Jumat, 25 Oktober 2013

Pilihan Sulit


Oleh: K Suheimi

Memang tidak mudah untuk memilih, apalagi jika yang satu elok yang lain rancak. Bimbang dan bingung .  Saya sering terperangkap  jika harus memilih.  Apalagi jika memilih dan akhir semua pilihan itu terjebak dalam sulit semakin sulit. Maka orang berkata. Bak makan buah si malakamo. Tak di makan ibu mati, jika dimakan bapak mati.
Maka hari ini saya syik mendengarkan Radio Classy Dan saya tersentak sewaktu mendengar resonansi jiwa dari Radio Classy.  Yanti dengan manis mengubah satu kisah, dan kisah ni disampaikan oleh Adi dengan penuh perasaan. Saya kira ceritra ini bagus untuk kita simak bersama, begini kisahnya
 Disaat menujuh jam-jam istirahat kelas, seorang dosen berkata pada mahasiswa-mahasiswinya.
"Mari kita buat satu permainan, mohon bantu saya sebentar."
Kemudian salah seorang mahasiswi berjalan menuju pelataran papan tulis.
“Silahkan tulis 20 nama yang paling dekat dengan anda, pada papan tulis”. Kata dosen itu .
Dalam sekejap sudah di tuliskan semuanya oleh mahasiswi tersebut. Ada nama tetangganya, teman kantornya, orang terkasih dan lain-lain.
“Sekarang silahkan coret satu nama diantaranya yang menurut anda paling tidak penting!” SI dosen kembali memberikan instruksi pada mahasiswinya itu
murid itupun mencoret satu nama, yaitu nama tetangganya.
si dosenpun melanjutkan ,
“Silahkan coret satu lagi! “
Kemudian siswi itu mencoret satu nama teman kantornya lagi.
“Silahkan coret satu lagi !“
siswi itu mencoret lagi satu nama dari papan tulis dan seterusnya.
Sampai pada akhirnya diatas papan tulis hanya tersisa tiga nama, yaitu nama orang tuanya, suaminya dan nama anaknya.
Dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi tanpa suara, semua Mahasiswa,mahasiswi tertuju memandang ke arah dosen, dalam pikiran mereka mengira sudah selesai tidak ada lagi yang harus dipilih oleh mahasiswi itu.
Tiba-tiba dosen memecahkan keheningan dengan berkata,
"Silahkan coret satu lagi!"
Dengan pelahan-lahan mahasiswi itu melakukan suatu pilihan yang amat sangat sulit. Dia kemudian mengambil kapur tulis, mencoret nama orang tuanya.
“Silahkan coret satu lagi!” dosen itu tetap memberikan instruksi
Hatinya menjadi binggung. Kemudian ia mengangkat kapur tulis tinggi-tinggi. Lambat laun menetapkan dan mencoret nama anaknya. Dalam sekejap waktu, terdengar suara isak tangis, sepertinya sangat sedih.
Setelah suasana tenang, Dosen lalu bertanya,
"Orang terkasihmu bukannya Orang tuamu dan Anakmu? Orang tua yang membesarkan anda, anak adalah anda yang melahirkan, sedang suami itu bisa dicari lagi. Tapi mengapa anda berbalik lebih memilih suami sebagai orang yang paling sulit untuk dipisahkan ?
Semua teman sekelas mengarah padanya, menunggu apa yang akan di jawabnya.
Setelah agak tenang, kemudian pelahan-lahan ia berkata, "Sesuai waktu yang berlalu, orang tua akan pergi dan meninggalkan saya, sedang anak jika sudah besar setelah itu menikah bisa meninggalkan saya juga, yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya."
Untuk itu ingin saya petikkan sebuah firman sucinya  dalam Al Qur'an
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'kub. (Ibrahim berkata):"Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (QS. 2:132)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar