Jumat, 18 Oktober 2013

KABUT ASAP


Oleh:dr.H.K.Suheimi

Kabut asap menyesakkan. Kabut Asap  menyakitkan. Kabut asap memerihkan mata. Kabut Asap  menyebalkan. Kabut Asap menebarkan penyakit. Kabut Asap merusak lingkungan dan merusak ekonomi. Kabut Asap menghalangi penglihatan sehingga pesawat tak bisa mendarat dan tak dapat berangkat. Tahun 1997 Kabut Asap menghalangi penglihatan merontokkan Air Bus di sibayak dekat sibolangit Medan. Lebih 200 orang nyawa terbang menemui khaliknya. Tak berbentuk dan sulit mengenal wajah semua remuk dan mengalami luka bakar. Kabut Asap menyebabkan tabrakan kapal tak terhindarkan. Dimana-mana orang  berteriak.
Kabut ini selalu saja datang di musim kemarau. Hutan Sumatera dan Kalimantan terbakar. Asapnya melintasi samudra mengangu negara tetangga.
Kabut Asap bukan hal yg aneh dan bukan hal yang  baru, dan tidaklah asing di negara kita ini. Walaupun kerugian jiwa dan harta benda sudah tak terhitung dan umpatan dari negara tetangga tak terbadai lagi.   
Kayaknya sudah langganan. Di musim kemarau orang tetap saja membakar hutan. Hari ini rabu 23 Juni terpantau ada 400 titik api di sumatera yang membuat Kabut Asap. Dan kabut asap itu dengan segera terbang dan menyebar. Menutupi seleuruh jagat raya ini..

ASAP di mana-mana. Di Batam, di Singapura, di Malaysia.  Sehingga ada beberapa pesawat yang tidak bisa mendarat di P Baru. Dalam siaran TV, persoalan asap dan kabut ini  selalu jadi sorotan. Disalahkannya Kalimantan dan Sumatera yang  membakar hutan, sehingga asapnya menyebar ke mana-mana. Hanya Thailand saja yang agak bersih, kurang asapnya. Datang juga.
Banyak sekali kerugian dan banyak sekali penerbangan dan  acara yang  tertunda akibat asap dan kabut yang menyelimuti bumi ini. Nampaknya kabut ini akan berlanjut. Ketika naskah ini saya tulis, kabutnya semakin tebal. Kabut yang demikian gelap, menimbulkan keresahan dan berakibat bermacam-macam. Di Bandara, ada yang menangis karena dia harus melihat orang tuanya yang sakit keras, tetapi tidak bisa berangkat. Namun  dia  tidak mengumpat, karena  keadaan alam yang membuat begitu.
Kabut, menyebabkan pemandangan terhalang. Kabut, menyebabkan pesawat tidak bisa mendarat. Kabut, menyebabkan kerugian penerbangan dan kerugian para penumpang, rugi materi dan  rugi  waktu. Kabut,  menjadi penghalang untuk orang mencapai tujuan, dan  tidak sedikit pula kabut dapat menimbulkan kecelakaan. Apakah asap dan kabut ini baik untuk dihisap dan dibawa bernafas? Banyak orang yang merasa sesak karena harus menghisap asap.
Siapakah yang salah dan apakah yang salah. Salahkah petani? Salahkah pembakar hutan?. Mereka hanya membuka lahan perkebunan dan cara yang mudah dan murah.  Dan setiap musim kemarau mereka  akan mengulang kembali kerjanya mebakar semak membakar belukar dan membakar hutan. Makanya dapat diramalkan  setiap musim kemarau Kabut Asap akan menyelimuti kita.
Hari ini 23 Juni, dan musim kemarau akan panjang. Diperkirakan hujan akan turun di bulan September. Maka siap-siaplah akan serbuan kabut asap. Kalau asap itu terlalu tebal meliputi bumi. Maka cahaya matahari akan terhalang memanaskan bumi. Bumi yang tidak panas ini tak sanggup menguapkan air laut, maka awanpun tak terbentuk. Udara tak berawan yang ada hanya asap. Jika awan tak ada maka hujanpun tak akan turun. Kalau hujan tak turun maka asap tak akan mau habis. Kerna jalan satu-satunya untuk membersihkan udara ini dari Kabut Asap adalah dengan rintik hujan. Rintik hujan inilah yang akan membawa asap kembali ke asalnya dan hilang.
Saya merenung asap mudah membuatnya tapi sangat sukar untuk melenyapkannya. Asap kalau sudah terbentuk dia akan terbang dan dia akan menimbulkan kerugian yang bukan main, Dia akan merusak kesehatan, sehingga dimanapun ada asap dianjurkan pakai masker dan orang disuruh berkurung dirumah jangan kemana-mana.
Hari ini saya lihat kabut asap sudah mulai bergelantungan di kota padang, Kalau kita tetap acuh dam membiarkan kebakaran dan kebakaran. Tak mau memadam dan menyiram api, Acuh saja tak mau melaporkan kepada yang berwajib. Atau petugas yang  berwenang tak mengacuhkan asap dan kebakaran semak belukar dan hutan.
Agaknya yang kita rasakan selama ini adalah pemerintah tidak tegas, tidak mau menindak, dan tidak mengenakan sangsi kepada yang membuat asap.
Sejak tahun 1997 tiap tahun kita diserang asap, tapi belum seorangpun yang dihukum akibat membakar hutan. Peraturan sudah ada tapi sepertinya tak dijalankan. Peraturan tinggal peraturan, pemerintah tidak tegas dan tidak serius terhadap Kabut Asap. Akhirnya banyak rakyat menderita dan banyak kerugian yang dialami. Lalu ada yang berciloteh  Indonesia negara yang suka meng impor barang dari luar, tapi hanya pandai mengexport Kabut Asap.
Tidakkah kita malu untuk  semua ini. Kalau tidak malu berarti tidak beriman, kerna malu itu sebagaian dari iman.
Padahal semua tahu, burungpun tahu bahwa asap dapat menimbulkan bencana yang luar biasa.
Selama manusia acuh dan pemerintah tak serius dan tak mau memadamkan api, maka kita akan menuai Kabut Asap dan menuai penyakit serta kesusahan.
Di dalam  tubuh  kita pun sering ada kabut. Kalau kabut  itu  mulai menyelimuti  hati,  wajah   kelihatan suram,   tidak berseri lagi. Di zaman  sekarang,  banyak hati yang berkabut,  banyak  muka  yang berwajah  cemberut,  dan banyak suasana yang tidak  jernih. Padahal  di tubuh ini, hanya hatilah yang sering dipakai  jadi kontrol sosial. Maka sering orang menyebutnya dengan HATI NURANI, di mana kata asalnya nur yang berarti cahaya. Tetapi sekarang, banyak hati yang tidak lagi bercahaya.
Hati  nurani  adalah kontrol sosial yang terdapat  di dalam  tubuh kita, apa pun yang kita lakukan, yang diketahui atau tidak diketahui oleh  manusia  lain,  selalu  dikontrol oleh  hati  nurani. Hati nuranilah  yang selalu memberi penilaian terhadap apa pun yang  dikerjakan. Hati nuranilah yang menegur salah atau  betulnya apa  yang kita kerjakan. Kalau kita berdusta di siang hari, maka di waktu malam selalu kita diusik  oleh hati nurani dengan bermacam-macam pertanyaan: “Kok kamu  berdusta? Kenapa orang yang sudah begitu  percaya  padamu, lalu kamu dustai?” Lalu untuk apa dusta, dan kenapa harus berdusta.  Hati nurani akan selalu minta pertanggungjawaban atas apa pun  yang kita kerjakan.
Tetapi  kalau  dusta itu sudah menjadi pakaian, maka  nuraninya pun malas memprotes, dan nuraninya mulai membiarkannya berlaku  begitu. Kalau  dosa-dosa terlalu sering dikerjakan,  maka  dia  akan menyelimuti hati nurani, sehingga hati itu tidak lagi bercahaya. Disebut  juga  hati itu sudah berkabut, diliputi asap  dan  debu. Melalui  dusta,  melalui hati yang berkabut inilah  syetan  masuk ke dalam tubuh manusia dan ikut mengalir di dalam aliran  darah, sehingga  bisikan  syetan sangat mudah didengar dan dikerjakan oleh yang punya tubuh. Dia membenarkan bisikan syetan dan syetan  dianggap  kawan.
Hati yang sudah berdebu dan muram itu tidak dapat lagi dijadikan kontrol sosial dalam tubuh. Dari hati yang berdebu inilah terbit ide-ide untuk melakukan kemaksiatan. Dari sinilah muncul  keinginan  yang  bukan-bukan,  karena hatinya telah  kesat  dan  suram, hatinya  telah buta. Orang yang sudah berhati buta ini tidak dapat lagi memahami  kebenaran yang datang dari Allah sebagai  firman  suci-Nya: “Maka  apakah  mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai  telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?  Karena  sesungguhnya  bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang  buta  ialah hati yang di dalam dada.” (Surat Al Hajj ayat 46).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar