Rabu, 16 Oktober 2013

G A E K





Oleh : Dr.H.K.Suheimi

26 Oktober, saya menghadiri pertemuan orang-orang "Gaek"  di

rumah pak Syurkani. Banyak Gaek-Gaek yang hadir di ruang itu, ada

yang  mantan  wakil Gubernur, mantan  pembantu  gubernur,  mantan

Rektor, mantan bupati, mantan kepala pajak, mantan kepala  BKKBN,

ketua MUI dan banyak lagi mantan-mantan yang lain, pokoknya  para

mantan-mantanlah.  Mereka berkumpul,  mereka  berbincang-bincang,

perbincangan  yang bermutu karena di ungkapkan pula  oleh  orang-

orang  Gaek yang saya lihat memang sudah "bermutu" atau  "bermuka

tua".  Tapi ungkap mereka biar "bermutu" asal jangan "Rapi"  atau

"Rada Pikun" kemudian saya tambah lagi, jangan sampai "Rapi Jali"

singkatan dari "Rada pikun jadi linglung". Memang dalam hidup ini

tidak ada orang yang mau pikun dan linglung.

Saya  menganggap  pertemuan ini  sangat  penting;  pertemuan

Orang-Orang Gaek, pertemuan "Lansia" atau lamjut usia,  pertemuan

Glamur atau "Golongan lanjut umur", tapi bukan pertemuan  "Lupus"

atau  "Lupa  Usia", karena semua mereka yang hadir  selalu  ingat

berapa  umur dan usianya, belum ada yang sampai  lupa.  Pertemuan

ini  saya  anggap sangat penting karena sayapun,  dan  anda  yang

sedang  membaca karangan ini, serta siapa saja akan menjadi  tua.

Kesana kita kan pergi, ketempat itu kaki akan melangkah. Suka tak

suka, senang tak senang, tua akan datang menjelang.



Maka  memikirkan  wadah, memikirkan tempat  yang  akan  kita

tempuh,  membicarakan sesuatu yang akan terjadi, jauh  lebih  pen 

ting  dari pada mengenang masa lalu, mengungkit-ungkit  apa  yang

pernah  kita alami atau ber nostalgia akan masa-masa  yang  sudah

lewat. Maka walaupun saya cape pulang praktek, saya kejarkan juga

menghadiri  pertemuan  itu. Pertemuan yang  penting  untuk  saya,

pertemuan  yang  penting untuk anda dan  pertemuan  yang  penting

untuk siapa saja, ialah "Apa yang dapat kita lakukan di hari  tua

dan  apa  yang kita inginkan dilakukan orang lain untuk  kita  di

hari  tua".  Tempat dan suasana yang bagaimna yang  di  harapkan,

agar  hari-hari tua diisi oleh hal-hal yang bermanfaat dan  tetap

pruduktif.

Terungkap  dari  percakapan di malam itu  bahwa  Orang-Orang

Gaek  itu tidak mau dan tidak sudi, apabila diri mereka  dianggap

jadi beban dan memberatkan orang lain. Mereka ingin ber produktif

di  usia tua, dan di hari-hari yang tinggal sedikit itu,  disisa-

sisa  hidup  ini  mereka ingin menunjukkan  kualitas  hidup  yang

tinggi  dan  berbobot dan dapat berbakti serta  mendekatkan  diri

pada  Ilahi. sehingga hari-hari terakhir mereka adalah  hari-hari

yang  penuh Rahmat dan disirami Berkat serta dapat curahan  Kasih

dan sayang_Nya.

Sayapun  diusia seperti sekarang ini,"Gaek alun,  tapi  mudo

talampau" Usia muda sudah saya lewati dan lampaui, walaupun  saya

belum  mau di katakan Gaek, tapi mau tidak mau, suka  tidak  suka

Gaek  itu akan saya tempuh. Maka di hari Gaek  saya  membayangkan

ingin  berada di suatu tempat, dimana berkumpul banyak  Gaek_Gaek

yang  lain. Pagi harinya kami pergi ke tepian,  berkecimpung  dan 

berenang  atau mandi di pincuran, kemudian mengail dan  memancing 

ikan,  lalu membersihkan rumput di pematang sambil menanam  bayam 

dan pucuk ubi, memetik sayur-sayur dan tomat. Kemudian membersih­
 
ð73 Škan tambak dan keramba-keramba ikan, atau pergi ke sawah memalang 

dan  memancing belut. Oh betapa indahnya dan betapa  segarnya  di 

tengah udara terbuka di pematang sawah dan di pinggir kolam. 

   


 
Orang  Gaek  itu perangai kembali  seperti  anak-anak,  kata 

orang.  Memang  pada usia Geak, kembali manusia  ingin  melakukan 

kebiasan dan kesenangan sewaktu masih anak-anak dulu. Kalau  dulu 

suka  memancing,  maka  di hari tua  keinginan  itu  mengebu-gebu 

kembali.  Kalau dulu biasa memalang dan menangkap belut, maka  di 

hari tua keinginan itu datang kembali. Di hari tua itu saya ingin 

tetap pruduktif menternakkan ikan, mengembang biakkan belut.  Dan 

pengalaman  hidup  semasa muda dan anak-anak  akan  saya  jadikan 

pedoman  dalam menempuh hari tua. Sorenya kami  berkumpul  dengan 

orang tua-tua yang lain sambil "raun paniang" berkeliling melihat 

hasil  kerja dari Gaek=Gaek yang lain, atau pergi  menghibur  dan 

mengobati,  kalau-kalau  ada diantara kami yang  sakit.  Malamnya 

kami akan berkumpul-kumpul, ada yang bergitar, ada yang ber biola 

lalu bersama-sama bernyanyi "Kemesraan ini jangan cepat berlalu", 

dengan  suara yang tentu sudah fals dan tidak semerdu dulu  lagi, 

tapi  bahagia dan senang. Sekali-sekali tentu ingin  di  kunjungi 

anak dan cucu, lalu bercengkrama dan berceritra, tentu  cucu-cucu 

saya  ingin  di  dongengi, apalagi  kakeknya  senang  mendongeng, 

dongeng kak kancil, dongeng putri salju atau seribu dongeng dapat 

di  ceritrakan  kembali. Betapa senangnya dalam  mendongeng  itu, 

melihat cucu tertidur dengan lelapnya sambil memimpikan  dongeng-

dongeng yang di sampaikan kakeknya. Oh masa tua , hari-hari  Gaek 

yang penuh dengan keni'matan dan penuh rahmat, karena di hari itu 

saya  sudah pensiun dan ingin menikmati masa-masa pensiun  dengan 

penuh  ketenangan, penuh kedamaian dan penuh ketentraman.  Memang  
ð73 Š
untuk orang tua "Hati yang penuh kedamaian, fikiran yang penuh ke 

tentraman  dan  perasaan yang penuh ketenangan,  dan  hidup  yang 

penuh  arti  sangat di dambakan. Dan semua  itu  bukan  khayalan, 

semua itu dapat di raih dan di rencanakkan dari sekarang.

   


 
Sebelum  saya pergi ke pertemuan itu, sorenya  saya  menatap 

sebuah  pohon  kayu yang sudah tua, daunnya  tidak  selebat  dulu 

lagi, rantingnya sudah banyak yang patah, pohonya telah dihingga­

pi benalu, badai yang berhembus kemarin mematahkan dahannya. Tapi 

yang saya saksikan keinginan untuk bertahan dan hidup terus masih 

tampak  pada pohon tua itu, karena masih saya lihat, di  sebagian 

rantingnya  masih tampak daun-daun baru, tunas-tunas baru.  Kalau 

di  sebatang  pohon masih tumbuh daun-daun baru  dan  tunas-tunas 

baru, pertanda pohon itu masih panjang umurnya , karena dia masih 

produktif  menghasilkan tunas dan pucuk-pucuk baru.  Tapi  begitu 

dia tak bisa lagi menghasilkan tunas dan daun, maka sebentar lagi 

dia akan layu, terkulai dan mati.

   


 
Agaknya  manusiapun demikian, setiap hari dia harus  produk­

tif,  harus bisa dan mampu menghasilkan sesuatu. Kalau dia  tidak 

mampu  lagi, maka hidupnyapun tidak akan lama . Dan seseorang  di 

nilai dari produktifitasnya. Orang yang berkualitas adalah  orang 

yang bermanfaat bagi sesamanya, ialah oarng yang bisa  menghasil­

kan  sesuatu di setiap saat dan setiap waktu. Kalau  tidak,  maka 

demi waktu  mereka akan jadi orang-orang yang merugi. Yang  tidak 

merugi  ialah mereka yang selalu beriman mendekat pada  Tuhannya, 

ber amal atau selalu bekerja dan mengerjakan perbuatan yang baik, 

serta berfatwa untuk kebaikkan dan berfatwa dalam kesabaran.

   


 
Di  Jepang orang-orang muda dan para sarjana di anjurkan  ke 
 
ð73 Škota. Dengan kekuatan dan kemapuannya serta kesarjanaannya mereka 

bergiat  dan berlomba untuk bersaing dan  berproduksi,  sedangkan 

orang-orang  tua  yang telah jadi mantan, mantan ini  dan  mantan 

itu,  yang sudah lama merasakan pahit dan getirnya  hidup,  serta 

yang  sudah lama makan garam, di anjurkan pergi ke desa-desa.  Di 

desa  mereka jadi panutan, apa yang di katakan dan  di  kerjakkan 

menjadi  contoh dan teladan. Mereka tidak memburu-buru duit  men­

cari kekayaan lagi. Berkat pengalaman dan pengetahuannya,  mereka 

bekerja dan berfikir jauh lebih efisien dan efektif yang akan  di 

contoh  oleh  masyarakat di sekitarnya. Apa  yang  di  katakannya 

diikuti oleh masyarakat desanya. Hidupnya penuh arti, dia  adalah 

jadi pembaharu dan dia jadi pahlawan di desanya. Pada  hakekatnya 

desa-desa  di  Jepang di bangun oleh orang-orang Gaek.  Dia  puas 

dengan  hasilnya  itu dan dia puas pula waktu  akan  meninggalkan 

dunia  yang  fana  ini. Selama hidupnya dia  menjadi  orang  yang 

berkualitas,  dan waktu matinya dia punya nama, karena dia  sudah 

berbuat baik dan dia telah meninggalkan sesuatu, dia menjadi suri 

dan tauladan. Bukankah dikatakan bahwa harimau mati  meninggalkan 

belang,  Gajah mati meninggalkan Gading dan manusia mati  mening­

galkan nama?.

   


 
Maka  pertemuan 26 oktober itu punya makna dan arti  tersen­

diri dalam hidup saya, sambil membayangkan PERGERI atau perhimpu­

nan  Gerontologi  Indonesia ini. Akan punya sebuah  lahan  tempat 

mereka  berkumpul, lahan dimana ada sungai yang  mengalir,  punya 

tambak ikan, punya tempat memancing belut, punya taman dan  kebun 

memetik  daun teh, punya ladang dan sayuran, diudara yang  bersih 

tanpa  polusi. Dan kalau di satu tempat telah  berkumpul,  bekas-

bekas orang cerdik pandai, tentu di sana akan muncul ide-ide  dan  
ð73 Š
pemikiran  baru yang akan jadi contoh dan ikutan masyarakat  ban­

yak. Saya melamunkan suatu tempat, tempat yang tentu jauh berbeda 

dengan  tempat-tempat  "Panti Jompo". Yang saya  lamunkan  adalah 

suatu  areal, suatu daerah, dimana berkumpulnya orang-orang  Gaek 

yang  produktif,  berfikiran cemerlang  dan  berpenampilan  segar 

bugar. Mukanya merona merah dengan sesungging senyum di bibirnya, 

hidupnya penuh arti. Dan dia meninggalkan dunia ini dengan  penuh 

kedamain,  ketentraman dan ketenangan di hadapan para  anak  cucu 

yang  sangat mencintainya. Dan tempat itu bisa dan  dapat  dicari 

serta di usahakan. Di tempat itu nanti tertulis kata-kata  "Disi­

ni, di tempat ini adalah sorga bagi orang Gaek_gaek". Siapa  yang 

mau bergabung ikutlah bersama kami. Ah semoga khayalan ini menja­

di kenyataan dengan terbentuknya perhimpunan Orang-Orang Gaek  di 

suatu malam di rumah Pak Syurkani.

   


 
Untuk  itu  saya  teringat  sebuah  firman  suci_nya   dalam 

Al_Qur'an surat  Al Israa' ayat 23-24 :

"DAn  Tuhanmu  telah memerintahkan supaya kamu  jangan  menyembah 

selain  Dia  dan  hendaklah kamu berbuat baik  pada  ibu  bapakmu 

dengan  sebaik-baiknya,  jika  salah  seorang  diantara  keduanya 

sampai  berumur  lanjut  dalam  pemeliharaanmu  maka  sekali-kali 

janganlah  kamu  mengatakan kepada keduanya  perkataan  "ah"  dan 

jaganlah  kamu  membentak  mereka dan  ucapkanlah  kepada  mereka 

perkataan yang mulia.

Dan  rendahkanlah  dirimu  terhadap mereka  berdua  dengan  penuh 

kesayangan  dan  ucapkanlah "Wahai  Tuhanku,  kasihanilah  mereka 

keduanya,  sebagaimana  mereka berdua telah  mendidik  aku  waktu 

kecil".

   


 
Surat Al Ahqaaf ayat 15:

Kami  perintahkan  kepada  manusia  supaya  berbuat  baik  kepada     

dua  orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah  payah  
@ü<3[1] 
 
Pû=3[1] Šdan melahirkannya dengan susah payah. Mengandungnya sampai menya­

pihnya   adalah  30 bulan, sehingga apabila ia telah  dewasa  dan 

umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a "Ya Tuhanku,  tunjuk­

kanlah  aku  untuk  mensyukuri ni'mat Engkau  yang  telah  Engkau 

berikan  kepadaku  dan kepada ibu bapakku, dan supaya  aku  dapat 

berbuat  amal  yang saleh yang Engkau ridhai,  berilah  kebaikkan 

kepadaku  dengan (meberi kebaikkan) kepada anak  cucuku.  Sesung­

guhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku  termasuk 

orang-orang yang berserah diri".



P a d a n g  26 Oktober 1993.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar