Kamis, 24 Oktober 2013

S I N Y A R U



Oleh : Dr.H.K.Suheimi

Hilang si nyaru tampak pagai

Hilang di lamun-lamun ombak

Hilang si bungsu dek parangai

Hilang di mato rang nan banyak


Demikanlah  bait-bait  dalam dendang pauh  yang  dapat  saya

simak,  petuah dan pepatah dalam dendang Pauh ini enak di  dengar

dan  perlu  di simak dan dalam maknanya. Yang  saya  ingat  waktu

mendengar  dendangitu hanyalah pulau Sinyaru yang jauh di  tengah

lautan  Indonesia  yang dapat saya saksikan waktu  bertualang  ke

kepulaun  Mentawai, ke Pagai utara dan Pagai Selatan  dengan  ibu

kota si kakap dan sipora, kemudaian terus ke si berut Selatan dan

Utara  dengan  ibu kotanya Muara siberut  dan  Muara  Sikabaluan,

kemudian dengansampan kecil kami masuki sampai ke pedalaman pulau

yang  hanya dapat di tempuh melalui jalan-jalan sungai,  berhari-

hari  kami diatas sampan menuju desa-desa terpencil dan  terting­

gal.  Mendengar pulau si nyaru, saya teringat akan  kepulauan  di

sekitarnya yang pernah saya jalani dan tempat kami berkemah serta

bermalam.  Mulai dari pulau Nyamuk, pulau Pagang, Pulau si  kuai, 

pulau  Bintangur  dan pulau persumpahan.  Semua  pulau-pulau  itu 

pernah  kami singgahi dengan pengalaman-pemngalaman  yang  aduhai 

sangat indah untuk di kenang. Bermain, berlari, berenang,  menye­

laman,  bersampan,  memancing,  memanjat  kelapa  muda.  Malamnya 

mencolok,  menangkap  udang  bingkaro dan memburu  ikan.  3  hari 

bermalam dan mengelilingi pulau di tahun 68. Oh luar biasa senang 

dan nikmatnya. Dan betapa sedihnya ketika harus meninggalkan  dan 

berpisah  dengan  pulau dan teman-teman. Entah pabila  dan  entah 

kapan  lagi  bisa menikmati saat-saat seperti dulu.  Rasanya  tak 

akan  mugkin  lagi, apalagi sekarang, dimana hampir  setiap  hari 

menolong kelahiran bayi, atau melakukan operasi pada ibu-ibu yang 

menderita  tumor  dalam kandungannya. Rasanya  tak  mungkin  lagi 

bergembira  dan merasakan nimatnya bermalam di  pulau.  Sekembali 

dari  pulau badan terasa sangat segar dan semangat  kerjapun  me­

ningkat.

   


 
Sekarang  barulah saya sadari betapa laut itu telah  memberi 

kita nikmat yang sangat banyak. Rasakanlah, bukankah oksigen yang 

kita  hirup  ini, 70 % dihasilkan oleh laut, makanya  udara  yang 

paling  kaya dengan oksigen itu adalah di daerah laut.  Beruntung 

sekali saya bertempat tinggal di kota Padang di pinggir laut. Dan 

lembab nisbi dari udara ini yang terbaik di temukan di laut? Kita 

hirup  udara  dengan lembab nisbi yang tinggi, kita  hirup  udara 

dengan konsentrasi Oksigen yang tinggi, dan semua itu akan menam­

bah dan menyegarkan kesehatan kita. DAn ketika kecil berasal dari 

Pariaman,  dan kalau di Pariaman selalu bermain di pinggir  laut, 

dan  kalau  lebaran kami pergi ke Pulau Angso duo,  pulau  ujung, 

pulau tangah dan pulau Kasiak. Kalau sudah sampai di pulau rasan­
ð73[1] 
 
ð73[1] Šya  enggan  hati  ini untuk pulang. Di  pulau-pulau  itulah  saya 

menikmati  kebahagian masa kecil, mencari  kucing-kucing,  umang-

umang,  bintang laut dan berbagai permainan lainnya.  Laut  telah 

memuaskan dan membahagiakan hidup saya waktu kecil. Sekarang saya 

sadari  lagi,  ternyata apapun yang ada di darat  dapat  pula  di 

temui  di  laut, sebutlah protein, karbohidrat,  lemak,  mineral, 

minyak,  lihatlah betapa banyaknya pemboran minyak lepas  pantai. 

Setiap  apa  yang ada di laut adalah barang  dan  makhluk-makhluk 

berharga, sampai-sampai Teripang yang saya jijik melihatnya waktu 

kecil,  ternyata  memiliki  nilai protein dan  gizi  yang  sangat 

tinggi,  sehingga  harganya di luar negri, singapura  dan  jepang 

sangat-sangat mahal, tapi di pulau di kampung saya di buang-buang 

begitu saja. Sedangkan sampah laut atau rumputnya. Rumput lautpun 

mahal dan sangat berguna, pokoknya semua yang hidup dan tumbuh di 

laut mempunyai potensi ekonomi dan kesehatan yang sangat  tinggi. 

Tidak  salah  lagi orang yang menguasai laut adalah  bangsa  yang 

besar  dan  kaya. Bukankah Jayanya Inggeris  karena  mereka  bisa 

menaklukkan  dan memanfaatkan laut?, sehingga dia bisa  menguasai 

seluruh  dunia  dengan  segenap isinya?..  Bukankah  Bangsa  kita 

pernah  besar  dan  terkenal di zaman  Sriwijaya  dan  Majapahit, 

karena  nenek moyang kita gemar menempuh  samudra,  sampai-sampai 

kekuasaan  nenek moyang kita dahulu sampai ke  Madagaskar,  yaitu 

Amerika  Selatan di dekat Peru. Berarti nenek moyang  kita  telah 

mengharungi Samudra Pasifik. Itu makanya adat istiadat dan bahasa 

di  Madagaskar banyak miripnya dengan bangsa Indonesia.  Demikian 

terkenal  dan hebatnya nenek moyuang kita di zaman  dahulu  dapat 

kita simak dari alunan sebuah lagu

 
ð73 Š
   


 
Nenek moyangku orang pelaut

   


 
Gemar menmpuh luas Samudra

   


 
Menemuh ombak Tiada takut

   


 
Menghadang badai sudah biasa.

   


 
Nenek  moyang kita terkenal dan piawai adalah karena  mereka 

mengerti dengan ilmu perlautan dan mengerti seluk beluk laut.

   


 
Sekarang  kita baru terbatas menikmati laut  sebagai  tempat 

yang  indah dengan pemandangan yang aduhai mulai dari  pinggirnya 

sampai  ke  tengah dan ke dalam lautan dengan  pulau  dan  tempat 

menyelam.  Sehingga  tempat beristirahat yang  paling  mahal  itu 

justru di Pulau. Lihat saja setiap minggu banyak orang di Jakarta 

bersantai  di  Pulau Putri Duyung di kepulauan  seribu,  walaupun 

biayanya  sangat  mahal orang tak peduli. Dan setelah  saya  coba 

bandingkan ternyata gugusan pulau di Samudra Indonesia jauh lebih 

cantik  dan  indah termasuk karang-karang dan  ikan  hiasnya  dan 

lebih alami.

   


 
Kalau untuk rekreasi saja laut dapat menghasilkan uang  yang 

banyak,  tentu akan lebih banyak lagi jika manusia  mampu  meman­

faatkan laut dengan segenap isinya. Sangat dan demikian banyaknya 

harta yang tersimpan di dalam samudra itu.

   


 
Apalagi dipenghujung zaman ini, dimana daratan sudah  terasa 

sempit, sushnya mencari kehidupan di daratan dan sempitnya  lahan 

untuk tempat bermukim. Tempat yang sempit itupun telah  tercemar, 

tercemar secara fisik dan kimiawi dan juga tercemar oleh kelakuan 

penduduk  di atasnya yang suddah tidak senonoh dan tidak  menurut 

norma-norma.  Maka  mari  kita lepaskan pandangan  jauh  ke  Laut 

lepas,  mungkin  disana akan kita temui hal-hal yang  selalm  ini 
 
ð73 Štidak  kelihatan.  Jangan  sampai kita hidup  diatas  harta  yang 

melimpah  ruah,  tapi penduduknya sangat miskin.  Dan  Laut  kita 

dikuasai  oleh  bangsa lain. Dan tak sedikit kekayaan  laut  kita 

yang  di curi oleh bangsa lain. Jangan sampai kita di kenai  oleh 

syair sebuah lagu

   


 
Lompong sagu bagulo lawang

   


 
Di tangah-tangah karambia mudo

   


 
Sadang katuju di ambiak urang

   


 
Awak juo nan malapeh aoo.


   


 
Janganlah  menjadi orang yang merugi, begitu perintah  Tuhan 

berkali-kali. Padahal Indonesia di beri gelar Kontinental Island. 

Benua kepulauan atau benua ke lautan. Karena satu-satunya  negara 

didunia ini yang mempunyai gugusasn pulau sebanyak 17508 buah dan 

memmpunyai lautan yang terluas dan terdalam dengan segenap isinya 

yang masya Allah bukan main, tinggal mengeruk kekayaan dan  harta 

yang di pendamnya. 

   


 
Saya  simak ternyata ada puluhan ayat Al-Quran  yang  khusus 

berceritra tentang lautan dengan segenap isi dan kekayaannya. DAn 

yang  sangat menarik ialah tak ada satupun ayat atau  hadis  yang 

mengahramkan  memakan  apa-apa  yang berasal  dari  laut.  Bahkan 

justru  penghalallan.  Bahkan  untuk yang hidup  di  darat  Allah 

mengharamkan memakan binatang, babi, bangkai dan binatang yang di 

sembelih dengan tidak menyebut nama Allah. Tapi untuk yang  hidup 

di  laut Allah tampaknya memberi dispensasi, sampai=sampai  bang­

kainyapun halal di makan. Bahkan ikan yang sudahlama mati, menja­

di  kering  dan mersikpun boleh di makan. Se akan  Tuhan  memberi 

dorongan, kenapa kita membiarkan laut dan tidak menoleh kepadanya 
 
ð73 Šdan mengeruk isinya.

   


 
Untuk itu saya teringat akan satu Firman Suci Nya dalam  Al-

Qur'an surat Al KAhfi ayat 61 :"Maka tatkala mereka sampai keper­

temuan dua buah laut itu, mereka lupa akan ikannya, laluikan  itu 

melompat mengambil jalannya kelaut itu". 

   


 
Surat AR RAhman ayat 19,22,24 :"Dia membiarkan kedua  lautan 

mengalir yang keduanya kemudian bertemu.

   


 
Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.

   


 
Dan kepunyaanNyalah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya  di 

lautan laksana gunung-gunung.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar