Kamis, 17 Oktober 2013

G O L F


Oleh : Dr.H.K.Suheimi


Hari ini 31 Januari 1994 saya dapat kesempatan belajar  Golf

di  lembah  hijau diatas sebuah bukit indah berbunga  di  kawasan

puncak Ciloto. Enak memang belajar Golf, diawali petunjuk tentang

bermacam-macam  stick  tongkat pemukul yang setiap  jenisnya  mem

punyai tujuan dan fungsi tersendiri. Kemudian latihan memukul  di

tempat  tertentu. Bagi pemula disuruh memukul 100  bola.  Setelah

diberi  teori  tentang tongkat dan kiat memukul  dan  mengarahkan

kemana  bola  yang  akan dituju. Lalu  dianjurkan  untuk  memakai

sarung  tangan,   kalau tidak tangan jadi mudah  lecet  jari-jari

terkelupas.  Apalagi  untuk saya dianjurkan sekali  pakai  sarung

tangan,  karena jari-jari dan tangan saya sangat di perlukan  dan

digunakan  untuk  menolong persalinan dan operasi.  

    



 
Belajar  main Golf memakan waktu yang agak lama  juga,  saya 

belajar  memukul bola kecil di lapangan Golf di Lembah  Hijau  di 

puncak  Ciloto ber jam-jam. Lalu saya berciloteh :"Rupanya  makin 

tua  umur makin kecil bolanya yang di mainkan, ketika kecil  saya 

suka  main bola basket yang besar bolanya, kemudian beralih  jadi 

main bola kaki, lalu main voley makin kecil juga bolanya kemudian 

main  tenis,  bertambah kecil juga bolanya,  sekarang  di  lembah 

hijau saya main golf, bolanya semakin kecil, jangan-jangan  kalau 

sudah  tua  nanti  saya main kelereng  yang  bolanya  betul-betul 

kecil,  entahlah orang tua-tua mungkin suka memainkan  bola  yang 

kecil-kecil".  

    



 
Badan  terasa  enak dan segar, maklum di atas  bukit  dengan  
ð73[1] 
 
ð73[1] Šhamparan  rumput  yang hijau, pernafassan  terasa  lega.  "Jangan 

memukul  bola golf dalam keadaan tergesa dan terburu-buru".  Kata 

pelatih  "Kalau fikiran sedang kacau atau sedang stress dan  ter­

buru-buru maka pukulan jadi jelek ndak tentu kemana arahnya,  dan 

bolapun melenceng tak menentu". "Bermain Golf butuh kesabaran dan 

pengendalian diri yang tinggi", jelas pelatih 

    



 
Dalam Golf, konon seorang pemain adalah penciptanya sendiri. 

Dan  juga perusaknya sendiri. Ini adalah pertandingan  oleh  diri 

sendiri  dan  sementara itu juga melawan diri  sendiri.  Tak  ada 

kambing  hitam yang bisa disalahkan. Rusak dan  jeleknya  pukulan 

banyak  ditentukan dari dalam diri sendiri. Apa  yang  bergejolak 

dalam diri akan kentara waktu memukul bola.

    



 
Seorang  pe golf tidak menang dan lebih penting lagi  adalah 

tidak kalah, karena sukses atau karena kegagalan  orang lain. 

    



 
Ke  terpusatan  pada diri sendiri, itulah yang  umumnya  tak 

terlihat  oleh  para penantang ketika seorang  atlit  bertanding. 

Memang  ada  lawan, tapi pada akhirnya lawan terutama  ada  dalam 

diri sendiri

    



 
Barangkali  itulah  yang  dilupakan,  bahwa  berperang  atau 

bertanding mengalahkan orang lain adalah sukar, tapi lebih  sukar 

lagi  berperang  bertanding melawan diri sendiri.  Kebesaran  dan 

keperkasaan seorang atlit justru terlihat dalam diri seorang yang 

mampu  mengendalikan  dirinya,  kemampuannya  ber  perang  dengan 

dirinya  sendiri. Jika seorang atlit punya problem dalam  dirinya 

jangan  harap dia bisa jadi juara. Lalu saya teringat akan  pesan 

Rasul  sewaktu  kembali dari suatu perperangan besar  yang  telah 

menjatuhkan  banyak korban yaitu perang Uhud :"Kita baru  kembali 

dari  perang kecil untuk menempuh perang yang jauh lebih  besar".  
ð73[1] 
 
ð73[1] ŠPara sahabat bertanya:"Apakah ada peprangan yang lebih besar dari 

perang  Uhud ini Ya rasulullah?" "Ada" Jawab  Rasulullah  :"Ialah 

perang melawan diri sendiri". 

    



 
Memang  kita  rasakan bahwa berperang melawan  diri  sendiri 

jauh  lebih berat. Dan atlit yang sukses adalah atlit yang  telah 

mampu mengendalikan dirinya. Di lembah hijau saya diajar  mengen­

dlikan diri dan bertindak lebih sabar. Cuma ongkos untuk  belajar 

Golf dan peralatan Golf itu yang mahal. Memang ini permaian orang 

berduit,  kalau  saya sering-sering main golf tentu  habis  forat 

saya, mengingat sekali main harus mengeluarkan dana sekian.  Lalu 

saya  fikir-fikir, mungkin saya belum bisa masuk dalam  permainan 

kelas ini. 

    



 
Kemudian di Lemabh Hijau di puncak ciloto saya teringat akan 

Padang  hijau di B.Tinggi, dimana saya bersama teman-teman  pergi 

berburu  , mendaki menurun bukit, masuk keluar lembah,  menyusuri 

dan menyelusup kedalam  semak dan hutan belukar berburu babi. Dan 

setelah  dapat  buruan betapa lezatnya makan  bersama  di  puncak 

bukit. dan ternyata Padang hijau lebih hijau di bandingkan lembah 

hijau. Ternyata Padang hijau medannya jauh lebih berat.  Ternyata 

di  Padang hijau badan bermandikan keringat dan nafas lebih  ter­

senggal-senggal  mendaki pendakian yang terjal.  Kalau  kesehatan 

yang di capai mungkin akan sama. Tapi di padang hijau saya  dapat 

bersenda  gurau,  ketawaria dengan  seluruh  lapisan  masyarakat, 

sedangkan  di lembah hijau saya terpencil sendirian,  tak  banyak 

teman  yang  bisa  diajak ngomong. Dan yang  lebih  nyata  perbe­

daannya,  setelah  sehari penuh saya di  Padang  hijau,  ternyata 

tidak banyak mengeluarkan duit, sedangkan beberapa jam di  lembah 

hijau,  uang  saya banyak terkuras.  
ð73 Š
    



 
Makanya  hari ini 31 Januari 1994 saya tercenung  di  puncak 

lembah  hijau,  dan lamunan jauh melamun ke  kampung  halaman  di 

Padang Hijau di belakang Hotel B.Tinggi View. Dalam renungan  itu 

di  tempat yang hijau saya teringat bahwa di syorga  konon  warna 

yang  menonjol  adalah warna hijau untuk itu marilah  kita  simak 

akan sebuah firman suci_Nya  dalam A'_Qur'an surat Ar Rahman ayat 

64 :"Kedua syorga itu (Kelihatan) hijau tua warnanya".

    



 
Dan dalam surat AL_Kahfi ayat 31 :"Mereka itulah orang-orang 

yang  bagimereka syorga Adn, mengalir sungai-sungai  di  bawahnya 

dalam  syorga  itu mereka dihiasi dengan gelang  mas  dan  mereka 

memakai  pakaian hijau dari sutera halus dan  suteratebal  sedang 

merekaduduk  bersandar  diatas  dipan-dipan  yang  indah.  Itulah 

pahalayang sebaik-baiknya dan tempat istirahat yang indah".










Lembah Hijau Ciloto  31 Januari  1994

Tidak ada komentar:

Posting Komentar