Rabu, 23 Oktober 2013

PERSALINAN MACET



Oleh :Dr.H.K.Suheimi

  Banyak macet perkara macet. Lalu lintas macet, sekolah macet
sampai-sampai  kredit macet, banyak lagi macet-macet  yang  lain.
Namun  kali ini saya ingin menulis tentang macet yang lain  yaitu
macetnya persalinan.
Banyak  hal yang menyebabkan persalinan berjalan tidak  lan­
car, tidak normal, mengalami kemacetan. bisa-bisa karena  anaknya
yang  besar, bisa-bisa karena panggulnya yang  sempit,  bisa-bisa 
karena  tenaga,  kekuatan kontraksi rahim dan  kekuatan  mengedan
ibu.  Bisa-bisa juga karena pimpinan persalinan yang  salah  oleh
sewaktu  ibu  mengedan.
Dapat juga terjadi karena kecemasn dan ketakutan yang berle­
bihan  terhadap  persalinan, menyebabkan  kontraksi  rahim  tidak
efisien,  takut dan cemas karena bermacam-macam  sebab,  sehingga
jalan  lahir yang seharusnya bisa relaksasi menjadi  spastik  dan
kaku.  Karena   kesakitan menimbulkan  ketakutan  dan  kecemasan,
ketakutan  menimbulkan  kekakuan  dan  spasme,  dan  ketakutanpun 
menimbulkan kesakitan yang berlebihan, sehingga melingkar-lingkar
disana-sana  saja seperti lingkaran  setan,  sehingga  persalinan
itu  berlangsung  semakin lama. Semakin lama  persalinan  semakin
cemas dan semakin takut pula si ibu, sehingga lingkaran berputar-
putar di situ-situ juga.
Pendekatan  emosionil  yang salah  (Improper  emosionil  ap­
proach)  dapat mengakibatkan inertia uteri atau  kontraksi  rahim
yang  lemah.   Untuk  itu di perlukan  penolong  persalinan  yang
senantiasa  bersedia mendampingi dan memberikan kepercayaan  yang
tinggi  pada pasien bahwa dia akan tertolong dan tenaga  penolong
siap  sedia didampingnya serta memberikan sugesti  dan  petunjuk-
petunjuk  bagaimana  mengedan yang baik  dan  bagaimana  mengatur
pernafsan dan cara bernafas saat-sat akan melahirkan.
Dan persaliann macet ini bila terjadi dan memang agak sering
terjadi  di  kampung-kampung  nun jauh disana.  Dimana  gizi  dan
ekonomi  sang  ibu  rendah, sehingga  badannya  lemah.  kemampuan
payah, sehinga melahirkan jadi susah. Bermacam hal dapat  terjadi
sebagai  rentetannya.  Ketika  persalian macet,  si  ibu  menjadi
cemas,  semua  yang hadirpun  berkeluh kesah. Sering  petugas  me  
nyarankan  untuk di rujuk dan di kirim ke tempat yang lebih  bisa
menolong. Dilakukan lebih dulu rundingan ninik mamak dan  keluar­
ga,  kemudian  mengumpulkan uang, sementara  itu  waktu  berjalan
terus.  
Mencari mobil untuk membawa pasien, di kampung-kampung  yang
jauh  tidaklah  mudah. Jangankan mobil,  sepedapun  masih  susah,
sehingga hal ini menyebabkan  waktu makin berlalu. Padahal setiap
tambahan waktu, menyebabkan keadanan si bayi yang di dalam  rahim
semakin  letih   dan bertambah payah, karena setiap  kali  si  bu
merasakan  sakit  , berarti  rahimnya  berkontraksi,  menyebabkan
darah berkurang ke plasenta, sehinga si bayi mengalami kekurangan
oksigen  dan makanan yang di butuhkannya.  ini  akan  memperjelek
kesehatan si bayi. Apalagi kalau otaknya yang kekurangan  oksige­n
akan menimbulkan kerancuan. Bisa-bisa si bayi kelak menjadi anak
bodoh  dan  menambah beban masyarakat. Begitupun si  ibu  semakin
letih dan semakin lelah, tenaga telah terkuras. Badan lah  letih,
nafas  lah sesak, tenaga lah habis, sedangkan bayi  ndak  kunjung
lahir.  Sedangkan  orang-orang masih pada  berunding  dengan  apa
membawa si ibu dan berapa persiapan yang di perlukan.
Tidak  jarang saya lihat, sewaktu menerima pasien  di  rumah
sakit,  penuh  mobil dengan orang yang mengantarkan  pasien,  dan
ketika  semua  keluarga yang mengantarkan itu di panggil  dan  di
minta untuk mencari darah , mereka pada bingung karena yang  ikut
dalam mobil itu orang-orang dan juga ibu-ibu kurang darah.  Pada­
hal  kalau mengantar pasien seperti ini, sebaiknya  diikuti  oleh
yang muda-muda yang sehat, karena kemungkinan besar ibu hamil ini
membutuhkan pertolongan yang memerlukan darah. Jadi siapkan sejak
dari kampung famili-famili yang bersedia jadi donor darah.
Namun tak sedikit pula orang kampung yang melahirkan  dengan
dukun,  takut membawa ke rumah sakit karena membayangkan akan  di
operasi.  Sehinga  meminta pada dukun  "Hidup atau mati  biar  di
tempat  mak  dukun saja". Sikap-sikap yang  seperti  inilah  yang
menyebabkan, persalinan makin berlarut-larut, ibu dan anak  sema­
kin gawat.
Agaknya  perlu di ketahui oleh kita semua  bahwa  persalinan
akan terjadi rata-rata dalam 12 jam sesudah seorang ibu merasakan
sakit-sakit.  Kalau  dalam 12 jam sang bayi  belum  lahir,  sudah
masanya petugas  atau famili pasien menentukan sikap untuk  beru­
saha  mengirim  sang  ibu ke tempat  pertolongan  yang  mempunyai
fasilitas  lebih. Sebab semakin ditunggu semakin,  berlarut-larut
dan semakin lama, dan akhirnya sang bayi tak kunjung dan tak  mau
lahir  juga,  karena memang untuk  kelahirannya  akan  memerlukan
tindakkan.
Sebagai  patokan  agaknya dapat di pedomani  warna  air  ketuban.
Ketuban  yang keruh apalagi yang hijau. Adalah pertanda  si  bayi
dalam  keadaan bahaya, Si bayi berteriak S.O.S  Save  Ours  Sole.
Tolong selamatkan jiwa kami.  Hijaunya air ketuban adalah  karena
ketuban itu tercampur mekoneum. Mekoneum baru keluar apabila usus
kekurangan Oksigen. Kekurangan oksigen menyebabkan usus  berusaha
berkontraksi mengeluarkan isinya, dan sphingter ani  berelaksasi,
sehingga sang bayi terberak-berak didalam rahim yang  menimbulkan
air  ketuban  berwarna hijau.
Disaat  usus mengalami kekurangan oksigen, maka saat itu  sebetul
nya  semua  organ mengalami kekurangan oksigen,  Jika  kekurangan
oksigen  ini  terjadi di otak. Terjadilah kerusakan  dalam  otak.
Otak  yang  kekurangan oksigen akan  menimbilkan  kerusakan  yang
permanen. Otaknya susah berkembang, sehingga melahirkan bayi-bayi
dengan  IQ  yang rendah. Pita otaknya pendek ndak  mampu  merekam
pelajaran-pelajaran yang tinggi. Anak jadi bodoh.
Pada  ibu terjadi keletihan yang luar biasa. Nadinya cepat,  jan­
tung  berdebar  kencang. Nadi dan jantung  yang  berdenyut  cepat
tidak efisien dalam bekerja. Dia kehabisan kalori, dia kekurangan
daya tahan, mudah terjadi infeksi. Yang akan meningkatkan  morbi­
ditas dan mortalitas. Agaknya angka 12 jam dapat dijadikan  pato­
kan,  jangan di lewati, karena bahaya senantiasa mengancam.  Han­
taran dan uluran tangan penolong seperti dukun dan bidanlah  yang
dapat dengan segera merujuk, demi keselamtan ibu dan anak.
Agar  jangan  sampai ke titik yang lebih membahayakan  lagi  baik
bagi ibu dan anak. Maka secepatnya pasien harus di rujuk. Apalagi
bayi-bayi  yang  sudah letih jika dilahirkan,  akan  menghasilkan
anak-anak  yang letih sehingga kalau dewasa kelak susah  bersaing
dan susah memperjuangkan hidupnya. Padahal kita sangat  membutuh­
kan  dan mendambakan generasi penerus yang sehat dengan  IQ  yang
tinggi. Sehingga SDM jadi baik.
Persalinan yang macet dan tak lancar adalah merupakan petaka bagi
ibu  dan  bayi. Untuk keadaan ini agaknya perlu  penanganan  yang
terpadu.  Karena  ibu  dan bayi perlu dan harus  segera  bisa  di
tolong dan di selamatkan. Sebagaimana kita harus segera  menyela­
matkan  orang  yang  dalam keadaan bahaya.  Padahal  kita  sering
membntuk   petugas dan tim SAR untuk menyelamatkan  dan  mencari
orang yang sedang di timpa musibah.
Barang kali, dimana ada persalinan yang berlangsung lebih dari 12
jam,  petugas  di  sini, mengabarkan dan  memberi  tanda  bahaya,
memberi  tahu  ORARI misalnya, nanti ORARI meminta  dan  menolong
mencari bantuan, sehinga berdatangan  mobil-mobil siap  membantu;
apakah  mobil PEMDA atau mobil PKK, atau mobil Darmawanita,  Atau
mobil plat merah yang banyak berkeliaran kesana kemari, atau mobl
Puskesmas  keliling, atau mobil siapa saja. Saya kira ini  adalah
amal  yang  setinggi-tinggi menyelamatkan dan  menolong  2  nyawa
sekali gus. Karena bagi ibu ini, waktu adalah nyawa, makin  cepat
seorang  ibu  yang  dalam keadaan bahaya itu di  bawa  ke  tempat
rujukkan  semakin cepat tertolong 2 nyawa dan semakin cepat  bayi
itu di lahirkan sehingga di harapkan semakin tinggi kualitas bayi
yang lahir dan semakin baik si ibu yang melahirkan.

Agaknya  ini adalah tugas kita semua. Disamping petugas  bertugas
menolong  ibu  dan bayi. Semua lingkungan masyarakat  mulai  dari
pejabat  dan  organisasai massa dan orari, kalau perlu  tim  sar,
sangat banyak bisa berjasa.
Kadang-kadang saya merenung. Untuk mencari orang yang sudah  mati
dan jelas tak bisa tertolong lagi, seperti orang terbenam  dilaut
atau mengangkat mayat di puncak gunung, kita kerahkan segenap dan 
semua  lapisan masyarakat dengan dana yang besar. Sedangkan  yang
mati tetap tak akan bisa hidup lagi. Tapi dua nyawa ibu dan  anak
yang masih hidup dan dengan penuh harapan mendambakan pertolongan
dan  bantuan.  Kenapa  sering kita terlupa  dan  terlalai  dengan
waktu,  sehingga  sering membiarkan dan  tak  segera  mengerahkan
segenap  tenaga, segenap usaha dan segenap pertolongan untuk  dua
nyawa itu? Sehingga terjadi persalinan yang berlarut-larut?.
Untuk  itu  sayat eringat akan sebuah Firman suci_Nya  dalam  Al-
Qur'an surat Az-Zumar ayat 8 :
"Apabila  manusia di timpa kemelaratan (Malapetaka),  ia  memohon
kepada Tuhan-Nya serta kembali Taubat kepada_Nya......"
Disampaikan pada peringan HKN di

Painan  2 September 1996

Tidak ada komentar:

Posting Komentar