Jumat, 11 Oktober 2013

EFEKTIFITAS BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM



Oleh dr.H.K.Suheimi


Begitu banyak orang yang selalu mengaharapkan hasil yang akan diterima, sebelum bersedia melakukan suatu pekerjaan. Kebanyakan mereka tidak mau bertindak sebelum jelas hasilnya. Hal ini adalah kultur hubungan antara buruh dengan majikan, dimana setiap jam yang diberikan oleh buruh harus diganti dengan sejumlah upah yang telah disepakati. Cara berpikir seperti ini telah tertanam begitu dalam, hampir-hampir menjadi budaya yang kuat dan mengikat. Itulah: budaya pamrih. Budaya itu terus diajarkan turun temurun oleh orangutua kepada anaknya. Contoh “ayo, nak belajar yang rajin nanti ibu belikan mainan,” “Ayo, berhentilah menangis nanti bapak belikan permen”. Akibatnya si anak tumbuh menjadi seorang yang pamrih, atau seorang penyuap.bukan merupakan kesadaran diri bahwa belajar itu penting untuk dirinya sendiri

Dengan menyebut nama_Nya dan membaca Bismillahirrahmanirrahim mencari edhaNya, Dia rela memberikan tenaga dengan sebaik-baiknya, dengan dilandasi sifat memberi dan ikhlas bekerja dalam rangka mencari ridha Allah.
Namun tidak ada yang mau memberi terlebih dahulu. Mereka lebih terfokus untuk menunggu dan menerima hasil, bukan pada prinsip Bismillah, atau prinsip memberi dan mencari ridho Allah.
Mereka tidak lagi hanya berorientasi pada hasil tetapi juga memperhatikan proses atau upaya yang mereka berikan dengan tulus dan ikhlas baik kepada pelanggan atau kepada perusahaan dengan sikap “Dahulukan memberi bukan menerima atau prinsip Bismillah”.
Yang ada di hati mereka adalah rasa kasih dan sayang dengan niat untuk menolong orang lain agar pembeli dekat dengan keluarga yang dicintainya bukan untuk mendapatkan komisi penjualan.
Mereka merasa menjadi dewa penolong bagi kelompok orang tidak mampu membeli, dan mereka ditantang untuk menolong orang lain agar bisa menyambung tali kasih sayang antara keluarga Mereka melakukan presentasi produk dengan penuh keyakinan berdasarkan prinsip memberi, atau Bismillah dengan percaya diri yang sangat kuat. Demi Ridho Allah Yang Maha Tinggi.
Contoh prinsip Bismillah yang didasarkan pada upaya dan proses, harus dimiliki sebelum mencapai suatu hasil. Bukan hanya mengharapkan hasil saja. Bekerjalah dengan prinsip membei yang selalu ikhlas karena Allah, sehingga kesuksesan atau hasil sebenarnya merupakan impact dari prinsip memberi, berkorban dan didasari sifat dan kasih sayang yang tulus. Inilah maka ibadah sebenarnya, dalam berusaha selalu mencari Ridho Allah.

Lakukan segala sesuatu karena Allah, dan atas nama Allah dengan tulus

 
 





Berilah nafkah di jalan Allah, dan janganlah terjun dalam kehancuran oleh tangan-tanganmu sendiri. Berubuatlah kebaikan. Sungguh, Allah cinta orang yang berbuat kebaikan.”

Q.S 2 Surat Al Baqarah (sapi betina) ayat 195

Prinsip Bismillah dalam suatu usaha, pekerjaan atau hubungan sosial pada dasarnya adalah suatu prinsip yang memperhatikan suatu kesimbangan antara memberi dan hasil yang diterima. Dalam seni pemasaran, prinsip Bismillah adalah bagaimana seorang manajer mampu menciptakan atau menemukan suatu kebutuhan, kemudian berusaha untuk menciptakan atau memberikan suatu produk baik berupa barang atau jasa yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Meskipun hasilnya adalah suatu transaksi penjualan, namun tetap berprinsip pada kejujuran, keadilan, dan sifat rahman dan rahim.
Dalam seni penjualan atau  direct selling, prinsip Bismillah berperan dalam hal bagaimana seorang wiraniaga menemukan dan memunculkan apa yang dibutuhkan oleh calon pembeli itu terlebih danhulu. Kemudian berusaha mempresentasikan produk dengan niat untuk memberi dan menolong dengan hati yang tulus karena sifat kasih sayang Allah. Ini berbeda dengan pamrih. Pamrih adalah memberi dengan otak, sedangkan prinsip Bismillah adalah memberi dengan hati yang tulus. Dalam manajemen pemasaran, prinsip Bismillah adalah memberikan perhatian penuh pada bauran pemasaran atau mmarketing mix, yaitu memberi perhatian pada produk yang sesuai kebutuhan, harga terjangkau, strategi promosi yang jujur dan tulus dengan mempergunakan hati, dan pola distribusi yang bisa membantu orang lain untuk menjangkau produk dengan mudah.

Niat mereka haruslah berprinsip memberi dan menolong dengan kasih sayang yang tulus. Bukan saja berpikir dengan logika tetapi juga harus memperhatikan perasaan pembeli. Hati mereka harus bersih dan bukan berniat untuk merogoh kantong pembeli. Berangkat dari hati yang tulus untuk menyetarakan perasaan pembeli. Bekerja dengan hati, bukan dengan kepala.

Prinsip Bismillah, selalu besikap rahman dan rahim kepada sesama. Bersumber dari suara hati terdalam, yang mendorong untuk bersikap pengasih dan penyayang. Dorongan suara hati ini menghasilkan ribuan sikap yang mampu mencerminkan sifat rahman dan rahim, dipelajari atau tidak dipelajari, antara lain: memberi perhatian kepada orang lain, berusaha mengerti perasaan orang lain atau empati, mau mendengar, senang menolong, mau meminta maaf apabila membuat kesalahan, selalu mengucapkan terima kasih, suka menghargai, memberi senyum yang tulus.
Bismillah adalah suatu kesadaran diri bahwa manusia adalah aset Allah yang harus dihargai, dan bersumber dari suara hati yang alami dan tulus.
Efektifitas Bismillah adalah bersumber dari kesadaran diri yang tulus mencari Ridho Allah, dalam melihat hubungan antara hasil dan upaya, dan ia memiliki integritas yang tinggi kepada Allah yang Maha Besar. Orang yang berprinsip Bismillah tidak perlu diawasi, karena upaya itu adalah merupakan persembahan terbaiknya kepada Allah SWT yang bersumber dari kesadaran diri.
Tugas itu akan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan dikerjakan dengan dorongan suara hati, namun ia akan tetap mempergunakan sarana logisnya yaitu otak.
Di samping itu prinsip menacri ridho Allah ini akan membuat hati menjadi tenteram dan bahagia, meskipun hasil yang telah diperoleh masih jauh dari harapan, tetapi setiap upaya akan langsung dihargai oleh Allah (ridha Allah SWT). Hasil akhir adalah tingkat kesadaran emosi yang tetap terus terjaga karena terhindar dari stress, keinginan belajar akan semakin meningkat karena menyadari adanya Tuhan yang memiliki ilmu sangat tinggi dan belum tergali, serta upaya maksimal tanpa reserve, karena menyadari akan adaya Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Ilmu.
Upaya maksimal tanpa kenal putus asa, mencari ridho Allah dalam bekerja, dan menyadari adaya kekuasaan Allah dalam setiap upaya manusia.

Tidak, barangsiapa menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah, dan ia berbuat kebaikan, baginya pahala pada Tuhannya. Tiada mereka perlu dikuatirkan, dan tiada mereka berdukacita.
Q.S. 2 Surat al Baqarah (Sapi Betina) Ayat 112

Tidak ada komentar:

Posting Komentar