Rabu, 23 Oktober 2013

LAPAR DAN DAHAGA



Oleh : Dr.H.K.Suheimi

Lapar  dan dahaga bukanlah tujuan puasa, namun banyak  orang berpuasa,  tapi yang di perolehnya hanya sekedar haus dan  lapar. 

sebagaimana  yang di jelaskan Oleh Nabi Muhammad  s.a.w  :"Sekian

banyak orang-orang yang berpuasa yang tidak memperoleh hasil dari

puasanya kecuali lapar dan dahaga".

Hal  ini disebabkan banyak orang yang ndak tahu serta  tidak

menghayati apa tujuan puasa yang sebenarnya. Lalu apa yang  sebe­

narnya  di tuju dari puasa? Untuk itu marilah kita kembali  berta

nya pada AL_Qur'an. Puasa di garis bawahi oleh Al-Qur'an  sebagai

bertujuan  untuk  memperoleh  Takwa".  Tujuan  tersebut  tercapai

dengan menghayati arti puasa itu sendiri. Puasa atau pengendalian

diri terhadap segala keinginan dan segala kebutuhan.  Sebagaimana

kita tahu didalam kehidupannya, manusia mempunyai banyak  kebutu­

han  yang  secara garis besarnya dapat di kelompokkan  pada  lima

kebutuhan pokok yaitu

1. Kebutuhan faali (makan,minum, dan hubungan seksual)

2.  Kebutuhan  akan ke tentraman dan keamanan

3. Kebutuhan akan keterikatan pada kelompok atau kebutuhan sosial

4. Kebutuhan akan rasa penghormatan

5. Kebutuhan akan pencapaian cita=cita

Kebutuhan  kedua  tidak akan mendesaknya  sebelum  kebutuhan

pertama terpenuhi. Bahkan seseorang dapat mengorbankan  kebutuhan

berikutnya, bila kebutuhan sebelumnya belum terpenuhi. Sebaliknya

seseorang yang mampu mengendalikan dirinya dalam kebutuhan perta­

ma,  akan dengan mudah mengendalikan kebutuhan-kebutuhannya  yang

berada  pada posisi berikutnya.

Seseorang   berkewajiban  mengendalikan  dirinya   berkaitan

dengan  kebutuhan-kebutuhan  yang pertamma  atau  faali  tersebut

dalam waktu-waktu tertentu. Maka kebutuhan terhadap makan,  minum

dan  hubungan  seksual dalam bulan puasa, tidak  boleh  dilakukan

pada  waktu-waktu  tertentu,  yaitu mulai  terbit  fajar,  sampai

terbenam matahari.

Langkah  utama  untuk itu dilakukan  dengan  berpuasa,  yang


mengantarkan  kita  kepada  taqwa dan yang  mempunyai  ciri  yang

sangat  luas:  sama halnya dengan Al-Shirath  Al-Mustaqim  (jalan

yang luas lagi lurus), sehingga karena keluasan dan  kelurusannya

ia  dapat menampung banyak jalan yang berbeda-beda selama  jalan-

jalan tersebut penuh dengan kedamaian.

Al_Hasan Al_Basri menggambarkan keadaan orang yang  meladani

Tuhan  sehingga  mencapai tingkat takwa  yang  sebenarnya  dengan

ungkapan :"Anda akan menjumpai orang tersebut; teguh dalam  keya­

kinan,  teguh tapi bijaksana, tekun dalam menuntut ilmu,  semakin

berilmu  semakin  merendah, semakin berkuasa  semakin  bijaksana,

tampak wibawanya didepan umum, jelas syukurnya dikala  beruntung,

menonjol kepuasaannya dalam pembagian rezeki, senantiasa  berhias

walaupun miskin, selalu cermat, tidak boros walaupun kaya,  murah

hati  dan  murah tangan, tidak menghina,  tidak  mengejek,  tidak

menghabiskan  waktu dalam permainan, dan tidak  berjalan  membawa

fitnah, disiplin dalam tugasnya, tinggi dedikasinya, serta terpe­

lihara  identitasnya, tidak menuntut yang bukan haknya dan  tidak

menahan hak orang lain. Kalau di tegur ia menyesal, kalau  bersa

lah ia istighfar, bila di maki ia tersenyum sambil berkata: "Jika

makian  anda benar, maka aku bermohon semoga Tuhan  mengampuniku.

Dan jika makian anda keliru aku bermohon semoga Tuhan mengampuni­

mu".

Rasulullah menggambarkan bahwa :"Seseorang hamba akan mende­

katkan  diri kepad_Ku (Tuhan), hingga Aku mencintainya, dan  bila

Aku (Tuhan) mencintainya, menjadilah pendengaran_Ku yang di guna­

kannya  untuk mendengar, penglihatan_Ku yang  digunakannya  untuk

melihat,  tangan_Ku  yang  digunakannya  untuk  bertindak,  serta

kaki_Ku yang digunakanya untuk berjalan (Hadis Qudsi).

Dan ciri takwa yang lain adalah;

"Apabila ia mengajak kepada kebaikan, maka ia akan  mengajak

dengan lemah lembut, tidak dengan kekerasan dan tidak pula dengan

kecaman  atau  kritik.  Ia akan selalu  jadi  dermawan.  Ia  akan 

selalu  jadi  pemaaf , karena dadanya demikian  lapang,  sehingga

mampu menampung segala kesalahan orang. Ia tidak akan  mendendam,

karena ingatannya hanya tertuju kepada Yang Satu itu (Allah swt).

Untuk  itu  saya teringat akan panggilan Tuhan  pada  orang-orang

yang beriman dalam Surat Al_Baqarah 1yat 183:

"Hai  orang-orang yang beriman, diwajibkan  atasmu  berpuasa 

sebagaimana  telah  diwajibkan pada orang-orang  sebelummu,  agar

kami menjadi orang yang bertakwa".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar