

ikan  yang masih menggelepar. Anjuran Tuhanpun agar  kita  selalu 

memakan  makanan  yang halal dan taib, halal dan baik.  Baik  ini 

adalah yang belum tercemar yang belum rusak dan belum busuk serta 

belum teracun. Memang yang baik dan bagus untuk kesehatan hargan­

ya  agak sedikit mahal, tapi demi kesehatan mahal  sedikit  untuk 

tubuh  kita, kan ndak apa-apa. Padahal untuk yang lain  kita  mau 

berugi-rugi, kenapa untuk kesehatan tubuh kita terlalu  berhitung 
 
ð73 Šdan tak mau memilihkan yang terbaik?

   


 
Entah kenapa saya selalu asyik kalau melihat ikan  berenang, 

dan  kapanpun  saatnya saya selalu menyaksikan  ikan  itu  sedang 

berenang,  pagi maupun petang, siang maupun malam.  Setiap  detik 

waktunya di gunakan untuk berenang. Berenang membutuhkan  energi, 

dan energi yang di ambil oleh ikan berasal dari protein dan  asam 

lemak  tak jenuh yang terbaik yang di milikinya, sehingga  dengan 

apa  yang  di milikinya itu ikan mampu  bergerak,  mampu  bekerja 

siang dan malam. Ah kalau kita juga memiliki protein dan  zat-zat 

yang  terkandung dalam ikan, tentu kapasitas kerja dan  kemampuan 

kerja  kita dapat pula di tingkatkan setiap detik  siang  ataupun 

malam.  Maka pantas bangsa-bangsa yang gemar makan  ikan,  lebih-

lebih  ikan-ikan yang segar dan hidup menjadi bangsa yang  sangat 

maju. Maju dalam pekerjaannya dan maju daya pikirnya, setiap  de­

tiknya  adalah  detik-detik yang berharga.  Lebih  bernilai  lagi 

kalau setiap langkah yang di langkahkannya adalah langkah-langkah 

yang  menuju dan mencari ke RedhaanNya. Karena tidaklah  Jin  dan 

manusia  itu di ciptakan, melainkan untuk mengabdi padaNya.  Lalu 

kita  susunlah langkah demi langkah, yaitu  langkah-langkah  yang 

akan  selalu  mendekatkan  kita pada  Nya,  langkah-langkah  yang 

efektif  dan efisien, pekerjaan dan buah pemikiran  yang  berman­

faat,  dengan sumbernya yang berkhasiat dan bermanfaat.  Ternyata 

sumber  makanana  yang sehat dan bermanfaat itu terletak  dan  di 

temui di dalam ikan-ikan yang segar dan hidup. Ikan hidup didalam 

air,  dan  air adalah sumber kehidupan. Untuk itu  saya  teringat 

akan  sebuah Firman suciNya dalam surat Al An biyaa'  (Nabi  atau 

pembawa pesan) ayat 30 :

 
ð73 Š
   


 
"DAn  apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui  bahwa­

sanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu. 

Kemudian  Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari pada air   Kami 

jadikan  segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka  tiada 

juga beriman?".



P a d a n g  21 Maret 1994

Tidak ada komentar:

Posting Komentar