Jumat, 18 Oktober 2013

Kemana Kaki Dilangkahkan



Oleh:dr.H.K.Suheimi

Kita  bersyukur kepada Allah SWT, karena  kita  terlahir kedunia  ini sebagai makhluk yang beragama. Dengan agamalah  kita tahu dari mana kita ini, sedang dimana kita ini dan kemana  kelak kita kan pergi. Agamalah yang memberi tuntunan, apa yang  terjadi sebelum Roh ditiupkan, bagaimana saat-saat ketika roh akan  ditiupkan,  untuk apa kita dilahirkan, mengapa kita harus  lahir  dan apa tujuan hidup kita.Sebab  banyak orang-orang yang tak punya tujuan hidup  dalam keresahan, tidak tahu kemana kaki nak dilangkahkan, untuk apa dia hidup  dan mengapa dia hidup. Orang-orang yang resah inilah  yang mencoba  mencari pegangan kemana-mana tapi sering tak  menemukannya, sehingga dia terombang ambing kesana kemari.
Semua manusia, tanpa terkecuali, pasti akan mati. Bila demikian, apa sebenarnya yang akan dituju manusia di alam dunia ini. Apakah manusia semata mata hidup hanya untuk bekerja, berumah tangga,bersenang-senang dengan hata yang dimilikinya, atau pun berkeluh kesah dalam kemiskinan; kemudian ia lalu mati tidak berdaya? Apakah setelah mati itu ia akan hilang menguap seperti api obor yang padam? Atau, apakah manusia yang dilahirkan dalam “ketiadaan” itu akan mati dalam “ketiadaan” pula? Bila ya, apakah berarti hidup manusia di dunia ini sia-sia belaka? Tentu tidaklah demikian. Allah telah berfirman, bahwa manusia akan terus ada dan tidak akan pernah hilang atau menguap. manusia akan mengalami kehidupan abadi di akhirat.

Dengan demikian, jelaslah bahwa sesungguhnya yang dituju oleh semua manusia adalah akhirat! Cepat atau lambat, suka atau tidak suka, semua manusia pasti akan menuju ke sana.

Kualitas manusia di akhirat nanti akan ditentukan setelah ia melalui proses ujian demi ujian terhadap ketaatannya pada Allah selama hidupnya di dunia. Jadi jelaslah, kualitas kita di akhirat nanti tergantung pada keberhasilan kita sendiri dalam mengatasi ujian-ujian yang dihadapi, apakah kita mampu selalu taat mengikuti perintah-perintah-Nya, atau membangkang sebagaimana yang dilakukan iblis ketika diperintahkan sujud kepada Adam.
            jelaslah bahwa tujuan hidup manusia di dunia, pada hakekatnya adalah untuk mencari/ mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya bagi kehidupan akhirat.Tingkat manusia di akhirat nanti, akan ditentukan oleh sedikit banyaknya bekal yang dibawa dari dunia. Semakin banyak bekalnya, maka akan semakin tinggi pula tingkat kemuliaannya. Apakah yang dimaksud dengan bekal itu? Jika untuk mencapai kedudukan tinggi di masyarakat kita harus berbekal pendidikan yang cukup, maka untuk mencapai kedudukan tinggi di akhirat nanti, yang kita perlukan adalah pahala.

Dengan demikian dapatlah dikatakan, kehidupan di alam dunia ini adalah arena untuk mengumpulkan pahala bagi kehidupan akhirat. Semakin banyak pahala yang berhasil kita raih, maka semakin tinggi pula tingkat kita kelak.

Seringkali suara hati kita turut berbicara memberikan informasi yang maha penting dalam menentukan sebuah prioritas. Tetapi seringkali suara hati itu diabaikan oleh kepentingan dan nafsu sesaat atau kepentingan untuk memperoleh keuntungan jangka pendek, yang justru akan mengakibatkan kerugian jangka panjang. Atau menurut KH. Habib Adnan adalah mengambil jalan pintas yang akan mengakibatkan kerusakna di muka bumi. Bisikan suara hati akan mengendanlikan prioritas.


TENGADAH KE BINTANG-BINTANG
Berilah hamba kearifan
Oh, Tuhan
Seperti sebuah teropong bintang

Tinggi mengatas galaksi
Rendah hati di atas bumi

Bukankah manfaat pengetahuan
Penggali hakikat kehidupan?

Lewat mikroskop
Atau teleskop

Bimbinglah si bodoh dalam menemukan :
Sebuah wujud maknawi
Dalam kenisbian sekarang …..

LANGKAH MENENTUKAN PRIORITAS

Orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat beribadah, orang yang memberi nafkah, dan orang yberdoa memohon ampun sebelum fajar
menyingsing.”
Q.S. 3 Surat Ali Imran (Keluarga Imran) ayat 17
Berdasarkan diagram kepentingan dan prioritas tersebut, maka kesibukan dibagi menjadi tiga jenis kelompok. Kelompok yang sibuk mengisi waktu, kelompok yang sibuk pertengahan, dan kelompok yang sibuk menapia tujuan :

Kelompok sibuk pengisi waktu, melakukan kegiatan sepele  yang memboroskan waktu tetapi tidak penting. Kegiatan ini biasanya tidak memiliki tujuan jangka panjang. Mereka tidak tahu kemana akan melangkah, di dalam pikrian mereka, mereka merasa sudah mencapai tujuan hidup, namun ibarat orang jalan ditempat, mereka tidak kemana-mana. Mengalir saja seperti air dan sibuk menyalahkan nasib. Kelompok ini juga selalu tampak sibuk namun sebenarnya mereka tidak produktif sama sekali. Pekerjaan tanpa visi dan misi adalah perbuatan sia-sia. Nabi Muhammad SAW menyatakna bahwa tanda baik keislaman seseorang ialah meninggalkan perbuatan yang sia-sia (H.R. Turmudzi).

Kelompok pertengahan, adalah kelompok yang melawan gelombag lautan. Pekerjaan mereka terus-menerus mengatasi krisis dari hari kehari. Terus-menerus mengerjakan masalah mendesak. Bekerja seperti ini bisanya lebih mudah karena masalahnya sudah jelas di depan mata dan tidak memerlukan visi. Lama kelamaan dia akan terperosok juga pada rutinitas pekerjaan yang kurang penting, tetapi mendesak. Kelompok itu tidak akan cepat maju, karena tidak memiliki ivsi dan inisiatif. Prinispnya sederhana saja, selesainya masalah-masalah yang timbul kemudian beristirahat . mereka tidak kemana-mana tetapi merasa dirinya sudah melakukan banyak hal secara maksimal. Tidak ada kemajuan yang berarti. Karena ia tidak memiliki visi yang kuat, mereka menjadi korban lingkugnannya sendiri. Umumnya mereka sering meneluh dengan mengatakan : “Saya sudah bekerja maksimal tetapi hasilnya begini-begini saja, kurang apalagi saya.”

Kelompok pencapai tujuan, adalah orang yang sudah memiliki tujuan hidup yang jelas. Setiap langkah yang diambil adalah pengjawantahan dari visinya. Kelompok ini selalu merencanakan langkah-langkah yang dibuatnya secara sistematis. Target jangka panjangnya telah dipecah-pecah menjadi tujuan-tujuan jangka pendek, yang bisa dicapai secara realisits, dalam jangka waktu tertentu. Dia slalu mematuhi visinya, dan visi tersebut menjadi auto pilotnya. Suara hati terus dihidupkan sebagai radar kecerdasan hati yang mampu mendeteksi mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Kelompok ini mampu menentukan skala prioritas berdasarkan visi, prinsip, dan suara hati secara bijaksana.

Hari orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah. Hendanklah setiap orang meperhatikan perbuatan apa yang telah dilakukannya, sebagai persediaan untuk hari esok. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah tahu benar apa yang kamu lakukan”.
Q.S. 59 Surat Al Hasyr (Pengusiran) Ayat 18


Sedangkan  kita  sebagai orang Islam,  disebut  oleh  Allah, bahwa  "Tidaklah  Aku ciptakan Jin dan Manusia,  melainkan  hanya untuk menyembahKu" (Surat 51 ayat 56). Jelas  tujuan hidup kita adalah untuk mengabdi kepada  Allah SWT. Dengan demikian, maka setiap kaki yang dilangkahkan adalah dalam  rangka  mengabdi  kepadaNya. Setiap  kata  yang  diucapkan adalah  kata-kata  pengabdian, dan setiap  amal  yang  dikerjakan adalah amal yang ujungnya mendekat kepada Allah. Kalau  kita  simak, sebetulnya manusia itu dibagi  3,  yaitu Orang yang optimis, pesimis dan apatis.
Orang yang optimis ialah orang yang punya tujuan hidup, tahu persis  kemana  kaki akan dilangkahkan, mengerti  apa  yang  akan dicapai, punya cita-cita. Andaikan dalam mencapai tujuan hidupnya itu,  dia  dihalangi oleh dinding atau tembok, maka  dinding  itu akan dipanjatnya, jika dinding itu tak mungkin dipanjatnya,  maka dicarinya  jalan melingkar yang akhirnya akan membawanya  kembali ketempat tujuannya semula.
Baginya  tidak ada gunung yang tinggi, tidak ada lurah  yang dalam dan tidak ada laut yang luas. Gunung kan didakinya,  lautan kan  diseberanginya  dan lurah akan dituruninya  asal  dia  dapat mencapai tujuan hidupnya. Apakah ia pernah gagal oleh karena halangan dan  rintangan?. Mungkin dia pernah gagal mungkin dia pernah terjatuh, tapi kejatuhan dan kegagalannya itu, tidak menyebabkan dia patah  semangat.
Sebaliknya  kegagalannya  itu  dijadikannya  cambuk  untuk  dapat meloncat lebih tinggi lagi. Dijadikannya kegagalannya itu menjadi batu loncatan , dan dijadikannya kegagalannya itu sebagai  pengalaman dan guru yang berharga, agar jika dia melangkah lagi bersua penghalang yang sama dia bisa lebih hati-hati dan teliti. Memang  kita  saksikan bahwa kebanyakkan  tokoh-tokoh  dunia yang  sukses  sekarang dan dari zaman dahulu,  sebetulnya  adalah orang-orang yang sering gagal, dan tidak patah oleh  kegagalannya itu. Kita boleh saja gagal, tapi jangan sampai patah; kita  boleh patah tapi jangan samapai hancur; kita boleh hancur, tapi  jangan sampai  tidak  bangkit  lagi; jangan sampai  patah  semangat  dan harapan.  Lihatlah  Jepang, justru  bangkit  dari  kehancurannya, menjadi raksasa dunia.
Sebetulnya banyak yang bisa dipetik dari satu kegagalan  dan banyak  pelajaran yang diberikan oleh kegagalan,  sebaliknya  apa yang diajarkan oleh satu kesuksessan?. Kadang-kadang orang  sesudah sukses, jatuh menjadi sombong lupa diri dan lupa daratan. Sebetulnya semua kita pada hakekatnya memiliki jiwa  optimis ini; lihatlah sewaktu kita kecil dahulu; bukankah sewaktu belajar berdiri  dan  berjalan, kita sering terjatuh?.  Sesudah  terjatuh lalu  bangkit lagi, tidak kita pedulikan sakitnya  jatuh,  bahkan kejatuhan itu jadi pelajaran bagi kita sehingga kita bisa berdiri lebih  kokoh dan berjalan lebih tegap. Begitupun sewaktu  belajar sepeda, berapa kali kita terjatuh, berapa kali sepeda kita berlaga,  dan  berapa kali masuk kali. Lutut yang terluka,  baju  yang sobek  dan sepeda yang patah, tidaklah merupakan rintangan  untuk belajar sepeda.
Manusia  yang optimis ialah yang selalu  berpandangan  baik, yang  melihat  sesuatu dari segi baiknya, disebut  sebagai  orang yang  berfikiran positif. Positif thinking inilah  yang  membantu dan  membukakan jalan hidupnya lebih bergairah dan  lebih  bercahaya. Yakin usaha sampai untuk kemajuan, hidayah dan Taufik  yang membimbingnya. Qur'an dan hadis yang jadi pedoman hidupnya. Jika  orang yang optimis dihadapkan pada satu masalah,  maka dia  melihat masalah itu bukan sebagai masalah, tapi masalah  itu dilihatnya  sebagai suatu peluang. Dengan masalah  ini  merupakan satu  peluang  yang akan menjadikan dia lebih terobit  kalau  dia
bisa memecahkan masalah tersebut.
Maka sebagai orang berilmu  dia merumuskan masalah dan mencarikan jalan keluarnya, dia  mempermudah  dan  tidak mepersulit-sulit satu masalah.  Kalau  dihadapkan masalah  kepadanya, tidak dicarinya jalan memutar  dan  berbelit-belit.  Pada hakekatnya manusia yang  mempersukar-sukar  sesuatu, dan berbelit-belit, masalah yang sederhana dijadikannya rumit dan ruwet, sebetulnya melambangkan kurang ilmunya atau bodoh.Manusia  yang pesimis, juga orang-orang yang  punya  tujuan, tapi  bila ada halangan dan rintangan dalam mencapai tujuan  itu, mereka  tidak  berusaha  mengatasi halangan  dan  rintangan  itu, bahkan setiap rintangan itu dilihatnya dengan kaca mata pembesar, gamang  saja  hatinya melihat rintangan,  tidak  lantas  angannya untuk  menembus  dan menaklukkan rintangan.
Sehingga  sering  dia patah ditengah, cita citanya sering tidak kesampaian. Dia  sering kecewa  dan putus asa. Jangankan kesulitan yang nyata.  Jika  ada saja  orang  membayangkan  satu kesukaran,  maka  yang  terbayang olehnya  adalah  kesukaran  yang sangat  besar,  sehingga  hilang keberaniannya untuk mengayunkan langkah mencapai sesuatu. Orang  yang pesimis ialah orang yang memandang sesuatu  dari segi buruknya, dia berpandangan negatif. Jika orang yang optimis melihat botol yang berisi air setengah, dia berkata :"Air dibotol sudah berisi setengah tentu sebentar  lagi  air  ini akan penuh", sebaliknya  orang  yang  pesimis berkata:"Air  dibotol tinggal setengah, sebentar lagi  tentu  air itu akan habis".Tuhan   berfirman:"Janganlah  kamu  berpurbasangka,   karena sebagain  dari  sak  wasangka itu adalah  dosa".  Kita  khawatir, karena orang yang pesimis melihat sesuatu dari segi jeleknya, dan sering  berpandangan negatif atau berburuk sangka,  jangan-jangan ini  merupakan  dosa  pula.
Orang pesimis sering buntu ingatan,tertumpu pangana,  sering berangan-angan. Sering patah semangat, dan kurang berani  menghdapi kenyataan. Orang  yang  apatis,  ialah orang yang  tidak  punya  tujuan hidup,  dia  acuh saja terhadap apa  yang  terjadi  disekitarnya. Tidak  satupun  hal  yang  dapat  merangsangnya.  Masuknya  tidak menggenapkan  dan  keluarnya  tidak  mengganjilkan,  adanya  sama dengan tidaknya, dia tidak masuk hitungan.
Andaikan dirumah istrinya mengatakan, "Pak, hari ini tak ada beras", maka dijawabnya :"Tidak ada beras, yah mau apa lagi". Kalau  datang  anaknya mengatakan, uang spp  sudah  3  bulan tidak  bayar,  maka  dijawabnya; tidak  apa-apa.  Kalau  berhenti sekolah, yah biarlah. Agaknya  Ummat Islamlah yang dituntut untuk optimis,  karena dia  jelas sekali tujuan hidupnya, yaitu mengabdi  kepada  Allah. Kalau  dia  sekolah menuntut ilmu, niatnya adalah  karena  Allah, dicarinya  ilmu dalam rangka mengabdi pada Allah.
Andaikan  dalam sekolah  dia  mendapat  ilmu, itu adalah  rahmat  yang  diberikan Allah. Dan seandainya dalam menerapkan ilmu yang diperolehnya dia dapat  uang;  itu adalah berkahNya. Maka doanya  ialah:"Ya  Allah berkatilah rezki yang Engkau beri ini" Akan  jauh sekali bedanya rezki yang didalamnya  ada  berkah Allah  dengan Rezki yang tidak ada berkah. Cobalah rasakan  rezki yang dapat membeli sepiring nasi dan sepotong tempe yang didalamnya diberkahi Allah, rasakanlah nikmatnya memakan rezki yang  ada berkah  Allah itu. Tapi walaupun yang dimakan itu  hidangan  yang bermacam-macam  ragamnya, tapi kalau didalamnya  tidak  diberkahi Allah, akan berbeda rasanya.
Untuk mencapai berkahnya ini, maka dianjurkan kita  menyebut NamaNya sebelum memulai sesuatu pekerjaan, sebab setiap pekerjaan yang  tak  didahului dengan menyebut namanya  maka  akan  dicabut berkahNya. Orang  yang  paling  optimis diatas dunia  ini,  kita  lihat adalah  Rasulullah  Muhammad s.a.w. Tidak sedikit  halangan  yang pernah  dilaluinya. Belum lagi lahir ayahnya sudah wafat,  diusia kanak-kanak  ibunya telah berpulang. Kakeknya  meninggal  sewaktu usia 8 tahun, disaat-saat perjuangan berat pamannya meninggal dan istrinya  yang  membantu perjuangan dengan  segala  kekuatan  dan hartanyapun  dipanggil oleh Allah. Dia dicaci, Dia di  maki,  Dia dihina,  Dia  dilempari dengan tahi onta,  Punggungnya  berdarah, giginya  rontok, dapurnya tidak berasap, Dia diusir dari  negerinya. 
Sewaktu di Thaif Dia tersandar ke sebuah pagar dengan  kaki yang  terluka dan dengan hinaan yang luar biasa.  Datang  tawaran dari  Jibril  untuk memusnahkan orang Thaif. Tapi  Nabi  Muhammad melihat  masalah  itu sebagai suatu peluang. Beliau  melihat  ini satu  peluang  untuk lebih meningkatkan  derjat  kemuliannya  dan menyelamatkan umat dan negeri Thaif dari kehancuran. Maka tawaran Jibril itu ditolaknya, seraya beliau berdoa :" Ya Allah ampunilah segala  dosa-dosa  orang Thaif, mereka  berbuat  demikian  karena mereka tidak tahu" Memang  kalau  kita mengertu sesuatu, kita  mudah  memaafkan sesuatu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar