Kamis, 17 Oktober 2013

K A R A O K E



 Oleh : Dr.H.K.Suheimi

 
  Karaoke  yang  telah lama saya pesan itu  akhirnya  datang

jua. Bersama karaoke itu ada kabel dan tali temali yang dilengka­

pi  dengan buku petunjuk. Semua kami bergembira,  tentu  sebentar

lagi  sudah  bisa menyanyi melalui Karaoke.  Tapi  saya  bingung,

bagaimana memasang, kabel-kabel itu, banyak cabang-cabangnya, ada

yang  harus disambungkan ke Video dan adapula yang  harus  disam­

bungkan  ke Televisi. Berulangkali saya baca buku  petunjuk  yang

lengkap  yang  dikirimkan bersama karaoke itu, namun  saya  sukar

memahaminya.  Saya  membaca  aturan  pakainya  dengan  hati-hati.

Seharusnya cara memasang kabel-kabe itu sangat sederhana,  tetapi

semakin saya membacanya semakin saya menjadi kuatir dan  bingung.

Kabel  itu  banyak cabang-cabangnya, di video dan  televisi  juga

banyak  lobang-lobangnya,  sukar mencari kabel yang  tepat  untuk

lobang yang tepat. Setelah beberapa kali saya mencoba  memasukkan

kabel itu kedalam lobang yang ada, namun gambar di televisi tidak

kunjung  keluar, suara di karaokepun tidak mengalun. Memang  saya

tidak  ahli dibidang ini.  Saya jadi bingung, tambahan pula  saya

ragu-ragu  waktu menyambung dan memasukkan kabel kedalam  lobang,

ragu-ragu,  kalau-kalau  salah sambung dan salah  masuk,  jangan-

jangan  menimbulkan  bahaya.  Karena saya  tidak  dapat  memahami

petunjuk  bagaimana cara memasang Karaoke itu, saya  tidak  dapat

berbuat  apa-apa. Akhirnya keingingan saya untuk berlagu  di  ka­

raoke, tidak tercapai di hari itu. Kami pandang juga Karaoke  itu

dan kami tatap juga kabel itu, sampai seminggu kemudian,  setelah

minta tolong pada ahlinya, barulah karaoke itu bisa berbunyi  dan

kami  sekeluarga  bisa berdendang. Terasa waktu  itu  kita  butuh

sesorang yang bisa menolong.

  Dikali yang lain, saya disuruh oleh atasan saya untuk  bela­

jar komputer, agar kalau sudah pandai memainkan komputer, bisa di

kirim ke Bandung. Saya sebetulnya enggan, karena dari kecil sudah

tertanam dalam diri ini, saya ingin jadi dokter, bukan jadi  juru

tulis  atau tukang ketik. Maka dari kecil, pelajaran yang  paling

tidak  saya sukai itu adalah pelajaran menulis,  sehingga  selalu

saja pelajaran menulis itu merah dalam raport, sampai sekarangpun

tulisan  saya  susah dibaca. Dikatakan juga  bahwa  tulisan  yang

sukar dibaca itu adalah tulisan dokter.

  Tapi  karena dipaksa oleh atasan, maka saya ikutilah  kursus

komputer di Widyaloka. Disini saya menemukan pembimbing dan  guru

yang  sangat baik, saya dibimbing dan diajarkan WS, Lotus  dan  D

Base  III  +. Guru saya itu sangat sabar dan  menerangkan  dengan

sangat jelas. Dengan sungguh-sungguh, perlahan-lahan,  hati-hati,

tekun  membimbing,  beberapa kali saya  membikin  kesalahan,  dan

beberapa  kali  pula  saya salah tekan, namun  dia  tetap  sabar,

disuruhnya  ulang  lagi, ulang lagi. Ia memberi tahu  setiap  apa

yang  ada  dalam komputer, dan menunjukkan  bagaimana  kerja  dan

fungsinya.  Ia sangat jelas dalam memberikan  keterangannya,  se­

hingga tidak ada lagi yang perlu ditanyakan. Berkat  ketekunannya

membimbing  saya, sehingga pelajaran yang sebetulnya saya  kurang

sukai  itu akhirnya dapat saya kuasai. Dalam kursus yang hanya  5

hari,  saya sudah bisa WS, Lotus dan D base III +.  Dan  akhirnya

saya  ke tagihan dengan komputer, kalau tiap jum'at anda  membaca

tulisan saya di Haluan, semua itu adalah berkat komputer.

  Pelajaran itupun saya lanjutkan dengan Print Master,  Fonta­

sy,  The  New's dan akhirnya program statistik seperti  SPSS  dan

EPIINFO.  Terasa  sekali bahwa komputer itu banyak  membantu  dan

menyelesaikan  pekerjaan saya dalam tulis menulis  dan  melakukan

penelitian-penelitian ditempat saya bekerja. Komputer juga  sudah

merobah  sifat saya yang malas menulis menjadi orang  yang  rajin

menulis. Sehingga ada saja sedikit kesempatan, saya akan duduk di

depan komputer, ada-ada saja yang akan ditulis seperti  saat-saat

begini. Dan saya selalu ingat dengan guru yang sabar, yang  tidak

marah  kalau  kita membikin kesalahan, dengan  kesabaran  dan  ke

tekunannya, kita dibimbingnya ke arah yang baik.

  Memang  dalam  hidup kita butuh seorang guru,  seorang  yang

bisa kita teladani, seorang yang menunjukkan jalan yang harus  di

tempuh. Seorang yang sabar dan tekun memberikan bimbingan.

  Anak-anakpun selalu mencari seorang yang akan membimbingnya,

anak-anak  selalu mencari seseorang yang bisa  diidentifikasinya.

Disebutlah  orang itu sebagai identification figure.  Figur  yang

menjadi  idola dalam hidupnya. Dulu waktu saya kecil,  di  kamar-

kamar  anak-anak  muda terpampang gambar sukarno  atau  pemimpin-

peminpin  lain.  Mereka meidentifikasi dirinya  dengan  pemimpin-

peminpin itu, dengan harapan, kelak kalau dia dewasa, disa menja­

di orang seperti idolanya itu. Tapi di kamar-kamar anak-anak muda

sekarang,  yang  terpampang adalah gambar-gambar  yang  bermacam-

macam. Na'uzubillahi min zalik.

  'Iktibar apa yang bisa dipetik dari 2 pengalaman diatas ?

  Apa  perbedaannya  antara kegagalan  dengan  Karaoke  dengan

keberhasilan menggunakan komputer?. Tentu saja bukan soal  betapa

rumitnya masalahnya. Perbedaannya terletak pada senuhan  pribadi.

Dalam hal Karaoke saya hanya memiliki serangkaian  buku petunjuk.

Dalam hal komputer saya mempunyai seorang guru yang penuh  perha­

tian  dan  yang berniat untuk mengajar saya yang pada  satu  hari

akan  banyak menolong saya. Disitu saya mempunyai seseorang  yang

siap  menolong,  menjelaskan  dan  mendemonstrasikan  prosedurnya

sedemikian rupa sehingga saya dapat mengerti.

Karaoke dengan buku petunjuknya, buku petunjuk itu ternyata tidak

banyak  membantu  saya.  Pengalaman kedua  dengan  komputer,  ada

seorang guru yang memberikan bimbingan yang membuka tabir rahasia

komputer, barulah semuanya terungkap.

  Dalam  menempuh  hidup dunia dan akhirat kitapun  di  bekali

dengan buku petunjuk, buku petunjuk itu disebut dengan Al-Qur,an.

Kalau  saya mampir ke rumah seseorang, selalu didalam  rumah  itu

saya temukan Al-Qur'an, kebanyakkan di rumah-rumah itu  Al-Qur'an

lebih  dari satu. Seharusnya Al-Qur'an itulah yang  jadi  pedoman

hidup,  dihayati  dan di amalkan. Namun banyak orang  yang  tidak

sempat  membuka buku petunjuk itu, sebagian ada yang membuka  dan

membaca, namun dia tidak mengerti dengan apa yang di bacanya. Ada

juga  yang  mendendangkan dengan suara lantang  dan  merdu,  tapi

selesai  dia  mengalunkan irama Al-Qur'an, saya tanya  dia  tidak

mengerti  dengan  apa yang dibacanya. Al-Qur'an  tinggal  sebagai

barang pajangan, Al'Qur'an hanya untuk di dengung-dengung dan  di

dendangkan.  Sedangkan perangai dan tingkah lakunya seperti  men­

jauh dari isi dan kandungan Al-Qur'an.

  Padahal  Allah berfirman dalam satu surat Al-Baqarah ayat  2

yang  artinya :"Kitab Al-qur'an ini tidak ada keraguan padanya  :

Petunjuk bagi mereka yang ber taqwa".

  Agaknya kita butuh seseorang guru, yang akan membimbing  dan

menunjukkan  apa maksud dan tujuan dari satu ayat Al-Qur'an  itu.

Saya  ingat Guru saya yang membukakan tabir dan  makna  Al-Qur'an

ini, beliau sudah meninggal dunia, ialah Ustadz MUCHTAR YUNUS dan

Ustadz  ILYAS  SAMAN. Dari kedua guru itulah  saya  banyak  dapat

bimbingan  dan tertarik akan Al-Qur'an. Melalui tulisan ini  saya

panjatkan  doa, kiranya kedua Guru saya itu mendapat tempat  yang

semulia-mulia dan bahagia disisi-Nya, amin.


Dan  seorang lagi guru saya yang mengajar bahasa Arab  ialah

Ustadz Syahruddin Kajai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar