Rabu, 23 Oktober 2013

SEGELAS AIR KULKAS



Oleh : Dr.H.K.Suheimi

Makan  siang dirumah teman, hari itu teras sangat  lezatnya,

kening  berkeringat  badanpun berpeluh. Lebih lezat  lagi  karena

disuguhi segelas air dari kulkas yang dingin, air dingin bagaikan 

es  itu  sangat sejuk dan nyaman  sewaktu  melalui  kerongkongan. 

Makan enak, berkeringat, hari panas kemudian disiram oleh segelas 

air  dari kulkas, betapa nikmatnya. Saya pandang juga  air  dalam 

gelas itu, diluarnya seperti ada titik-titik embun yang  meleleh. 

Merasakan  enaknya  minum air dari kulkas, terbit  keinginan  dan 

saya bercita-cita, andaikan dapat rezki nanti akan membeli sebuah 

kulkas, kalau ada kulkas dirumah sendiri tentu dengan enak  dapat 

minum air dari dalamnya dan dapat pula memakan buah-buahan segar. 

Lama saya bercita-cita mendambakan sebuah kulkas, sampai akhirnya 

cita-cita itu terujud, betapa senangnya setiap hari dapat mereguk 

air  dari  kulkas. Lama kelamaan saya terbiasa selalu  minum  air 

dingin dari kulkas, kalau tidak dapat minum air kulkas tidak enak 

rasanya.  Akhir-akhir  ini air biasa terasa  kurang  enak,  kalau 

selesai  makan  tidak minum air kulkas rasanya ada  sesuatu  yang 

kurang.  Saya  heran sifat ini sedikit berubah, selera  ini  baru 

puas  sesudah  minum air kulkas yang dingin, baru  dahaga  terasa 

lepas. Kalau minum air biasa saja terasa tak nyaman. Padahal dulu 

air kulkas itu hanya satu cita-cita ingin mendapatkan dan  menam­

bakannya. Tapi sekarang cita-cita itu berubah menjadi satu  kebu­

tuhan  hingga tanpa minum air kulkas terasa ada yang kurang,  dan 

kemana pergi air kulkas selalu dicari. Begitulah selalu , rupanya 
 
 þ93 Šyang dulu hanya sekedar citra-cita sekarang berubah menjadi  satu 

nkebutuhan. 

   


 
Begitu  pula  terhadap kebutuhan dan  cita-cita  yang  lain, 

seperti  ingin  rumah  bagus, mobil mewah,  jabatan  tinggi  yang 

tadinya  di cita-citakan sekarang jadi satu  kebutuhan,  sehingga 

tanpa semua itu rasanya tak lengkap.

   


 
Banyak  perjuangan untuk mencapai satu cita-cita  dan  tidak 

sedikit  perjuangan yang gagal dan tidak sedikit  cita-cita  yang 

tak sampai walaupun sudah di perjuangkan mati-matian.

   


 
Cita-cita  dan keinginan itupun selalu berubah-rubah,  dapat 

yang  satu  kepingin  yang lain. Dulu  ketika  saya  bercita-cita 

membeli  kulkas,  selalu terbayang betapa nikmatnya  kalau  punya 

sebuah  kulkas.  Begitu kulkas dapat di  beli,  hasrat  tercapai, 

nikmat  pakai kulkas itupun tidak begitu lama, pada  awal-awalnya 

memang lezat, tapi sesudah itu biasa saja menjadi hal yang rutin. 

enaknya  hanya  untuk beberapa saat. Begitu cita-cita  yang  satu 

terujud,  bersamaan dengan itu muncul lagi keingainan  dan  cita-

cita  yang lain yaitu kepingn memiliki mobil, tapi setelah  mobil 

dapat,  bersamaan  dengan itu timbul lagi  keinginan  yang  lain, 

begitulah seterusnya keinginan dan kebutuhan itu meningkat terus, 

sedangkan  kemampuan makin lama makin berkurang. Kebutuhan  makin 

banyak,  kemampuan makin berkurang akhirnya sering kebutuhan  tak 

terpenuhi. Memang kata orang kebutuhan itu setingkat lebih tinggi 

dari  kemampuan.  Kalau  kemampuan kita  sembilan  maka  biasanya 

kebutuhan  10. Kalau kemampuan sepulah maka  keingianan  seratus, 

begitu seteursnya.

Manusia cendrung merasa ada saja yangkurang di sepanjang hidupn­
ya. Dan perasaan seperti itu sesungguhnya merupakan satu wujud 
stress yang khronis yang tida disadari. Selama satu keinginan 
belum dapat di raihnya, seseorang akan selalu merasa tak enak dan 
mungkin tidakbahagia. DAn dia berfikir alangkah indahnya jika  
 þ9 2 Šsemua itu dapat di capai. Tapi kenyataannya tidak selalu indah 
seperti yang di bayangkan. Begitu satu hasrat terpenuhi, pada 
saat itu pla sudah timbul hasrat yang lain lagi. DAn tiba-tiba ia 
merasa kurang dalam hal lain. kurang dalam cinta, kekuasan, seks,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar