Jumat, 25 Oktober 2013

P O L I G A M I



Oleh : .K.Suheimi

Heboh Poligami mengingatkan saya pada tulisan sejawat saya  dr Faisal Baaras. Tulisannya bagus dan mengena. Dulu selalu ada rubriknya di Kompas, dan setiap kali ada nama ini saya selalu membaca dan mengikutinya, menyentuh, hal-hal manusiawi, dapat di jadikan renungan dan pedoman dalam meniti kehidupan ini.
Dalam salah satu tulisannya betapa Poligami dapat menggiring seseorang pada sakit jantung. Saya kira pada saat ini tulisan seperti ini di butuhkan masyarakat, ada baiknya tulisan seperti itu kita ulang dan sebagai penghormatan pada  sejawat Faisal Baaras yang saya kagumi, tulisan yang tanpa menggurui  dan mungkin akan di alami oleh  kita, selamat membaca.

Lelaki itu memang dirawat disini. Tak banyak yang tahu, apa yang menyebabkannya sampai harus berada disini. Yang di ketahui mereka hanyalah-lelaki itu kena serangan jantung. Dan itu "megerikan" kata mereka "masa depanpun hilang". Tetapi mengapa sesungguhnya lebih penting-- sesuatu yang menjadi sebab utama sehingga lelaki itu terpaksa harus berada disini?.
"Saya harus mengatakannya terus terang dokter. Ini semua gara-gara isteri saya"  Isteri Anda?
Lelaki itu mengangguk pelan "Ya, dialah yang menyebabkan saya sampai begini, saya stress berat selama ini karena dia"
apakah isteri anda tahu?
"Tidak" suaranya pelan tertahan
Dalam suatu percakapan yang panjang kemudian akhirnya terungkaplah bahwa tak seluruhnya stress yang dialaminya di sebabkan oleh istri. Istrinya yang mana? Lelaki itu memang mempunyai dua istri muda yang sampai hari ini tak pernah transparan
Itulah sebabnya segala sesuatu yang tak pernah transparan, akan selalu menyebabkan stress.
Pada mulanya hidup mereka memang bahagia. Perkawinan yang diiringikebo giro 30 tahun yang lalu diawali masa pacaran yang hangat dan menghanyutkan. Mereka saling mencintai. Saling menyayangi. Anak pertamapun lahir mengentalkan percintaan ini. Anak kedua anak ketiga. LAlu adakah cinta masih kental, ketika semua mulai rutin dan menjadi biasa, karena waktu? Peretengkaran-pertengkaran kecil, perbedaan-perbedaan yang selama ini tak tampak, batasan-batasan yang selama ini terpelihara, kini kian cair perlahan tak terasa
"Saya tak tahu kenapa" katanya suatu hari
Tiba-tiba saja pertengkaranitu meletup,tak mengenal waktu, tak mengenal tempat. Ada saja hal-hal kecil yang menyebabkannya yang tak masuk akal. Dan tak mudah mengatasinya.
"Saya gampang jengkel belakangan ini" akunya "Entah kenapa, saya ingin sekali menghindari pertengkaran-pertengkaran itu sebenarnya, tapi tak pernah bisa saya lakukan. Ada saja tingkah lakunya yang membuat saya jengkel. Lalu saya memendamkannya diam-diam. Saya hanya memendamnya. Istri saya telah berubah, dokter. Ia jadi cerewet sekali sekarang. Dan saya tak suka itu. Siapapun tak suka istrinya cerewet" ujarnya dengan nada tinggi.
Mengapa anda tak mengatakannya? "Mengatakanbahwa saya tidak suka cerewet? itu sama artinya dengan menyulut pertengkaran baru. Dan dia selalu siap untuk itu"
"Lalu anda kawin lagi secara diam-diam?
"Ya" Kata lelaki sambil menghapus sebutir keringat yang mengulir di puncak hidungnya. "Tiba-tiba saja saya kepingin kawin lagi. Saya rindu berada disamping seorang wanita yang lembut, dengan tutur kata yang halus, yang telatan mendengar saya, yang tulus dan mengerti saya. Apakah ini merupakan kerinduan yang wajar yang akan menyiksa setiap laki-laki, pada saat perkawinan mereka yang diantar kebo giro itu sudah berlangsung 30 tahun Saya tidak tahu, yang jelas, bahwa keinginan itu makin hari makin menyiksa saya.
Menggelisahkan saya. Lalu sayapun kawin secara diam-diam, agar tidak ribut. Perkawinanyang tidak transparan- menurut anda dok
"Apakah anda bahagia?" Lelaki itu tak segera menjawab.
"Kalau saya bahagia" suaranya kemudian perlahan hampir tak terdengar."Tak munglin rasanya saya samapai berada di sini"
Ia pun mengeluh dalam. Apakah ia menyesal? Apakah ia menyesal mempunyai alur hidup yang seperti itu tak pernah terungkap apakah ia menyesal mempunyai istri kedua Kita tak mungkin mengetahuinya. Yang kita tahu adalah betapa tak mudahnya mengembangkan komunikasi dalam satu perkawinan yang telah berlangsung demikian lama. Komunikasi sering pupus dan tak pernah bisa disambung lagi. Kita tak pernah tahu mengapa komunikasi antara suami istri dalam satu ikatan perkawinan yang sudah puluhan tahun, sukar berjalan dengan baik. Komunikasi macet total, sehingga banyak pertengkaran-pertengkaran meletup hanya karena hal-hal kecil. Komonikasi telah mati, strespun kian memerah bagaikan magma di bumi.
Itulah yang dialami lelaki itu selama ini. hidup mereka tak pernah serasi lagi
Alangkah mudahnya perubahanitu terjadi" bisiknya perlahan, Siapakah yang bisa meramalkan perjalanan nasib seseorang sebelumnya? Dan siapakah yang bisa meramal perjalanan nasib seseorang sebeleumnya dan siapakah yang bisa memastikan apa yang akan terjadi sesudahnya?
Beberapa hari kemudian lelaki itu terkena serangan jantung. Begitu kuatkah efek stress terhadap kesehatan jantung seseorang?
Stress memang merupakan faktor risiko koroneer yang dominan,tapi sukar diidentifikasi "Dan poligami merupakan salah satu stres yang amat kuat.
Sesungguhnya stress serimg kali tidak terbaca dan tidak tercatat. Stres mungkin saja hanya berupa satu perasaan yang kurang nyaman, atau suatu kecemasan, kegelisahan, kekuatiran, jengkel, marah ataupun suatu perasaan tertekan yang tidak jelas ujudnya
Semua perasaan yang tidak nyaman itu bila khronis berulang dapat mengganggu fungsi tubuh
Banyak orang menyangkal bahwa stress menggerogoti dirinya secara diam-diam tanpa disadarinya. Karena stress memang tidak banyak menyebabkan keluhan, kecuali bila telah terjadi gangguan pada fungsi tubuh.
Manusia cendrung merasa ada saja yang kurang di sepanjang hidupnya. Dan perasaan seperti itu sesungguhnya merupakan satu wujud stress yang khronis yang tida disadari. Selama satu keinginan belum dapat di raihnya, seseorang akan selalu merasa tak enak dan mungkin tidak bahagia. Dan dia berfikir alangkah indahnya jika semua itu dapat di capai. Tapi kenyataannya tidak selalu indah seperti yang di bayangkan. Begitu satu hasrat terpenuhi, pada saat itu pula sudah timbul hasrat yang lain lagi. Dan tiba-tiba ia merasa kurang dalam hal lain. kurang dalam cinta, kekuasan, seks, uang, materi, prestse, pujian, pengakuan dsb



Tidak ada komentar:

Posting Komentar