Minggu, 13 Oktober 2013

ES MAMBO


Oleh : Dr.H.K.Suheimi

Saya ndak tahu kenapa namanya Es Mambo, mungkin karena warna

warninya  bermacam-macam, bagaikan mambo, entahlah,  tapi  hampir

semua orang menyebutnya dengan Es Mambo. Yang saya tahu Es  Mambo

ini  dulu  namanya Es Balang Torpedo, karena waktu  kecil  ketika

duduk kelas 4 Sekolah Rakyat saya adalah salah seorang penjaja Es

Balang  Torpedo.  Setiap  hari saya jojokan  dan  saya  teriakkan

"Belilah es balang Torpedo, dimakan ciek duo taraso". Memang bagi

siapa yang makan Es Balang torpedo akan menikmati 2 rasa,  karena

masing-masing es itu 2 warna dan 2 rasa. Ada kacang hijau  dengan

durian.  Ada lemon dengan pokat dan bermacam-macam lagi  rasanya.

Begitulah masa kecil saya isi dengan berjualan Es Balang torpedo.

Sewaktu  pulang  sekolah saya pergi ke Aur  Tajungkang  B.Tinggi,

disana  ada  Fabrik Es. Saya tenteng 2 buah  termos  yang  berisi

kira-kira 30-40 buah Es Balang Torpedo. Saya selusuri jenjang 40,

terus  ke kebun binatang, berputar ke bawah jam gadang,  kemudian

terus ke Benteng dan Panorama. Dimana banyak anak-anak berkumpul,

disana pulalah saya berteriak-teriak menjojokan "Es balang torpe­

do, dimakan ciek, duo taraso". Disaat kita menikmati rasa  kacang

hijau, juga pada saat yang sama kita bisa menikmati rasa  durian.

Kadang-kadang  Es  ini saya benamkan dalam minyak  masak,  minyak

yang  melekat  pada es itu akan membeku, dan betapa  lezatnya  es

balang torpedo yang di liputi minyak manis, seperti memakan lemak

yang sudah membeku dan sekaligus terasa durian dan kacang hijau.

Saat  cuaca baik dan udara panas biasanya sampai sore  semua

es  yang ada dalam dua termos itupun habis terjual,  tapi  sering

juga  kadang-kadang  yang habis terjual hanya  satu  termos,  dan

sisanya dikembalikan lagi ke fabrik, untunglah si empunya  fabrik

itu  baik hati, berapapun es yang di pulangkan atau ada  es  yang 

sompeng  atau  rusak sewaktu orang memilih, tetap  saja  dia  mau 

menerima dan mengitung dengan penuh.

    


 
Satu kali seorang teman saya, sama-sama penjaja es,  sewaktu 

mendaki  jenjang 40, tergelincir dan terjatuh, termos esnya  ter­

hempas dan pecah. Dari luar tampaknya termosnya masih utuh,  tapi 

didalamnya kacanya hancur lebur berkeping dan berderai  bercampur 

dengan  es-es  yang rusak. Dia cemas, takut  dan  khawatir,  tapi 

untunglah  toke yang punya fabrik es itu, bijaksana dan penuh  pe 

ngertian.  Memang termos yang pecah itu harus di ganti cuma  cara 

penggantiannya  boleh  di cicil dari pengasilan  setiap  hari  di 

potong sekian persen. Jadi bagi yang bersalah dan di timpa  kema­

langan  tidak begitu berat mengangsurnya dan tidak dia  tidak  di 

PHK  kan   dan  tidak diberhentikan dan  tidak  perlu  kehilangan 

pekerjaan.  Kelonggaran  yang di berikan oleh si  empunya  fabrik 

sangat melegakan kami yang mejajakan esnya.

    


 
Hari  ini saya teringat akan bos atau si empunya fabrik  es, 

dia telah mebina kami dan dia tidak memarahi kami sewaktu  bersa­

lah, dia mencarikan jalan yang tepat, termosnya yang pecah  tetap 

di ganti, tapi yang mengganti tidak merasakan sebagai beban  yang 

berat, bahkan mereka makin bergiat dan berusaha untuk  secepatnya 

dapat  melunasi utang dan kewajibannya. Sikap-sikap mau  menerima 

semua  es  yang tidak laku dan rusak, mau  menerima  termos  yang 

pecah  dan menggantinya dengan termos yang baru  dengan  menambah  

kewajiban  baru. Sikap-sikap seperti itulah yang  di  perlihatkan  
ð73[1] 
 
ð73[1] Šoleh  induk  semang,  yang menyebabkan anak buah  dan  kami  yang 

kecil-kecil  ini  merasa terlindung dan  merasa  tertolong  dalam 

memikul beban. 

    


 
Saya  jenjeng juga kedua termos itu, saya teriakkan juga  es 

balang torpedo, saya lirik terus dimana anak-anak pada mengumpul, 

saya  saksikan  betapa  nimatnya mereka  menjilat-jilat  es  yang 

sekali jilat terasa dua. Apalagi kalau es itu sebelum di makan di 

benamkan  dulu  kedalam minyak, minyak itu  akan  membeku  terasa 

seperti keju dan lemak. Ah masa kecil yang indah. Indah bagi yang 

memakan  Es dan indah pula bagi si penjojo es. Saya  kenang  masa 

kecil  itu.  Es  dengan segala rahmat dan  nimat_Nya.  Es  dengan 

segala  ke  sukacitaannya,  dan saya  ingat  akan  sebuah  Firman 

suci_Nya   tentang  Es yang dikirimnya dan  di  jatuhkannya  dari 

langit  pada  orang-orang yang di  kehendakinya  dalam  Al_Qur'an 

surat  An  Nuur ayat 43 :" Tidakkah kamu melihat bahwa  Allah  me   

ngarak  awan,  kemudian mengumpulkan  antara  (bagian-bagian)nya, 

kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu 

hujan  keluar  dari celah-celahnya dan  Allah  (juga)  menurunkan 

(butiran-butiran) Es dari langit. (Yaitu) dari (gumpalan-gumpalan  

awan seperti) gunung-gunung, maka di timpakan_Nya (butiran-butir­

an) es itu kepada siapa yang di kehendaki_Nya dan di palingkannya 

dari siapa yang di kehendaki_Nya. Kilauan kilat awan itu  hampir-

hampir menghilangkan peng lihatan.





Pa d a n g  27 Januari 1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar